Berita

Razikin Juraid/Dok

Publika

Era Industri 4.0: Dakwah Alokatif Pemuda Islam

SELASA, 27 NOVEMBER 2018 | 15:55 WIB

ISLAM dan peradaban sudah berdealektika sangat panjang. Ketika Eropa terkungkung di dalam abad kegelapan (Dark Ages) atau abad pertengahan (Middle Ages) yang dalam sejarah Eropa berlangsung dari abad ke-5 sampai abad ke-15 Masehi, Islam sudah kokoh berdiri dengan peradabannya pada abad ke-7 Masehi di Afrika Utara dan Timur Tengah.

Islam begitu jaya dan mewarnai berbagai dinamika global. Islam sangat maju dengan berbagai perkembangan dunia, termasuk ilmu pengetahuan yang telah digali untuk perdamaian umat manusia. Sehingga Islam menyebar dengan pesat dan keterimaannya merata di berbagai belahan dunia.   

Dialektika Islam dan peradaban secara khusus direkam dalam dimensi dakwah. Islam tumbuh dengan cara menyebarkan kedamaian, melalui berbagai instrumennya yang sesuai konteks zaman. Termasuk Islam secara univeral diterima karena menjujung tinggi nilai kemanusiaan, menghargai perbedaan, toleransi, kerukunan beragama, dan tidak mendikriminasi apalagi menggunakan kekerasan dalam menebarkan nilai universal Islam.


Sejak 15 abad yang lalu, nilai-nilai tersebut mengalir dalam nadi dan prinsip dakwah Islam, termasuk Islam yang berkemajuan. Prinsip tersebut jika diperas dapat diambil saripatinya ialah keteladanan atau integritas.

Dalam nadi dan prinsip dakwah Islam berkemajuan itulah peradaban manusia saat ini memasuki fase baru. Fase itu disebut sebagai Revolusi Industri 4.0, yang merupakan capaian baru dari peradaban manusia.

Peradaban yang berdialektika dengan realitas tersebut menuntut umat Islam untuk terus mengikuti perkembangan zaman. Tentu dalam mengikuti dialektika zaman itu, tetaplah titik tolaknya adalah pondasi dari Islam, sembari menyerukan untuk tidak mematikan pelita atau cahaya yang menuntun hidup manusia (spirit Islam).

Pelita itu adalah Ilmu pengetahuan yang merupakan cahaya bagi kehidupan manusia, sedangkan Islam menuntun jalan untuk tetap menapaki perkembangan ilmu dan teknologi itu sehingga tetap memiliki sisi kemanusiaan dan sisi universalitasnya tetap terjaga. Dan sekali lagi manusia menyebutnya sebagai peradaban.

Pelita Islam harus tetap menyala sehingga ilmu pengetahuan, dan dinamika dan kompleksitas kehidupan tidak meruntuhkan, apalagi merontokkan nilai-nilai yang sudah mengakar di Islam seperti Aqidah dan amal Islami lainnya.

Dari sisi ini intelektual Islam harus melihat kemajuan teknologi dan informasi dipandang peneguhan atau menguatkan ketahuidan kepada Allah SWT dan alat untuk mengembangkan dakwah Islam yang objektif.

Maka, era revolusi Industri 4.0 harus direspon oleh umat Islam terutama pemuda Islam. Sebab, pemuda merupakan ujung dompak keberlanjutan Islam dan beradab.

 Revolusi Industri 4.0 merupakan konsep penggabungan teknologi digital dan internet dengan industri konvensional yang pada akhirnya bertujuan meningkatkan produktivitas, efisiensi dan layanan konsumen secara signifikan. Sehingga menyediakan peluang sekaligus tantangan bagi para pemuda Islam untuk memasifkan dakwah. Terutama generasi muda Islam yang harus dikristalkan keislamannya. Dan ada beberapa teknologi yang menjadi penopang Industri 4.0. Teknologi tersebut adalah Cyber-Physical System, internet dan jaringan, data and services serta teknologi manufaktur.

Dakwah Alokatif Pemuda Islam

Revolusi Industri 4.0 dipahami sederhananya ialah abad internet dan teknologi. Pada abad ini, pemuda Islam harus menyiapkan kompetensi komunikasi multimodal. Yang dimaksud dengan kopetensi multimodal adalah tingkat penguasaan tidak hanya bisa membaca dan menghafal Alquran dengan tartil, menguasai hadist Nabi, menulis dengan menggunakan bahasa Arab, dan atau menguasai teknik komunikasi dan retorika. Akan tetapi, kompetensi yang harus dimiliki ialah penguasaan terhadap data, teknologi dan manusia. Hal ini sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat pada era revolusi industri 4.0.

Dan yang dimaksud dengan penguasa kompetensi tersebut ialah dakwah alokatif pemuda Islam. Dakwah alokatif merupakan arah baru dakwah pemuda Islam di abad internet.

Dengan tidak ada batas yang menghalangi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau sebaliknya, antara individu dengan akses yang luas atau tanpa ruang penghalang. Maka relasi informasi, mengharuskan Islam dan nilainya terus terkoneksi dengan pemuda Islam.

Di tengah kondisi masyarakat di tengah kompleksnya masalah yang disebabkan oleh kapitalisme patriarki global, harus direkonstruksi dengan nilai-nilai Islam yang universal dan menjawab persoalan dengan berbagai inovasi dan seruan secara kreaktif.

Melalui pemuda, agama Islam harus masuk di berbagai ranah masyarakat. Produktivitas dan efesiensi dakwah harus tersampaikan melalui instrumen teknologi dengan tujuan untuk melayani umat.

Melalui media sosial, seperti Facebook, Tweeter, Line, Instagram, dan lain-lain digunakan untuk mendakwai masyarakat yang tentunya akan terinternalisasi dalam masyarakat baru atau generasi milineal. Sehingga nilai Islam yang mengatur berbagai persolan secara mendasar dapat memenuhi harapan dari masalah yang dihadapi oleh masyarakat kapitalisme global. Capaian dari proses tersebut sebagai hasil dari produktifitas dakwah.

Efesiensi dakwah sendiri penting untuk dipertimbangkan melalui berbagai konten yang ditranmisikan. Bila Islam adalah solusi, maka seluruh nilai harus tercurahkan dan terakomodasi dalam kemasan yang menarik, seperti Vidio, dan inovasi lain, kemudian dibagi di berbagai instrumen teknologi dan media sosial.

Islam sendiri harus menjawab akan dahaga solusi dari masalah dan dikerahkan untuk menjawab segala masalah. Frustasi, stres, dan masalah-masalah lainnya sebagai momok yang menakutkan di masyarakat, karena akan berdampak pada kehilangan kesadaran beragama bila tidak terkontrol. Maka Islam harus merangkul dengan inovasi yang ada, dan tidak rumit untuk dipahami. Setelah dibagikan atau ditranmisikan maka istilah efesiensi dakwah dapat dikantongi.

Produktivitas dan efesiensi dakwah merupakan layanan Islam untuk umat pada era revolusi industri 4.0. Alokatif dari pemuda Islam harus tampil diruang-ruang maya tersebut. Tidak terlapas juga pemudi harus sedapat mungkin untuk merespon hal yang sama atas kedahagaan umat dalam beragama saat ini.

Sebagai akhir dari tulisan ini, saya ingin mengingatkan, sekaligus menyerukan kepada para pemuda Islam, yang tampil di abad ini, untuk berpikir maju mengikuti perkembangan zaman, tanpa harus meninggalkan ‘ortodoksi iman’.

Dalam diri pemuda ada semangat yang menyala, kemauan yang kuat, keberanian yang murni, yang akan memberikan spirit melimpah bagi pembangunan peradaban dimasa yang akan datang. Karena itulah pemuda Islam yang berpikir maju harus mengambil hikmah dari perkembangan tekhnologi informasi ini untuk memperluas dakwah Islam, menyampaikan pesan dakwah dan bukan hanya itu, pemuda Islam harus menjadi bagian penting untuk mengisi perkembangan peradaban, bukan hanya sebagai penikmat, melainkan sebagai pelopor. [***]  


Razikin Juraid, S.HI,. M.I.P

Aktivis Muda Muhammadiyah

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

Kreditur Tak Boleh Cuci Tangan: OJK Perketat Aturan Penagihan Utang Pasca Tragedi Kalibata

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:15

Dolar Melemah di Tengah Data Tenaga Kerja AS yang Variatif

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00

Penghormatan 75 Tahun Pengabdian: Memori Kolektif Haji dalam Buku Pamungkas Ditjen PHU

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:48

Emas Menguat Didorong Data Pengangguran AS dan Prospek Pemangkasan Suku Bunga Fed

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:23

Bursa Eropa Tumbang Dihantam Data Ketenagakerjaan AS dan Kecemasan Global

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:01

Pembatasan Truk saat Nataru Bisa Picu Kenaikan Biaya Logistik

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:46

Dokter Tifa Kecewa Penyidik Perlihatkan Ijazah Jokowi cuma 10 Menit

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:35

Lompatan Cara Belajar

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:22

Jakarta Hasilkan Bahan Bakar Alternatif dari RDF Plant Rorotan

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:11

Dedi Mulyadi Larang Angkot di Puncak Beroperasi selama Nataru

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:48

Selengkapnya