Berita

Ikon Kota Kinabalu/Net

Dahlan Iskan

Dekat Di Mata Seperti Beda Benua

RABU, 28 NOVEMBER 2018 | 05:15 WIB | OLEH: DAHLAN ISKAN

SAYA salah jalan, dari KL terbang ke KK. Padahal tujuan saya ke Labuhan. Pulau khusus yang dijadikan kawasan bebas pajak di Malaysia.

Ternyata seharusnya saya terbang dari KL (Kuala Lumpur) ke Brunai Darussalam saja. Bukan ke KK (Kota Kinabalu).

Labuhan itu meski di seberang Sabah, tapi lebih dekat dijangkau dari Brunai. Hanya perlu naik speedboat 30 menit. Atau naik ferry 1 jam.


Sedangkan dari KK, saya harus ke Manumbok dulu. Naik mobil 2,5 jam. Bahkan, kalau naik bus, tiga jam. Dari pelabuhan Manumbok baru naik speed boat ke Labuhan, 30 menit.

Tapi, bagi wartawan, tidak ada kata ke sasar. Baik juga saya terbang ke KK. Toh belum pernah ke ibukota negara bagian Sabah itu. Dulu-dulu setiap ke Sabah saya hanya sampai di Tawau. Paling jauh Sandakan.

Tak apalah. Harus naik mobil 2,5 jam. Sudah begitu lama saya ingin ke Labuhan. Melihat praktek pengelolaan kawasan pasar bebas di pulau itu.

Ingin membandingkan. Lebih maju mana dengan Batam.

Ternyata sebenarnya ada yang lebih simple lagi. Dari KL langsung ke Labuhan. Ya... sudah. Kalau tidak begini kan tidak ke Sabah lagi. Dan lagi saya juga sudah lupa kapan terakhir ke Tawau.

Oh... ingat! Waktu menjabat Dirut PLN dulu. Waktu itu saya harus ke Nunukan. Mengatasi krisis listrik di sana. Dengan keputusan, membangun kabel bawah laut dari daratan Kalimantan ke Pulau Nunukan. Lalu membangun kabel bawah laut lagi dari Nunukan ke Pulau Sebatik.

Saat itulah saya mampir ke Tawau. Beberapa menit. Lalu balik lagi ke Nunukan.

Beberapa tahun setelah itu saya ingat, masih ke Nunukan lagi. Untuk melayani banyaknya lulusan SAS di sana. Yang ingin dapat bea siswa kuliah di Tiongkok.

Di Labuhan ini saya juga berubah pikiran. Akan ke Tawau lagi. Mencoba yang lain lagi, terbang dari Tawau ke Tarakan. Ini baru. Penerbangan itu dilakukan oleh Mas Wing. Anak perusahaannya Malaysia Airlines. Seminggu tiga kali.

Itu satu kemajuan silaturahmi antar saudara. Yang selama ini terasa jauh: sesama di tanah Kalimantan tapi seperti beda benua.

Negara bagian Sabah dan Propinsi Kalimantan Utara. Alangkah dekatnya di mata. Tapi alangkah jauhnya di hati.

Mungkin karena sesama miskin ya.

Begitu kecil minat orang Sabah ke Kaltara. Begitu kecil minat orang Kaltara ke Sabah. Begitu kecil daya tarik masing-masing wilayah.

Ditunggu, mungkinkah Tarakan akan lebih modern dari KK?

Siapa tahu penerbangan langsung Tawau-Tarakan itu jadi salah satu pemicunya.

Dulu, tidak ada jalur penerbangan itu. Setiap ke Tawau saya selalu naik speed boat. Dari Tarakan ke Nunukan. Baru dari Nunukan naik speed boat lagi ke Tawau. Atau sebaliknya.

Sepanjang perjalanan di Sabah ini saya terus memikirkan itu. Bagaimana ekonomi Kaltim/Kaltara disedot Jakarta. Bagaimana ekonomi Sabah disedot Kuala Lumpur.

Janji tinggal janji: Sabah mendapat 40 persen dari pendapatan bersih tidak pernah dipenuhi.

Pemerintah baru Mahathir bertekad memenuhi janji lama itu. Yang dibuat di tahun 1963 itu. Saat Sabah setuju bergabung menjadi satu. Bersama Serawak, Singapura dan Semenanjung Malaka. Menjadi Malaysia. Hanya Brunei yang tidak bersedia.

Kapan janji itu akan dipenuhi?

Menkeu Malaysia yang baru, Lim Guan Eng, ke Sabah. Bertepatan dengan kedatangan saya di KK.

Kedatangannya itu hanya membawa janji baru.

Ia bilang, kalau keuangan negara sudah membaik. "Kini pemerintah tidak punya uang. Yang penting negara jangan bangkrut dulu," kata Guan Eng.

Mungkin, katanya, tiga empat tahun lagi.

Rakyat Sabah selalu sabar. Seperti tetangga di selatannya. [***]

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

Kapolda Metro Buka UKW: Lawan Hoaks, Jaga Jakarta

Selasa, 16 Desember 2025 | 22:11

Aktivis 98 Gandeng PB IDI Salurkan Donasi untuk Korban Banjir Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:53

BPK Bongkar Pemborosan Rp12,59 Triliun di Pupuk Indonesia, Penegak Hukum Diminta Usut

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:51

Legislator PDIP: Cerita Revolusi Tidak Hanya Tentang Peluru dan Mesiu

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:40

Mobil Mitra SPPG Kini Hanya Boleh Sampai Luar Pagar Sekolah

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:22

Jangan Jadikan Bencana Alam Ajang Rivalitas dan Bullying Politik

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:19

Prabowo Janji Tuntaskan Trans Papua hingga Hadirkan 2.500 SPPG

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Trio RRT Harus Berani Masuk Penjara sebagai Risiko Perjuangan

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Yaqut Cholil Qoumas Bungkam Usai 8,5 Jam Dicecar KPK

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:47

Prabowo Prediksi Indonesia Duduki Ekonomi ke-4 Dunia dalam 15 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:45

Selengkapnya