Berita

Foto/Net

Bangunan Eks Pabrik Gula Bersejarah Kenapa Dirusak?

RABU, 21 NOVEMBER 2018 | 09:00 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Pemerintahan dinilai sengaja merusak peninggalan-pen­inggalan budaya dan gedung-gedung bersejarah. Salah satunya, pabrik gula Banjaratma di Brebes.
  Karena bangkrut, bangunannya dihancurkan, untuk di­jadikan sebagai rest area, jalur pengendara Trans Jawa. Hal ini diungkap Koordinator Masyarakat Advokasi Warisan Budaya (MADYA), Jhohannes Marbun.
Kini, lanjut Joe –sapaan akrab Jhohannes, para pekerja te­lah merusak gedung dan lahan pabrik gula. Padahal, gedung ini didirikan pada 1908 oleh perusahaan perkebunan yang berpusat di Amsterdam, N.V. Cultuurmaatschappij.

"Berita tentang bangunan pabrik gula Banjaratma di Kabupaten Brebes itu sangat tidak sensitive heritage. Beritanya per­baikan, padahal sesungguhnya mereka melakukan perusakan," tutur Joe, di Jakarta.

Seharusnya, pemerintah mempertahankan dan mencari upaya serius merawat dan memproduk­si gula di pabrik itu. Soalnya, saat ini Indonesia pun krisis gula. "Malah impor gula yang marak. Tapi pabrik gula yang ada dan sudah menjadi pening­galan sejak lama malah bang­krut. Lalu dijadikan rest area," tutur Joe.

Secara terpisah, Pakar Ekonomi Lingkungan dan Energi Universitas Parahyangan (Unpar) FH Husin menyampaikan, perlu relokasi lahan-lahan tebu dan pabrik tebu dan gula ke daerah-daerah eks lahan tambang.

"Lahan eks tambang itu bi­sa ditanami tebu dan menjadi produksi gula yang bagus bagi Indonesia. Jangan malah yang sudah ada diobok-obok, dan di­ganti dengan yang tak penting," tuturnya.

Menurut Husin, pemerin­tah harus sensitif dan jeli den­gan produksi gula Indonesia. Daripada harus berkutat dengan impor gula, dia menyarankan pe­merintah segera membenahi lah­an-lahan eks tambang. Termasuk lahan kritis, yang selama ini dianggap tidak produktif. Lalu dijadikan ladang perkebunan tebu dan pabrik gula.

"Potensi Indonesia sangat banyak. Tinggal pemerintah kita jeli dan mau nggak? Harus ada political will pemerintah. Kita tunggu langkah konkrit pemer­intah," ujarnya.

Di tengah maraknya gula impor ilegal, tiga pabrik gula di wilayah Pantai Utara, Jawa Tengah, belum lama ini ter­paksa ditutup. Yaitu Pabrik Gula (PG) Comal Baru di Kabupaten Pemalang, Kersana, dan PG Banjaratma. Kedua pabrik yang terakhir berlokasi di Brebes.

Ketiga pabrik ini bangkrut karena menanggung biaya operasional yang tidak sebanding den­gan nilai keuntungan. Bahkan mesin peralatan dan fasilitas yang ada di pabrik sudah dile­lang kepada pihak ketiga.

Kini lahan pabrik seluas 25 hektare sedang menunggu pros­es lelang. Menurut Rusjito, ang­gota satuan pengamanan Pabrik PG Banjaratma, seluruh isi dan fasilitas pabrik sudah tak ada. Yang tersisa hanya lahan dan bangunan tua. Itu pun sebagian sudah dijarah orang.

Sementara administrator PG Jatibarang Brebes Tejo Sarwoto mengaku merugi setiap musim giling usai. Misalnya, pada 2002 merugi Rp 24 miliar. Kemudian 2003, merugi sebesar Rp 10 miliar. Jatuhnya harga gula lokal ini dipicu gempuran gula impor ilegal. Sehingga memperburuk keberadaan pabrik gula dan merusak harga gula lokal.

Pabrik Gula Banjaratma didi­rikan oleh N.V. Cultuurmaatschappij (perusahaan perkebu­nan yang berpusat di Amsterdam) pada 1908. Hal ini didasarkan pada Inventaris van de archieven van de Cultuur-, Handel-en Industriebank Koloniale Bank; Cultuurbank NV, (1847) 1881-1969. Nationaal Archief, Den Haag 1973. Serta disebutkan dalam buku De koloniale Staat (Negara kolonial) 1854 – 1942 (Anrooj, 2014).

Hal ini juga didukung dalam Koloniaal Verslag 1907 (Laporan Kolonial) yang berisi daf­tar statistik perusahaan pabrik gula di Jawa pada 1906. Dalam daftar tersebut pada 1906 Pabrik Gula Bandjaratma tidak tersebut dalam daftar.

Pada peta Dutch Colonial Maps thun 1918, Pabrik Gula Banjaratma disebut dengan Station Banjaratma. Proefstations atau Stasiun Pengujian yang di­maksud adalah tempat khusus untuk melakukan penelitian ilmiah terhadap budidaya dan proses produksi gula. Sehingga memperoleh produksi yang op­timal. ***

Populer

Fenomena Seragam Militer di Ormas

Minggu, 16 Februari 2025 | 04:50

Asian Paints Hengkang dari Indonesia dengan Kerugian Rp158 Miliar

Sabtu, 15 Februari 2025 | 09:54

Bos Sinarmas Indra Widjaja Mangkir

Kamis, 13 Februari 2025 | 07:44

Temuan Gemah: Pengembang PIK 2 Beli Tanah Warga Jauh di Atas NJOP

Jumat, 14 Februari 2025 | 21:40

PT Lumbung Kencana Sakti Diduga Tunggangi Demo Warga Kapuk Muara

Selasa, 18 Februari 2025 | 03:39

Pengiriman 13 Tabung Raksasa dari Semarang ke Banjarnegara Bikin Heboh Pengendara

Senin, 17 Februari 2025 | 06:32

Dugaan Tunggangi Aksi Warga Kapuk Muara, Mabes Polri Diminta Periksa PT Lumbung Kencana Sakti

Selasa, 18 Februari 2025 | 17:59

UPDATE

Herman Deru Senang Narasumber Retret Prabowo hingga Mantan Presiden

Sabtu, 22 Februari 2025 | 05:40

Pramono-Rano Perintahkan JIS Jadi Kandang Persija

Sabtu, 22 Februari 2025 | 05:18

Perluasan Transjakarta Jabodetabekjur Pangkas Macet

Sabtu, 22 Februari 2025 | 04:29

Menjelang Ramadan, Harga Cabai di Bandar Lampung Makin Pedas

Sabtu, 22 Februari 2025 | 04:15

Legislator Kebon Sirih Kawal 12 Program Prioritas Pramono-Rano

Sabtu, 22 Februari 2025 | 04:04

Wali Kota Bandar Lampung Eva Dwiana Tak Patuhi Instruksi Megawati

Sabtu, 22 Februari 2025 | 03:26

Rano Karno Blusukan ke Rusunawa

Sabtu, 22 Februari 2025 | 03:14

Retret Kepala Daerah Punya Legal Basis Kokoh

Sabtu, 22 Februari 2025 | 03:07

Nekat Study Tour, Kepsek di Jabar Langsung Dinonaktifkan

Sabtu, 22 Februari 2025 | 02:43

Halal Kulture Distrik Jakarta Suguhkan Energi Baru Muslim Muda

Sabtu, 22 Februari 2025 | 02:28

Selengkapnya