Husein dan keluarganya dibawa ke rumah sakit pada Kamis lalu. Penyebabnya, rumah mereka tertimpa crane proyek pembuatan turap di Kali Sentiong yang roboh.
Kini, Husein telah diizinkan pulang dari rumah sakit. Namun, Husein dan keluarganya terÂpaksa mengungsi di rumah kontrakan yang berada tak jauh dari rumahnya. Soalnya, rumahÂnya ambruk. Rumah kontrakan tempatnya mengungsi tak begitu besar, namun cukup untuk meÂlindungi Husein dan keluarganya dari panas dan hujan.
Jumat itu (7/12), Husein beraÂda di rumah tersebut. Tubuhnya masih terlihat lemas. Luka-luka di wajahnya masih sangat jelas. Dia pun menolak berbiÂcara mengenai musibah yang menimpanya. "Saya pusing, tidak mau diwawancara," ucap Husein, singkat.
Udin, salah satu tetangga Husein mengatakan, tetangganya itu sampai kini tidak banyak bicara. Husein bahkan belum memikirkan soal ganti rugi ruÂmahnya yang tertimpa crane.
"Dia boro-boro ngomong penggantian. Saya lihat mereka kesakitan, sampai tidak bisa ngomong," ujar Udin.
Peristiwa yang menimpa Husein dan dua anggota keluarganya,terjadi di proyek pembuatan turap Kali Sentiong yang berada di Jalan Dakota Raya, Kelurahan Kebon Kosong, Kemayoran, Jakarta Pusat. Beberapa tempat di sisi kali tersebut memang seÂdang dilakukan penurapan oleh Pemprov DKI Jakarta.
Hari itu, suasana di lokasi kejadian masih ramai. Warga sekitar, maupun yang sengaja datang dari wilayah lain, masih penasaran ingin melihat lokasi. Sedangkan anak-anak kecil asik bermain di sekitar lokasi.
Padahal, lokasi terbilang masih cukup berbahaya. Soalnya, saat itu belum ada perbaikan rumah yang ambruk akibat tertimpa crane. Dinding serta kayu peÂnopang ambruk. Kabel-kabel berseliweran di sisi rumah yang ambruk.
Rumah yang ambruk terlihat seperti bangunan semi permanen. Bangunannya didominasi kayu. Itu terlihat dari dinding bagian depan dan samping. Hanya sedikit bangunan yang menggunakan batu bata. Bagian bangunan yang terbuat dari dindÂing batu berada di sisi bawah.
Atap bangunan rumah itu hancur. Puing-puing berserakan di bagian dalam, dan tak mungkin lagi bisa digunakan. Bagian atap hanya dilapisi terpal berwarna biru untuk menangkis serangan panas dan hujan. Saat ini, ruÂmah tersebut memang tak lagi digunakan.
Rumah yang hancur ini, seÂhari-hari dijadikan tempat usaha penghuninya. Itu terlihat dari deretan kayu penutup yang kerap dipakai untuk menutup toko. Ada juga meja berukuran 1,5x0,5 meter yang menurut warga kerap dijadikan tempat berdagang sang penghuni rumah.
Rumah yang tertimpa crane, berukuran kecil. Luasnya hanÂya sekitar 20 meter persegi. Lokasinya berada di pemukiÂman padat penduduk, persis di sisi Kali Sentiong. Hanya jalan selebar sekitar lima meter yang memisahkan rumah itu dari bibir kali.
Sejak peristiwa itu, sebenarnya, lokasi rumah yang tertimpa sudah disterilkan dari aktivitas warga. Itu terlihat dengan adanÂya garis polisi yang melintang di bagian depan dan belakang rumah tersebut. Namun, warga sekitar tidak menghiraukan garis polisi tersebut. Termasuk pengÂendara motor yang lalu lalang.
Hari itu, crane yang menimpa rumah sudah tak ada lagi. Crane sudah dievakuasi dari lokasi. Menurut warga sekitar, petugas gabungan baru selesai menÂgevakuasi crane tersebut pada pukul 4 pagi.
"Kalau tak salah, dari jam 2 paÂgi sampai jam 4 pagi proses evakuasinya," kata seorang warga.
Di sisi lain, meski ada perisÂtiwa rumah tertimpa, pekerjaan pembuatan turap di wilayah itu masih terus berlangsung. Bahan-bahan material terlihat di jalan inspeksi yang berada di sisi kali. Bahan-bahan yang diletakkan di sisi kali, membuat jalan kotor, ditambah lumpur dari kali.
Di tengah kali, satu unit crane masih dipakai untuk melanjutÂkan pekerjaan. Siang itu, crane tersebut mengangkut beberapa buah paku bumi yang ditancapÂkan di sisi kali sebagai dinding turap. Pekerjaan baru berakhir menjelang sore hari.
Crane Terjungkal, Lengannya Berputar Dan Menimpa Rumah
Crane itu tergelincir dari posisi pelampungnya sebelumambruk. "Crane tidak bisa ditahan. Dia merosot. Pelampungnya maju. Crane-nya terjungkal. Terus, lengan crane-nya berputar dan menÂimpa rumah itu," cerita saksi mata, Koko.
Koko menambahkan, baru sekali ini ada peristiwa crane roboh di wilayah itu. Kata dia, crane roboh saat azan zuhur. Sebenarnya, sudah ada orang yang mengingatkan operator crane untuk menghentikan kegiatan saat azan.
Koko yang merupakan warga RT 01/06 ini, mengaku sempat khawatir ketiban crane. "Kalau jatuhnya ke kanan, mungkin saya yang ketiban. Pas saya suruh bubar, orang-orang di sekitar saya lari semua, ternyata jatuhnya ke kiri," ujar Koko.
Kata dia, robohnya crane itu menimpa tiga rumah dan menyebabkan tiga orang terluka. Selain itu, ada satu sepeda motor yang tertimpa karena melintas di sekitar proyek pemasangan turap.
Lebih lanjut, menurutnya, proyek itu sudah berjalan lebih dari dua bulan. Meski begitu, pengamanan proyek kurang ketat. Meski sudah adaperingatan agar warga tidak beraktivitas di sekitar lokasi, namun masih ada yang membandel karena pengawasan keamanan tidak ketat.
"Seharusnya ada orang di sana bagian menutup jalan. Cuma orangnya kabur-kaburan. Seharusnya ini jalan ditutup karena rawan. Berapa kali kejadian di situ motor jatuh, lima kali," beÂbernya.
Latar Belakang
Crane Jatuh Saat Melakukan Persiapan, Bukan Sedang Bekerja Crane yang roboh itu merupaÂkan alat untuk proyek pemasanÂgan dinding turap oleh Pemprov DKI Jakarta.
Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Teguh Hendarwan menjelaskan, jatuhnya crane terjadi sekitar pukul 12 siang. Menurut Teguh, crane tersebut bukan merupakan crane yang tengah melakukan pemasangan sheet pile atau turap.
"Crane yang jatuh sedang melakukan persiapan naik ponÂton. Bukan crane yang sedang bekerja," ucap Teguh.
Saat itu, kata Teguh, pekerja sedang menyiapkan tambatan untuk menaikkan atau meminÂdahkan crane dari atas bantaran kali ke ponton. Namun, proses pemindahan tersebut tidak berÂjalan mulus.
"Crane tergelincir akibat jalan betonnya amblas. Sehingga, plat landasan untuk lewat crane bergerak, lalu crane tergelincir," tutur Teguh.
Saat crane tergelincir, lengan crane kemudian menimpa rumah yang berada di dekat lokasi.Teguh menuturkan, proses evakuasi telah dilakukan dengan dipotong. Ia menambahkan, proses evakuasi tersebut dilakuÂkan setelah pihak kepolisian melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).
Teguh menambahkan, perisÂtiwa jatuhnya crane tidak berÂdampak pada proses pemasanganturap di Kali Sentiong.
"Karena ini adalah salah satu crane dari lima crane yang terseÂdia untuk percepatan pekerjaan di lapangan," ucap Teguh.
Usai kejadian, petugas konÂtraktor mengevakuasi rangka crane yang jatuh. Petugas meÂmotong bagian kerangka crane yang sudah rusak itu.
Di lokasi jatuhnya crane sekiÂtar pukul 10 malam, petugas meÂmotong beberapa bagian crane yang rusak. Bagian kerangka crane yang masih baik diangkut ke truk yang telah disiagakan.
Evakuasi tidak bisa langsung menyingkirkan semua bagian pada saat itu. Soalnya, ada beberapa bagian crane lainnya yang masih berada di kali terseÂbut, dan dipasangi tali sling untuk diangkut.
"Masih menunggu satu alat crane lagi. Kalau satu crane saja tidak kuat," kata seorang petugas di lokasi saat proses evakuasi Kamis malam (6/12).
Petugas pun menunggu satu crane tambahan untuk memÂbantu evakuasi kerangka crane. Alat tersebut didatangkan dari Cakung, Jakarta Timur.
"Dari Cakung, baru keluar jam 10 malam," ujar petugas tersebut. ***