Situasi jalan menuju Monumen Nasional, Jakarta Pusat, terpantau ramai dipadati massa peserta Reuni Akbar Mjuahid 212 baik yang berjalan kaki maupun berkendaraan.
Banyak peserta akhirnya terjebak macet di Bundaran Tugu Tani.
Salah satunya Heri Sumantri dari Cikarang. Ia mengaku datang bersama rombongan dengan menumpang 30 bus.
"Rombongan kami dari Cikarang dikoordinasi oleh Forum Komunikasi Masjid Mushola Cikarang Raya yang diketuai oleh Tokoh Haji Imam Hambali asal Cikarang," tutur Heri kepada Kantor Berita Politik di kawasan Tugu Tani, Jakpus, Minggu (2/11).
Menurutnya, reuni sekarang sangat ramai dibandingkan tahun lalu.
"Dulu reuni 212 saya sampai di Monas, tapi sekarang saja stuck terhenti karena padat di Tugu Tani, tahun ini luar biasa," ucapannya.
Dalam momentum ni, ia berharap ke depannya pemerintah lebih mendengarkan segala aspirasi umat Islam.
"Seperti saat ini sebagian ulama itu banyak dikesampingkan. Contoh masjid-masjid banyak disebut radikal, ini harus diperhatikan pemerintah," tuturnya.
Hasil temuan pemerintah, dalam hal ini Badan Intelijen Negara (BIN), tentang masjid berpaham radikal, menurut dia, seolah merujuk ke umat Islam.
"Jangan asal pemerintah anggap umat Islam itu umat yang radikal, atau tidak suka dengan persatuan atau NKRI, umat Islam itu bagian dari NKRI," kata dia.
Ia prihatin pemerintah sempat melarang penyelenggaraan Reuni Akbar Mujahid 212, padahal antusiasi masyarakat, khususnya umat Islam sangat tinggi untuk hadir.
"Dan reuni 212 tahun ini antusias, dilarang dan dilarang kami tetap jalan, ini murni umat, bukan golongan," tegasnya.
[wid]