Ciktuti Iin Puspita, ditemukan tewas di dalam kamar kosnya di Mampang, Jakarta Selatan. Wanita muda yang bekerja sebagai pemandu lagu di sebuah tempat karaoke itu, pertama kali ditemukan di dalam lemari oleh penjaga kos-kosannya.
Kos-kosan tempat Ciktuti ditemukan tewas berada di Jalan Senang, RT 3, RW 2, Kelurahan Tegal Parang, Kecamatan Mampang Prapatan. Seminggu pasca penemuan mayat Ciktuti, aktivitas di tempat tersebut telah berlangsung seperti biasa.
Para penghuni tampak melakukan kegiatan mereka masing-masing di kos-kosan yang terdiri dari dua lantai itu. Dari pengamatan pada Senin (26/11), takada kegiatan istimewa yangterlihat di tempat tersebut. Penghuni keluar masuk seperti biasa.
Bangunan kos-kosan terbiÂlang cukup mewah. Bergaya modern dengan pintu gerbang menjulang sekitar dua meter. Pintu gerbang yang dicat hitam itu juga dilapisi fiberglass warna biru yang menutupi sekitar dua pertiga tinggi gerbang.
Di bagian depan, terdapat gaÂrasi yang bisa digunakan untuk menyimpan kendaraan roda dua maupun roda empat. Ukurannya lumayan luas. Sekitar 10 sepeda motor atau empat mobil bisa masuk ke dalam garasi yang dilapisi paving block itu.
Tak ada garis polisi di pagar maupun gerbang kos-kosan tersebut. Menurut warga setemÂpat, garis polisi hanya dipasang di kamar Ciktuti yang berada di lantai satu.
Penemuan jenazah Ciktuti cuÂkup mengejutkan warga sekitar. Ketua RT setempat Mamnun mengaku, mendapat kabar tewasnya korban dari Anita, meÂnantu pemilik kos. Dia bilang, mendapat telepon dari Anita sekitar jam 12 siang.
Dalam percakapan di telepon, Mamnun menyebut, Anita tidak memberitahu peristiwa yang terjadi di kos-kosan tersebut. Dia hanya menyuruh Mamnun datang ke kos-kosan.
"Dia bilang sini-sini Bu, ke kosan," kata Mamnun, saat dijumpai.
Mendengar hal tersebut, Mamnun segera menghampiri Anita. Hingga saat itu, dia sama sekali tak terpikir ada sesuatu yang tidak beres di kos-kosan itu. Dalam pikirannya, mungkin Anita hanya ingin mengajak ngobrol. "Saya tidak curiga saÂma sekali. Tidak tahu ada mayat di kosan," ucap Mamnun.
Setibanya di kosan, Mamnun diminta ke kamar, sekaligus ruÂang operator kamera pengawas. Di situ, Mamnun heran. Sebab, ada penjaga kos Wahyu Rowandi, Rofik Tri Riana sedang mengecek CCTV.
"Saya pikir ada kemalingan. Saya nggak tanya ada apa-apa, sibuk main WA saja," ucapnya.
Lalu, Anita dan penjaga kos lainmemutar ulang rekaman kamera pengawas. "Dilihat dari hari Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu, Senin. Mau lihat ada yang mencurigakan tidak. Ternyata tidak ada," ujarnya.
Tak lama setelah itu, datang empat orang polisi. Mamnun yang penasaran langsung berÂtanya kepada Anita.
"Saya tanya ada apa. Dijawab, ada mayat di kamar," ucap dia menirukan suara Anita.
Di mata Mamnun, korban dikenal kerap keluar dari kamar kos saat malam hari. Meski tak kenal akrab, Mamnun tahu dari warga sekitar bahwa Ciktuti bekerjadi sebuah tempat karaoke bernama The Palace. Jaraknya sekitar tiga kilometer dari kos yang ditempatinya.
Ada Seorang Pria Mengancamnya
Menurut Ketua RT setempat Mamnun, hampir setiap hari korban keluar dari kamar kos sekitar pukul tujuh malam. Dia tak tahu pasti, di tempat karaoke Palace, korban bekerja sebagai pemandu karaoke atau bukan. "Pulangnya tidak tahu jam berapa," ujarnya.
Mamnun mengaku tak mengenal secara keseluruhan penghuni kos-kosan tersebut. Dia bilang, mayoritas penghuni kos itu bekerja sebagai karyawan.
"Ada 18 kamar kosan untuk cowok, cewek. Kalau di kamar kos, penghuni paling cuma dua bulan di sini dan nggak betah ya pindah lagi, seperti itu," kata Mamnun.
Di lingkungannya, cukup banyak rumah yang dijadikan kamar kos. Mamnun bilang, harga kamar kos di lingkungannya memiliki standar tarif Rp 2 juta per bulan.
Mamnun menuturkan, harga sewa kamar kos korban pun berkisar di harga Rp 2 juta. "Harga Rp 2 juta itu di sini fasilitasnya free wifi, ac, kamar mandi tenÂtunya sudah di dalam semua," ucapnya.
Hana, rekan Ciktuti, mengaku sempat mendengar ancaman terhadap wanita asal Sumatera Selatan itu. Itu dia ketahui dari unggahan di media sosial. Kata Hana, ada seorang pria yang mengancamnya.
Disebut Hana, Ciktuti sempat mengunggah status Facebook Messenger dan WhatsApp dengan cara memasang tangkapan layar (screenshot) percakapanÂnya dengan seorang laki-laki. Isinya mengandung ancaman. "Baru sekitar dua pekan yang lalu status itu," ucapnya.
Terpisah, Suhud, ayah Ciktuti, meminta agar pelaku pembunuÂhan putrinya dihukum berat. "Pelaku itu sudah didapat. Kita minta dihukum berat pelaku itu," ujar Suhud.
Latar Belakang
Cekcok Dengan 2 Pelaku Ciktuti Dipukul Pakai Palu
Polisi menetapkan dua terÂsangka dalam kasus pembunuÂhan Ciktuti. Dua tersangka itu, Yustian, laki-laki dan Nissa Regina, perempuan, merupakan pasangan kekasih, teman kos korban. Mereka ditangkap di Merangin, Jambi, saat hendak melarikan diri ke Sumatera Barat.
Jumat pekan lalu, keduanya telah menjalani rekonstruksi di kamar kos korban. Dari rekonstruksi tersebut, terÂungkap fakta-fakta soal kegÂiatan Ciktuti dengan Nissa sehari sebelum terjadinya pembunuhan.
"Pada saat pelaksanaan rekonstruksi, urutan-urutanÂnya sudah cukup jelas. Apa yang dituangkan dalam berÂita acara pemeriksaan yang disampaikan tersangka, ada 13 adegan yang dilakukan," ujar Kapolres Jakarta Selatan Kombes Indra Jafar.
Selain soal kegiatan karaokekorban bersama tersangka Nissa, polisi memastikan tidak ada duit titipan untuk Nissa lewat korban. Sebelumnya disebutkan, Nissa merasa dijanjikan uang Rp 1,8 juta, namun ternyata diberikan korban Rp 500 ribu.
Indra menjelaskan, sehari sebelum pembunuhan, Sabtu (17/11), Ciktuti, tersangka Nissa, dan seorang peremÂpuan lainnya pergi ke tempat karaoke. Tempat karaoke itu bukan tempat kerja Ciktuti.
"Mereka pergi ke tempat hiburan yang bukan di tempatkerja mereka. Mereka datang ke sana dan korban sebelumÂnya sudah janjian dengan emÂpat orang tamu," ujar Indra.
Dari tempat karaoke, merekamelanjutkan ke tempat lain. Tempat apa yang dituju dan kegiatan yang dilakukan tersangka Nissa, korban berÂsama tamu karaoke, masih didalami polisi.
Dari pengakuan tersangka Nissa, terkait kegiatan ini, dia merasa dijanjikan mendapat imbalan Rp 1,8 juta dari tamu saat ditemani karaoke. Tapi pada Minggu (18/11), Nissa merasa tidak menerima uang seperti yang dijanjikan.
"Sebelumnya Nissa ini merasa ada perjanjian, atau mungkin ada juga informasi dia akan mendapatkan sejumÂlah uang yang tadi Rp 1,8 juta itu. Tapi pagi itu, dia dengan salah satu pelanggan hanya mendapat Rp 500 ribu," samÂbung Indra.
Persoalan ini diadukan Nissa kepada kekasihnya, Yustian. Kekasih Nissa itu lantas menelepon korban dan terjadi cekcok.
Dari telepon itu, korban kemudian datang ke kosnya di Jalan Senang, Mampang Prapatan VIII, Jakarta Selatan. Yustian dan Nissa, disebut Indra sudah satu minggu menumpang di kamar kos yang disewa Ciktuti.
"Terlebih dulu Yustian teleÂpon ke korban, bahkan sampai ribut. Telepon-teleponan samÂpai ribut dan lain sebagainya. Jadi korban datang dalam keadaan panas, makanya menenÂdang pintu dan bahkan ada baÂhasa mengusir keluar mereka dari situ," terang Indra.
Di luar itu, korban, samÂbung Indra, disebut tersangka kerap marah dengan pelaku Yustian dan Nissa. Kedua pelaku mengaku tersinggung dengan kelakuan korban keÂpada mereka.
"Mereka merasa tersingÂgung bahwa kita dapat segini berharap lebih, tapi kok malah dimarah marahin. Menurut pengakuan tersangka, korbanini sering mengeluarkan baÂhasa-bahasa yang membuat mereka tersinggung," ujar Indra.
Setelah cekcok di kos, Yustian memukulkan palu ke kepala Ciktuti. Leher korban juga dijerat dengan tali. Nissa kemudian menyarankan agar Yustian memasukkan jasad Ciktuti ke lemari.
Sebelumnya, kasus pembunuhan ini terungkap berawal dari temuan mayat dalam lemari karena penjaga kos Ciktuti curiga dengan bau dari kamar korban. HIngga akhirnya Yustian dan Nissa diÂtangkap di Jambi dan dibawa ke Polres Jaksel pada Kamis siang (22/11).
"Jadi, urut-urutan jelas. Tampak jelas bahwa mereka pelaku pembunuhan," tegas Indra. ***