Badan SAR Nasional (Basarnas) resmi menghentikan pencarian korban jatuhnya pesawat Lion Air JT610. Penghentian dilakukan setelah melalui beberapa pertimbangan.
Duka masih belum hilang dari wajah Damsyik. Sepupu korÂban atas nama Diah Damayanti tersebut, berbincang dengan keluarganya. Mereka tengah menunggu pengumuman hasil identifikasi di depan Gedung Sentra Visum dan Medikolegal RS Bhayangkara Polri Tingkat I Said Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur.
Di tempat itu, salah satu sauÂdara Damsyik mengusap kepala perempuan muda yang diketaÂhui sebagai satu dari tiga anak korban Lion Air JT610, Diah. Damsyik mengatakan, keluarÂganya lemas setelah Basarnas menghentikan operasi evakuasi dan pencarian korban.
Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri pun masih belum berhasil mengidentifikasi jenazah sepupunya tersebut. Damsyik dan keluarganya pasÂrah. Dia menyerahkan semuanya kepada pihak yang berwenang sambil berharap kabar baik diÂterima keluarganya.
"Dari Basarnas, sudah dihentikan. Kami agak lemas ya. Saya hampir setiap hari datang ke RS Polri Kramat Jati untuk menunggu proses identifkasi," kata Damsyik.
Dia mengatakan, keluarganya telah menyerahkan semua data yang dibutuhkan tim DVI Polri, mulai dari darah, ramÂbut, ijazah asli hingga sampel deoxyribonucleic acid (DNA). "Sudah lengkap semua," kata Damsyik.
Namun, hingga hari ke-14 opÂerasi tim DVI untuk identifikasi jenazah korban Lion Air JT610, jenazah Diah tak kunjung berÂhasil diidentifikasi. Setiap hari, dia pun memantau berita dan menemukan bahwa sejumlah korban yang duduk di kursi peÂsawat dekat Diah telah teridenÂtifikasi tim DVI Polri. Namun, hal itu justru membuatnya dan keluarga cemas. "Seatnya 21 F. 21 A, B, C sudah. Kan tinggal di sampingnya. Itu yang bikin kami cemas," kata Damsyik.
Semakin hari, Damsyik dan keluarganya kian putus asa menunggu Diah teridentifikasi. Harapan mereka semakin kecil saat melihat nama Diah tidak disebutkan dalam pengumuman tim DVI Polri, yang mengabarÂkan data korban teridentifikasi setiap harinya. "Tambah hari tambah kecil hati kita. Minta doanya saja sama teman-teman semua," ucap Damsyik, dengan mata berkaca-kaca.
Hal yang membuatnya dan keluarga masih mau kembali ke RS Polri untuk menunggu proses identifikasi, adalah kabar dari Tim DVI. "Kami masih sangat berharap karena Tim DVI terus melakukan identifikasi. Bangkit lagi semangat kami, harapan kami," ucpanya.
Damsyik dan keluarga meÂnyadari betul apa yang telah terÂjadi dalam kecelakaan tersebut. Karena hal itu, Damsyik mengaÂtakan, keluarganya tidak terlalu berharap Diah ditemukan dalam kondisi utuh. Baginya dan keluÂarga, yang penting, bagian tubuh Diah dapat diidentifikasi, untuk dimakamkan secara layak.
"Semua keluarga di rumah sekarang menunggu. Sekecil apa pun jasadnya, yang penting ada. Itu yang kita harapkan. Kalau sampai finalnya nanti nggak ada, kami bingung," tuturnya.
Kilas balik ke belakang, cerÂita Damsyik, sebelum kejadian, Diah yang bekerja di perusahaan konstruksi PT Nindya Karya diantar suaminya ke Bandara Soekarno-Hatta. Diah berenÂcana tidak menginap pada hari itu, dan akan pulang setelah pekerjaannya di Pangkal Pinang, Bangka Belitung, selesai.
Dia bilang, meski Diah tingÂgal dan berkantor di Jakarta, belakangan kerap ke Pangkal Pinang untuk menyelesaikan pekerjaannya. Namun, pesawat Lion Air JT610 yang ditumpangi Diah mengalami kecelakaan di perairan Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10).
82 Jenazah Teridentifikasi
Kemarin, tim DVI berhasil mengidentifikasi tiga jenazah korban. Jenazah tersebut atas nama Sandy Johan Ramadhan, Firmansyah Akbar dan Deryl Vida Febrianto. Ketiganya teriÂdentifikasi berdasarkan pemerÂiksaan sampel DNA.
Hasil sidang rekonsiliasi pada Senin 12 November 2018 pukul 14.00 WIB di RS Bhayangakara R Said Sukanto, ada tiga penÂumpang yang dinyatakan teriÂdentifikasi. Demikian keterangan Wakil Kepala RS Polri Kramat Jati Kombes Haryanto.
Pihak RS Polri Kramat Jati pun langsung menghubungi pihak keluarga untuk penyeraÂhan jenazah. "Setiap hari, setelah rekonsiliasi, kami langsung hubungi pihak keluarga. Setelah mereka dipanggil, kami lakuÂkan pendampingan, kemudian kami serahkan jenazahnya," ucapnya.
Hingga Minggu kedua pasÂcatragedi tersebut, tim DVIPolri telah berhasil mengidentiÂfikasi penumpang pesawat Lion Air JT610 sebanyak 82 orang. "Sampai saat ini, yang telah teridentifikasi 82 penumpang. Terdiri dari 62 laki-laki dan perempuan sebanyak 20 orang," ucap Haryanto, kemarin.
Hari itu juga, tiga jenazah yang berhasil diidentifikasi, diserahkan kepada keluarganya. Isak tangis pun pecah di depan tempat penyerahan jenazah di Posko Antemortem, ruang Instalasi Kedokteran Forensik RS Polri Kramat Jati.
Jenazah atas nama Sandy dibaÂwa keluarganya ke Duren Sawit, Jakarta Timur. Jenazah atas naÂma Deryl dibawa ke Sukabumi, Jawa Barat. Sedangkan jenazah Firmansyah akan dibawa ke Surabaya, Jawa Timur.
Latar Belakang
Tidak Ada Lagi Korban Yang Diketemukan Basarnas secara resmi menghentikan pencarian korÂban pesawat Lion Air JT610 dengan kode registrasi PK-LQP. Keputusan diambil berdasarkan evaluasi, peninjauan ke TKP, rapat staf, dan masukan dari berbagai pihak.
Tepat pada Sabtu (10/11), Basarnas telah mencari korban selama 13 hari dari hari jatuhnya Lion Air. Seperti diketahui, peÂsawat tersebut jatuh di perairan Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat pada Senin pagi (29/10).
Kepala Basarnas Marsekal Madya M Syaugi mengatakan, pada Jumat pagi (9/11), pihaknya hanya menemukan satu kantong jenazah. Setelah itu, sampai sore dan malam tidak ada lagi penemuan. Begitu juga dengan hari Sabtu (10/11), tidak ada penemuan.
"Jadi, berdasarkan pantauan tersebut, kami dari tim SAR Basarnas pusat mengambil keputusan bahwa operasi SAR ini secara terpusat itu disudahi atau ditutup," kata Syaugi di Dermaga JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Sabtu (10/11).
Dia mengatakan, tim Basarnas telah mengumpulkan 196 kanÂtong jenazah korban Lion Air. Kantong-kantong jenazah terseÂbut sudah dikirimkan ke RS Polri, Kramatjati, Jakarta Timur, untuk diidentifikasi.
Syaugi pun meminta maaf kepada keluarga korban selama proses pencarian. Dia berharap, jenazah korban yang sudah disÂerahkan kepada tim DVI bisa teridentifikasi semua.
"Mudah-mudahan dengan 196 kantong jenazah ini, bisa 189 teridentifikasi. Kami bukan sempurna, jadi pasti ada kekurangan. Kami akan evaluasi kekurangan-kekurangan yang ada," tuturnya.
Terpisah, dalam 14 hari penÂcarian dan identifikasi, tim DVI Polri sudah memeriksa 666 sampel jenazah korban jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP daÂlam rangka proses identifikasi. Kepala bidang DVI Pusdokkes Polri Kombes Lisda Cancer mengatakan, 666 sample pemerÂiksaan tersebut sudah dibawa ke laboratorium DNA untuk mendaÂpat informasi lebih lanjut.
Hal itu dikatakan Linda saat konferensi pers di Gedung Sentra Visum dan Medikolegal RS Bhayangkara Polri Tingkat I Said Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur, Minggu. ***