Berita

Natalius Pigai/Net

Pertahanan

PENYERANGAN DI PAPUA

Natalius Pigai Mengulas Akar Masalah Di Papua

RABU, 05 DESEMBER 2018 | 15:37 WIB | LAPORAN:

Sebanyak 31 orang tewas dibantai kelompok separatis bersenjata di Kabupaten Nduga, Papua pada akhir pekan lalu. Sebagian besar korban diidentifikasi sebagai pekerja konstruksi dari PT Istaka Karya.  

Tokoh Papua yang dikenal aktif menyuarakan hak asasi manusia (HAM), Natalius Pigai mengatakan, informasi yang diterimanya, seluruh korban adalah sipil.

"Ini baru pertama dalam sejarah lebih dari 50 tahun integrasi politik Papua dalam RI, korbannya sipil," ucap Pigai dalam program 'Apa Kabar Indonesia Malam' yang disiarkan TVOne, Selasa (4/12).

Pigai mengingatkan, kalau dilihat sebenarnya peristiwa ini bukan baru sekarang terjadi. Ada akar historisnya.

"Ironisnya dimulai ketika terjadi integrasi politik Papua, di mana ada dua kelompok yang menerima integrasi sistem plebisit, dan ada kelompok yang tidak menerima," ulas Pigai.

Pigai menceritakan, setelah tahun 1969 ketika resmi Papua masuk ke dalam wilayah NKRI melalui satu jajak pendapat (plebisit), pemerintah menjalankan pembangunan dengan pendekatan kesejahteraan namun tetap mengedepankan militer.

"Zaman Soeharto membangun berbagai aspek baik infrastruktur maupun sumber daya manusia. Cukup simultan, secara bersama jalan. Tapi lagi-lagi belum bisa menyelesaikan seluruh persoalan," tutur mantan komisioner Komisi Nasional (Komnas) HAM ini.

Kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan, dan keterisolasian tetap menyertai terus menerus sampai sekarang. Karena itulah masyarakat Papua sejak tahun 1969 menginginkan kemerdekaan baru.

Sedangkan orang-orang Papua yang menolak proses plebisit muncul dengan simbol-simbol negara bangsa.

"Ada bendera bintang kejora, lambangnya, lagu kebangsaannya ingin memisahkan diri, ini fakta yang tidak bisa kita nafikan," tegas Pigai. [wid]

Populer

Jagoan PDIP di Pilkada 2024 Berpeluang Batal, Jika….

Minggu, 08 September 2024 | 09:30

Slank sudah Kembali ke Jalan yang Benar

Sabtu, 07 September 2024 | 00:24

Soal Video Winson Reynaldi, Pemuda Katolik: Maafkan Saja, Dia Tidak Tahu Apa yang Dia Perbuat!

Senin, 09 September 2024 | 22:18

Jemaah Suruh RK Turun dari Panggung Haul Mbah Priok

Senin, 02 September 2024 | 09:22

Akun Kaskus Fufufafa yang Hina Prabowo Diduga Gibran, Grace Natalie: Dipastikan Dulu

Rabu, 04 September 2024 | 04:44

Ngeri! Ahok Ancam Tinggalkan PDIP Jika Banteng Usung Anies

Minggu, 01 September 2024 | 13:33

Megawati Digugat Kader Banteng ke PN Jakpus

Sabtu, 07 September 2024 | 14:49

UPDATE

Bela Gibran soal Akun Fufufafa, Budi Arie Mendadak jadi Jubir

Rabu, 11 September 2024 | 14:05

Gus Ipul Dilantik Mensos, Pukulan Buat PKB

Rabu, 11 September 2024 | 13:59

Bawaslu: Memilih Kotak Kosong Pilihan yang Sah

Rabu, 11 September 2024 | 13:52

Indonesia Buka Pintu untuk Qatar Berinvestasi

Rabu, 11 September 2024 | 13:48

Saatnya PTUN Ambil Putusan Mahapenting dan Mahagenting untuk Keberlangsungan Bangsa

Rabu, 11 September 2024 | 13:47

Harris Ungkap Rencana Jitu Akhiri Perang Gaza di Debat Capres 2024

Rabu, 11 September 2024 | 13:45

Tidak Setuju dengan 'Anak Abah', PKS Usul Gerakan Ubah Aturan Pemilu

Rabu, 11 September 2024 | 13:25

Kemenkeu Setujui Minuman Berpemanis Kena Cukai 2,5 Persen pada Tahun Depan

Rabu, 11 September 2024 | 13:01

Pimpinan DPD Harus Punya Visi Pemerataan Pembangunan

Rabu, 11 September 2024 | 12:39

Inggris Hentikan Semua Penerbangan Langsung ke Iran

Rabu, 11 September 2024 | 12:36

Selengkapnya