Berita

Ilustrasi/Net

Publika

Politik Omong Kosong

KAMIS, 01 NOVEMBER 2018 | 11:09 WIB

SATU dari tiga ciri kemunafikan adalah janji yang tak ditepati. Aturan main ini bukan semata ajaran agama yang lepas dari urusan dunia. Bukan pula sekadar kaidah etika yang disimpan sebagai dekorasi, sebatas teori.

Janji yang ditepati, bukan hanya soal interaksi antar individu, hubungan pertemanan dan semacamnya. Janji yang ditepati juga menyangkut soal relasi antara pemerintah dengan rakyat. Nilai ini juga tentang bagaimana kepemimpinan seseorang diukur, apakah ia komitmen dengan apa yang telah diucapkannya, apakah ada kesesuaian antara kata dan perbuatan.

Tanpa komitmen dan konsistensi, Seorang pemimpin akan mengalami defisit kepercayaan, kehilangan reputasi. Sudah menjadi ketentuan alam bahwa pemimpin yang tidak mampu memegang erat janjinya akan kehilangan trust dari orang yang dipimpinnya.


Pemimpin yang dituntut menyesuaikan kata dan perbuatan adalah pemimpin dalam arti seluas-luasnya. Sejak dari Presiden, hingga pribadi-pribadi yang sejatinya mengemban amanah.

Sorotan kepada penguasa, yang disimbolkan pada pucuknya oleh presiden, sudah tentu akan lebih menjadi Sorotan. Sebagai pemegang otoritas, segala janji pemerintah akan menjadi sorotan.

Maka dapat dimaklumi jika orang kebanyakan terdengar sering mengkritisi bahkan berteriak menagih janji presiden. Ini adalah ekspresi di mana rakyat menginginkan dipimpin oleh Presiden yang amanah, yang kata-kata dan perbuatannya sejalan. Rakyat menginginkan presiden yang menepati janji.

Kualifikasi pemimpin dengan komitmen, konsisten, dan menepati janji juga menjadi syarat yang didambakan di level partai politik. Para kader partai juga menginginkan dipimpin oleh sosok pemimpin partai yang memiliki kesesuaian kata dan perbuatan.

Sebagaimana rakyat yang tak cukup dihujani janji, demikian juga dengan kader partai yang tak cukup dengan hanya dijanjikan dan diberi pidato.

Ini bukan soal 'tidak ada makan siang yang gratis', ini adalah tentang harapan orang yang dipimpin terhadap pemimpinnya.

Harga yang sepadan untuk ditukarkan dengan loyalitas adalah bukti kepemimpinan yang baik, yang layak, yang pantas.

Kepemimpinan yang dilandaskan dengan satunya kata dan perbuatan, bukan semata-mata Omong Kosong!

Oleh: Iwan Sumule

Penulis adalah Caleg DPR RI Gerindra Dapil Jakarta Timur Nomor Urut 6.


Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

Kreditur Tak Boleh Cuci Tangan: OJK Perketat Aturan Penagihan Utang Pasca Tragedi Kalibata

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:15

Dolar Melemah di Tengah Data Tenaga Kerja AS yang Variatif

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00

Penghormatan 75 Tahun Pengabdian: Memori Kolektif Haji dalam Buku Pamungkas Ditjen PHU

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:48

Emas Menguat Didorong Data Pengangguran AS dan Prospek Pemangkasan Suku Bunga Fed

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:23

Bursa Eropa Tumbang Dihantam Data Ketenagakerjaan AS dan Kecemasan Global

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:01

Pembatasan Truk saat Nataru Bisa Picu Kenaikan Biaya Logistik

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:46

Dokter Tifa Kecewa Penyidik Perlihatkan Ijazah Jokowi cuma 10 Menit

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:35

Lompatan Cara Belajar

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:22

Jakarta Hasilkan Bahan Bakar Alternatif dari RDF Plant Rorotan

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:11

Dedi Mulyadi Larang Angkot di Puncak Beroperasi selama Nataru

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:48

Selengkapnya