PADA akhirnya pak Kasman Singodimedjo ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional menyusul seniornya, Ki Bagus Hadikusumo, yang telah ditetapkan dua tahun sebelumnya setelah diperjuangkan sejak tahun 2012.
Ini adalah rahmat Allah yang dicurahkan tidak saja kepada organisasi muslim modern tersenior di Indonesia, yaitu Muhammadiyah dan umat Islam, akan tetapi juga bagi bangsa Indonesia.
Tidak ada selebrasi kultural besar menyambut penetapan ini, kecuali pengkajian biasa di kantor pusat Muhammadiyah di Jakarta, beberapa diskusi reflektif tentang Kasman di beberapa tempat dan mungkin syukuran terbatas di lingkungan keluarga. Bisa jadi selebrasi ini dinilai tak lagi penting karena berbagai alasan.
Bagi masyarakat yang menganut pandangan keagamaan yang ketat, misalnya, selebrasi akan dinilai bid'ah jika diyakini ada unsur agama atau tasyabbuh karena dinilai menyerupai dan mengikuti budaya atau kebiasaan orang lain. Argumentasi lain bisa diajukan mengapa selebrasi tidak dilakukan.
Lepas dari perbedaan pandangan tentang selebrasi kepahlawanan, yang lebih penting untuk dilakukan, sebagaimana yang disebut oleh Taufik Abdullah, ialah menangkap berita pikiran atau diskursus dari berbagai peristiwa atau perjalanan Kasman.
Bela Bangsa
Kasman lahir dan tumbuh di era yang oleh Takashi Shiraishi disebut sebagai era bergerak, age of motion. Era ini dicirikan dengan bangkitnya kesadaran untuk menentukan cara cara baru menghadapi dan menyelesaikan persoalan persoalan bangsa sebagai akibat dari kolonialisme.
Indonesia memulai dengan cara pandang baru untuk mengartikulasikan kesadaran nasional yang secara politik diharapkan memiliki efek kuat. Terbentuknya gerakan sosial-keagamaan, intelektual dan bahkan politik yang diinisiasi dan dipimpin oleh kaum terpelajar kota menjadi ciri gerakan yang sangat menonjol awal abad ke XX.
Para tokoh terpelajar muda ini sangat artikulatif dalam menginisiasi gerakan kebangkitan, merumuskan gagasan-gagasan ideologis dan cita-cita Indonesia ke depan dan artikulatif dalam mendialogkan atau memperdebatkan gagasan kebangsaan mereka dengan siapapun. Bahkan tak sedikit juga meraka yang secara langsung terlibat dalam pertempuran.
Melalui para tokoh muda terpelajar ini, gagasan dan gerakan nasionalisme memperoleh bentuknya yang baru. Mobilitas dan gairah masyarakat untuk bergerak melalui berbagai organ gerakan kebangsaan seperti Muhammadiyah, Boedi Oetomo, SDI/SI, Jong Java, Taman Siswa dan berbagai organisasi pemuda berbasis etnis pun sangatlah tinggi. Kemudian Jong Islamieten Bond, Partai Islam Indonesia dan Masyumi pun menjadi penting kehadirannya dalam konteks atau bingkai kebangkitan dan pergerakan nasional ini.
Presensi sejumlah tokoh semisal KH.A. Dahlan, KH. Agus Salim, Syamsuridjal, Wahidin Sudiro Husodo, Ki Hajar Dewantoro, Soekarno, Hatta, M. Yamin, Ki Bagus Hadikusumo, KH Mas Mansur, Farid Ma'ruf, Soekiman, Wiwoho Purbodihardjoyo, HOS Tjokrominoto, Syeikh Ahmad Surkati, Natsir, Muhammad Roem, Prawoto Mangkusasmito dan Jusuf Wibisono memberikan bukti kongkrit pengaruh otak besar dan visioner kaum terpelajar dalam gerakan kebangkitan nasionalisme Indonesia pra kemerdekaan.
Kasman Singodimejo adalah salah seorang diantara sekian banyak bintang muda terpelajar yang sangat artikukatif dan bahkan hingga akhir hayatnya. Dengan nama yang begitu atraktif, Kasman anak muda Purworejo berhasil menembus batas geografisnya menuju beberapa kota historis antara lain Magelang, Bogor, Lampung dan Jakarta.
Perpindahan kota ini telah menjadikan Kasman sebagai seorang yang tidak lagi "sekedar anak muda Purworejo," akan tetapi telah menempatkannya sebagai "anak Indonesia" yang secara kultural, sosial keagamaan, intelektual dan politik mengalami transformasi dan mobilitas yang sangat tinggi. Being an Indonesian, Kasman adalah seorang yang telah berada di pusat pusaran gerakan bangsa, bersama dengan sejumlah tokoh dan pemimpin sentral bangsa lainnya, dan berhasil mendirikan negara RI ini.
Perjalanan pentingnya tentu ia mulai dari tradisi pendidikan keilmuan gabungan tradisional Islam dan Barat (Belanda), sosial keagamaan di Muhammadiyah, kemudian ke pergerakan politik kaum muda di Jong Java dan Jong Islamieten Bond. Kematangan dan keterlibatan politiknya ia peroleh saat Sumpah Pemuda, di Partai Islam Indonesia dan Masyumi.
Posisinya di KNIP, kemunculan PETA, merintis embrio TNI dan kehadirannya di Konstituante serta kedudukannya di sejumlah jabatan strategis merupakan bukti dari ketokohan dan kepiawaian leadership Kasman yang tak terbantahkan. Tentu, jasa pentingnya di PPPKI dalam perumusan dan penetapan Pancasila sebagai falsafah bangsa menjadikan Kasman sebagai teladan bangsa. Ia memang selalu membela bangsa dan negara.
Modal KebangsaanMenghadapi berbagai tantangan dan problem serius dan untuk merintis jalan masa depan cerah bangsa, tidaklah cukup mengandalkan kepada semangat nasionalisme verbalistik dan retorik semata. Jauh dari itu, dibutuhkan pemahaman yang baik tentang bangsa ini dan komitmen kuat untuk memperjuangkannya melalui kontribusi nyata bagi kepentingan bersama, bukan egosentrisme. Menjadi seorang Indonesia sejati, sepanjang pengalaman Kasman, berarti:
Pertama, haruslah menjadi seorang penganut agama yang jenuin: yang benar-benar taat beragama dan meyakini bahwa kebenaran agama adalah untuk kemaslahatan umum dan keadilan dan mengemban misi kemanusiaan universal, yaitu
rahmatan lil alamin. Indonesia akan menjadi negara dan bangsa yang kokoh jika keluhuran agama dijaga dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, haruslah berilmu pengetahuan bukan untuk intellectual entertainment, akan tetapi disamping untuk memperkaya dan memperkuat bekal memahami ajaran agama secara rasional juga untuk mengatur dan merekayasa masa depan kehidupan. Peradaban bangsa haruslah dilandasi atau diperkuat dengan etika dan dimajukan dengan ilmu pengetahuan. Pandangan ini berlaku untuk senua jaman.
Ketiga, haruslah menjadi seorang yang berkarakter kuat menggerakkan perubahan penting untuk kedaulatan, keadilan dan kemaslahatan bersama serta kedamaian. Menjadi manusia Indonesia adalah menjadi solidarity maker, problem solver, trend setter dan perakit persatuan bangsa, bukan pemecah belsh bangsa.
Keempat, haruslah hatinya melimpah, siap berkorban untuk kemuliaan, tidak egosentris. Tidak bermental meminta dan menuntut apalagi koruptif. Menjadi manusia Indonesia yang jenuin berarti siap bekerja keras membela dan melindungi serta memajukan masyarakat negara dan bangsa.
Menegakkan KedaulatanOtoritarianisme adalah benalu politik dan hukum yang akan menghancurkan sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Otoritarianisme musuh keluhuran agama dan Pancasila, merusak demokrasi dan membunuh kedaulatan dan martabat warga, masyarakat bangsa dan negara merusak sistim hukum dan keadilan. Itulah mengapa Kasman kemudian melawan penjajah, otoritarianisme NASAKOM rezim Soekarno dan juga Soeharto meski dia harus dipenjara.
Demokrasi harus diperjuangkan secara sungguh-sungguh dan bersama-sama jika bangsa dan negara Indonesia ingin maju dan diperhitungkan oleh siapapun. Dan agama, sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh Kasman, menjadi bagian yang sangat penting bagi upaya serius memajukan Indonesia sebagai negeri muslim terbesar di dunia, pencipta dan penjaga perdamaian dunia, penjaga hukum dan keadilan serta kesejahteraan. Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari kiprah Kasman dan karena itu ia tetaplah relevan.
[***]
Penulis adalah asisten Staf Khusus Presiden bidang Keagamaan Internasional dan Wakil Ketua Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan (Dikti Litbang) PP Muhammadiyah.