Berita

Jalan Trans Papua/Net

Politik

Serangan Pekerja Di Nduga Memberi 2 Pesan Khusus Rakyat Papua Pada Pemerintah

RABU, 05 DESEMBER 2018 | 11:33 WIB | LAPORAN:

Aksi kelompok kriminal bersenjata membantai puluhan orang di Kabupaten Nduga, Papua, dikecam di luar perikemanusiaan.

Para korban tewas ini merupakan pekerja konstruksi dari PT. Istaka Karya (BUMN), yang sedang membangun jembatan Kali Yigi dan Kali Aurak di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga.

Pembantaian diperkirakan terjadi Sabtu (1/12) pekan lalu. Seorang prajurit TNI dinyatakan gugur saat ratusan anggota KKB dipimpin Egianus Kogoya itu juga menyerang Pos Yonif 755/Yalet yang berjarak 10 kilometer dari Distrik Yigi. 


Pemerhati infrastruktur publik, Suhendra Ratu Prawiranegara menganalisa kejadian tragis ini memberi gambaran bahwa pemerintah belum berhasil memberikan rasa aman dan nyaman di Papua.

Keistimewaan dan perlakuan khusus yang diberikan pemerintah selama ini, khususnya dari sisi infrastruktur dan alokasi anggaran yang besar, ternyata belum menjawab persoalan substansial yang terjadi di Papua.

"Sepertinya pemerintah harus merumuskan kembali perencanaan program pembangunan di Papua," kata dia melalui keterangan pers, Rabu (5/12).

Menurut dia, patut diduga ada pesan khusus yang ingin disampaikan masyarakat Papua dengan adanya pembunuhan puluhan orang tak bersalah di Kabupaten Nduga tersebut.

Kemungkinan pertama, kata dia, pesan bahwa pembangunan infastruktur bukan jawaban atas persoalan utama di wilayah paling timur Indonesia itu.
 
"Karena beberapa hari lalu Presiden Joko Widodo baru saja mengunjungi Papua untuk memonitor progres pembangunan Jalan Trans Papua," ulasnya.

Selama ini diketahui pula Presiden Jokowi sudah sering kali mengunjungi Papua.

"Yang kedua, mungkin seyogyanya yang dilakukan oleh pemerintah adalah membangun SDM (manusia) Papua terlebih dahulu. Sebelum melakukan pembangunan fisik infrastruktur," lanjutnya.

Ia memprediksi kejadian pembantaian pekerja konstruksi di Papua ini akan membuat kekhawatiran para pekerja pendatang yang berasal dari luar Papua.

"Kemungkinan akan berdampak pada muncul rasa dan sikap enggan bagi para pekerja yang berasal dari daerah lain untuk bekerja di Papua. Tentu hal ini akan membuat pembangunan Papua menjadi terhambat," terang Suhendra.[wid]

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:12

UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,72 Juta, Begini Respon Pengusaha

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:05

Pemerintah Imbau Warga Pantau Peringatan BMKG Selama Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:56

PMI Jaksel Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:54

Trump Selipkan Sindiran untuk Oposisi dalam Pesan Natal

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:48

Pemerintah Kejar Pembangunan Huntara dan Huntap bagi Korban Bencana di Aceh

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:15

Akhir Pelarian Tigran Denre, Suami Selebgram Donna Fabiola yang Terjerat Kasus Narkoba

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:00

Puan Serukan Natal dan Tahun Baru Penuh Empati bagi Korban Bencana

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:49

Emas Antam Naik, Buyback Nyaris Tembus Rp2,5 Juta per Gram

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:35

Sekolah di Sumut dan Sumbar Pulih 90 Persen, Aceh Menyusul

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:30

Selengkapnya