Berita

Theresa May/Reuters

Dunia

Penggulingan PM Inggris Bukan Solusi Atasi Kebuntuan Negosiasi Brexit

SENIN, 19 NOVEMBER 2018 | 03:13 WIB | LAPORAN: AMELIA FITRIANI

Perdana Menteri Inggris Theresa May menegaskan bahwa upaya penggulingan dirinya dari kursi jabatan hanya akan berisiko menunda Brexit.

Diketahui bahwa sejak mengumumkan rancangan perjanjian pemutusan keanggotaan dengan Uni Eropa pada hari Rabu pekan kemarin (14/11), May didorong ke dalam krisis karena pengunduran diri beberapa menteri di jajarannya. Termasuk di antara mereka yang mengundurkan diri adalah menteri yang menangani proses Brexit, atau hengkangnya Inggris dari Uni Eropa.

Menyusul hal tersebut, beberapa anggota parlemen di Inggris mendorong pengunduran diri May atau penggulingannya.


Untuk diketahui bahwa lebih dari dua tahun setelah Inggris menggelar referendum Brexit untuk hengkang dari keanggotaan Uni Eropa, masih belum jelas bagaimana proses Brexit akan dilakukan menjelang jadwal yang direncanakan pada 29 Maret 2019 mendatang.

May telah berjanji untuk terus berjuang melakukan yang terbaik dalam proses Brexit. Upaya terbaru yang dilakukannya adalah dengan membuat rancangan perjanjian perceraian dengan Uni Eropa pekan kemarin.

Namun baik anggota parlemen pro-Uni Eropa maupun anggita parlemen pro-Brexit di Inggris tidak senang dengan rancangan perjanjian versi May itu. Hal tersebut mengecilkan kemungkinan May mendapatkan dukungan parlemen untuk rancangan itu. Hal itu juga meningkatkan resiko Inggris meninggalkan Uni Eropa tanpa rancangan matang.

Atas dasar itulah muncul dorongan agar May mengundurkan diri dari kursi Perdana Menteri Inggris.

"Tujuh hari ke depan ini akan menjadi penting, mereka adalah tentang masa depan negara ini," kata May kepada Sky News akhir pekan kemarin (Minggu, 18/11).

"Saya tidak akan teralihkan dari pekerjaan penting," sambungnya.

Lebih lanjut dia menegaskan bahwa pergantian kepemimpinan bukanlah solusi terbaik untuk situasi saat ini.

“Perubahan kepemimpinan pada saat ini tidak akan membuat negosiasi lebih mudah. Apa yang akan dilakukannya adalah bahwa ada resiko dan  hanya menunda negosiasi. Dan itu adalah resiko yang bisa menyebabkan Brexit tertunda atau frustrasi," tegasnya seperti dikutip ulang Reuters. [jto]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

UPDATE

KPK Siap Telusuri Dugaan Aliran Dana Rp400 Juta ke Kajari Kabupaten Bekasi

Rabu, 24 Desember 2025 | 00:10

150 Ojol dan Keluarga Bisa Kuliah Berkat Tambahan Beasiswa GoTo

Rabu, 24 Desember 2025 | 00:01

Tim Medis Unhas Tembus Daerah Terisolir Aceh Bantu Kesehatan Warga

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:51

Polri Tidak Beri Izin Pesta Kembang Api Malam Tahun Baru

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:40

Penyaluran BBM ke Aceh Tidak Boleh Terhenti

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:26

PAN Ajak Semua Pihak Bantu Pemulihan Pascabencana Sumatera

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:07

Refleksi Program MBG: UPF Makanan yang Telah Berizin BPOM

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:01

Lima Tuntutan Masyumi Luruskan Kiblat Ekonomi Bangsa

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:54

Bawaslu Diminta Awasi Pilkades

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:31

Ini yang Diamankan KPK saat Geledah Rumah Bupati Bekasi dan Perusahaan Haji Kunang

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:10

Selengkapnya