Hakim Binsar Gultom mendapat promosi setelah menangani perkara "kopi sianida" Jessica Kumala Wongso. Pria kelahiran Sibolga Sumatera Utara, 7 Juni 1958 itu ditunjuk menjadi hakim Pengadilan Tinggi Bangka Belitung.
Setiap akhir pekan, Binsar pulang ke Depok. "Untuk berkumpul dengan keluarga sambil mengajar di pascasarjana Universitas Esa Unggul," kata penyandang gelar doktor itu.
Senin pagi kembali ke Pangkalpinang dengan penerbangan pertama dari Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng. "Naik Lion Air untuk mengejar upacÂara bendera di Pengadilan Tinggi Babel," kata Binsar.
Pada pekan kelima Oktober silam, pria yang pernah menjadi hakim Pengadilan HAM ad hoc kasus Tanjung Priok itu, menÂgubah kebiasaan. Ia balik ke Pangkalpinang lebih cepat. Sebab, pada Minggu, 28 Oktober 2018, Binsar dijadÂwalkan memberikan khotÂbah di gereja Pangkalpinang dan Sungailiat.
Ia pun lolos dari tragedi Lion Air JT 610. Pesawat dengan rute penerbangan Jakarta-Pangkalpinang itu jatuh di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat pada Senin pagi, 29 Oktober 2018.
Di antara penumpang pesawat naas itu, terdaÂpat empat hakim yang hendak kembali ke tempat tugas di Bangka Belitung. Yaitu, hakim Pengadilan Tinggi Agama Rijal Mahdi, hakim Pengadilan Tinggi Hasnawati, hakim Pengadilan Tinggi Kartika Ayuningtyas Upiek dan hakim Pengadilan Negeri Koba Muhammad Ikhsan Riyadi.
"Saya turut berduka cita atas kedua rekan di hakim tinggi, yaitu Ayuningtyas Upiek dan Hasnawaty. Sebenarnya ada perkara pidana yang sudah diÂmusyawarahkan dan seharÂusnya kami putuskan pada Senin (29/10). Namun kedua rekan saya harus menjadi korban kecelakaan pesawat ini. Semoga arwah dan amal perbuatannya diterima di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa," kata Binsar sedih.
Pesawat maskapai berlogo singa bersayap yang jatuh berisi 189 orang. Terdiri dari 178 penumpang dewasa, 1 anak-anak, 2 bayi, 2 pilot dan 6 awak kabin.
Pesawat tipe 737 Max 8 yang mulai beroperasi Agustus 2018 itu, hilang pada 06.33 WIB. Tiga belas menit setelah
take-off. Pesawat dijadwalkan tiba di Pangkalpinang pada 07.10 WIB.
Pilot sempat menghubung
Air Traffic Control (ATC) Bandara Soekarno-Hatta, meminta kembali (
return to base). Kemudian hilang dari radar. Belakangan, diketahui pesawat jatuh ke laut. Tak ada yang selamat.
Pada 23 November 2018, tim
Disaster Victim Identification (DVI) Polri mengakhiri proses identifikasi korban. Ada 125 jenazah yang bisa dikenali. Hanya dua hakim yang ditemuÂkan jenazahnya dan bisa dikenali: Hasnawati dan M Ikhsan Riyadi. ***