Berita

Mahyudin/MPR RI

Wakil Ketua MPR: Pemilihan Secara Langsung Perlu Dievaluasi

SELASA, 04 DESEMBER 2018 | 23:25 WIB | LAPORAN:

Indonesia telah menyelenggarakan pemilihan kepala daerah dan pemilihan presiden secara langsung.

Wakil Ketua MPR RI Mahyudin berpendapat bahwa pemerintah dan DPR perlu mengevaluasi pelaksanaan pemilihan secara langsung.

"Evaluasi pemilihan secara langsung bukan berarti mengembalikan ke pemilihan kepala daerah dan presiden seperti pada masa lalu, melainkan evaluasi soal efektivitas, efisiensi dan dampak negatif," katanya usai Sosialisasi Empat Pilar MPR kepada Himpunan Wanita Karya Samarinda di Samarinda, Selasa (4/12).

Mahyudin menjelaskan, pemilihan kepala daerah diatur dalam undang-undang, sedangkan pemilihan presiden diatur UUD. Dalam undang-undang disebutkan pemilihan kepala daerah dilakukan secara demokratis.

"Ini memungkinan bagi kita untuk mengevaluasi undang-undang dan melakukan perubahan undang-undang," ujarnya.

Evaluasi pemilihan kepala daerah secara langsung meliputi bagaimana efektivitas dari pemilihan secara langsung, efisiensi anggaran, dan konflik-konflik horizontal sebagai ekses pemilihan secara langsung.

"Mungkin kita bisa melakukan pemilihan gubernur secara langsung tapi bupati atau wali kota cukup dipilih oleh DPRD dalam rangka efisiensi anggaran dan mengurangi efek negatif," jelas Mahyudin.

Begitu juga dengan pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung.

"Tidak ada salahnya dievaluasi juga. Apakah pemilihan presiden secara langsung ini sudah tepat," kata Mahyudin.

Dia melihat ada bibit dan potensi perpecahan secara horisontal di masyarakat.

"Kalau pilpres kita evaluasi bukan berarti harus kembali seperti dulu. Apakah sistem pemilihan ini sudah tepat atau perlu perbaikan. Apakah kita perlu mencontoh negara Amerika Serikat dengan sistem pemilihan negara bagian yang juga belum tentu pas dengan kita," papar Mahyudin.

Dia menambahkan bahwa masyarakat masih belum sepenuhnya siap dengan pemilihan secara langsung. Fakta di lapangan menunjukkan maraknya politik uang yang membuat pemilu berbiaya mahal, dan ujungnya banyak kepala daerah tersangkut kasus korupsi.

"Ini bagian yang harus kita pikirkan dan evaluasi," kata Mahyudin.

Mahyudin menginginkan Indonesia memiliki demokrasi ala Indonesia sendiri.

"Kita sesuaikan dengan kondisi masyarakat Indonesia. Evaluasi adalah hal yang wajar untuk kita kaji kembali sistem pemilihan langsung tapi tidak berarti kembali seperti yang dulu," tutupnya. [wah]

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Bentuk Unit Khusus Pidana Ketenagakerjaan, Lemkapi sebut Kapolri Visioner

Kamis, 02 Mei 2024 | 22:05

KPK Sita Bakal Pabrik Sawit Diduga Milik Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 21:24

Rakor POM TNI-Polri

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:57

Semarak Hari Kartini, Srikandi BUMN Gelar Edukasi Investasi Properti

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:50

KPK Sita Kantor Nasdem Imbas Kasus Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:46

Sesuai UU Otsus, OAP adalah Pribumi Pemilik Pulau Papua

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:33

Danone Indonesia Raih 3 Penghargaan pada Global CSR dan ESG Summit 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:21

Pabrik Narkoba di Bogor Terungkap, Polisi Tetapkan 5 Tersangka

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:15

Ahmed Zaki Harap Bisa Bermitra dengan PKB di Pilgub Jakarta

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:50

PP Pemuda Muhammadiyah Gelar Tasyakuran Milad Songsong Indonesia Emas

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:36

Selengkapnya