Berita

Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi/Net

Wawancara

WAWANCARA

TGB Zainul Majdi: Tak Usahlah Ada Pembakaran, Panji Rasul Cukup Dilipat Saja

SABTU, 27 OKTOBER 2018 | 08:42 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi ikut prihatin atas kegaduhan sosial pasca pemba­karan bendera panji Islam oleh oknum anggota Banser (Barisan Ansor Serba Guna) GP Ansor. Pimpinan Nahdlatul Wathan ini mengatakan, simbol bendera yang dibakar itu memang sudah ada sejak zaman rasullulah. Ada beragam riwayat tentang panji Islam itu, baik bendera yang berwarna dasar putih, hitam atau kuning. Kepada Rakyat Merdeka, TGB memberikan penjelasan sekaligus imbauan­nya kepada masyarakat terkait peristiwa pembakaran bendera panji Islam tersebut.

Bagaimana Anda meman­dang peristiwa pembakaran bendera panji Islam yang dilakukan oleh oknum Banser itu?
Kita semua harus jujur denganapa yang terjadi. Ketika kita bicara tentang atribut bendera, tidak pas kalau semata kita bicara bahwa, wah itu kan ben­dera rasul. Memang sejak za­man rasul bendera itu sudah ada. Konteksnya jelas, dipakai sebagai penanda saat perang. Bukan bendera dalam penger­tian yang kita pahami seperti yang dimiliki oleh satu negara. Semua ulama sepakat panji rasul itu adalah bagian dari instrumen pengaturan dalam perang agar anggota pasukan tahu di mana posisi rekan-rekannya.

Lantas menurut Anda apakah salah kalau bendera itu sekarang dikibar-kibarkan?

Lantas menurut Anda apakah salah kalau bendera itu sekarang dikibar-kibarkan?
Sampai hari ini, saya cek di semua khazanah kitab-kitab hadist tentang perjalanan rasul. Dari awal sampai akhir, saya belum pernah menemukan ada satu narasi terkait dengan bendera rasul itu dikibar-kibarkan di Madinah dalam keadaan damai, biasa-biasa, lalu bendera masa perang dikibarkan. Bendera (rasul) digunakan saat perang badar, sebagai penanda ini tuh pasukan (rasul). Saya bingung kalau gitu, musuhnya siapa sekarang?

Tapi saat ini masyarakat terlanjur menilai pembakaran bendera sebagai pelecehan ter­hadap Islam. Bagaimana itu?
Tidak bisa begitu saja kita bicara, wah ini melecehkan. Pada praktiknya, kalaupun ada, itu panji pada saat perang. Dan seperti yang berulang kali saya saya sampaikan, Indonesia ada­lah tempat di bumi Allah yang paling aman dan damai. Banyak perbedaan yang luar biasa tapi dipersatukan diikat semangat ke­bangsaan. Sesama anak bangsa adalah saudara. Indonesia bukan medan perang.

Jadi Anda menilai pem­bakaran bendera itu insiden biasa saja?

Tidak begitu juga. Dalam situasi apapun, menurut saya, tidak usah ada pembakaran karena pasti ada kontroversi. Dilipat saja, lalu serahkan pada penegak hukum. Kalau ada proses hukum yang dirasa perlu, silakan diproses.

Anda setuju Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) disebut organisasi terlarang di Indonesia?
Ketika kita bicara tentang satu kelompok tertentu yang sering menggunakan bendera itu, kel­ompok itu tidak hanya dilarang di Indonesia. Kelompok itu dilarang di Turki, Saudi, Mesir, dan mungkin lebih 20 negara. Apakah itu berarti pemerintah Turki anti-Islam? Apakah itu berarti pemerintah Saudi anti-Islam? Mesir anti-Islam? Ketika melarang kelompok itu, untuk ada di situ, saya pikir bukan. Jadi kenapa dilarang pasti ada alasan objektifnya.

HTI muncul dengan ga­gasan khilafah di Indonesia. Bagaimana Anda meman­dang konsepsi khilafah di Indonesia?
Saya tidak mendukung ide khilafah. Islam tidak memer­intahkan satu sistem pemerin­tahan tertentu, namun memberi panduan nilai-nilai mulia yang harus terwujud dalam sistem apa pun. Sistem republik demokratis yang disepakati dalam NKRI tak kalah valid dan sah dibanding sistem khilafah. Pertama, karena ini hasil kesepakatan kita semua. Kedua, karena nilai-nilai dasar yang diperjuangkan Islam telah ada, utamanya nilai-nilai ketu­hanan, kemanusiaan, persatuan, syura dan keadilan. Tinggal bagaimana kita mengimple­mentasikan nilai-nilai itu dalam kehidupan berbangsa.

Jadi NKRI dan khilafah tidak pas jika dibandingkan?
Ada kaidah yang mengatakan, al-maslahah al-mutahaqqiqah an-naajizah muqaddamah 'alal maslahah al-mustaqbalah al-marjuhah. Maslahat nyata, jelas dan telah terwujud, didahulu­kan di atas maslahat prediktif yang belum terwujud. NKRI ini konkret, nyata, jelas, dan sudah terbukti menjadi rumah kita semua. Ini juga rumah berislam yang paling nyaman di dunia. Namun tentu saja cinta NKRI adalah satu hal, sedangkan mem­bakar bendera yang bertuliskan kalimat tauhid adalah hal lain. Urgen kita sadari bahwa semua anarkisme akan menghilangkan keadaban publik. Tahan diri, perbanyak silaturahmi.

Nilai penting kalimat tauhid itu apa sih?
Kalimat tauhid adalah bagian dari dua kalimat syahadat bagi seorang muslim. Itu adalah persaksian di dunia dan akhirat dan didalamnya ada dua asma termu­lia. Asma Allah tujuan manusia kembali, dan asma rasul yang syafaatnya diharapkan nanti. Muliakan asma-asma itu dengan tidak menjadikannya tameng mencari kekuasaan.

Masyarakat menyesalkan pelaku pembakaran telah dilepaskan polisi. Anda sendiri bagaimana?
Saya berharap kejadian itu ditangani dan dijelaskan dengan baik kepada publik. Saya perca­ya penegak hukum kita mampu menghadirkan esensi keadilan lahir dan batin. ***

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya