Berita

Jamal Khashoggi/Net

Publika

Khashoggi Dan Media Kita

SENIN, 22 OKTOBER 2018 | 09:18 WIB

JAMAL Khashoggi, entah terbuat dari zat apa nyali jurnalis satu ini. Kerap mengkritisi tirani di negeri sendiri. Terusir, dan memilih benua seberang untuk menumpah ruah kan segala keganjilan, yang menurutnya tak mesti ada lagi.

Namun dalam bulan ini, jasadnya menghilang seperti ditelan gaibnya segitiga bermuda. Lenyap. Dunia pun hiruk pikuk. Setakat ini, Monarki Saudi menjadi pihak yang dipersalahkan. Dibius lalu dimutilasi, disebut sebagai cara melenyapkan jejak keberadaannya. Tuduhan keterlibatan Putra Mahkota Saudi ditangkis dengan sejuta alibi.

Turki, negeri peraduan timur dan barat sebagai lokus kejadian tak tinggal diam. Erdogan bersumpah mengerahkan investigasi menyeluruh, konsulat digeledah. Pengakuan dari Riyadh berangsur diberikan, setelah bukti dan tekanan tak henti dari berbagai belahan bumi.


Akhir dari kisah ini, bisa saja membuat tampuk kekuasaan bagi sang putra mahkota yang sudah di depan mata itu pupus. Atau, hanya berakhir di meja-meja perundingan, dengan hujan bantuan dari ladang-ladang minyak Arab Saudi bagi negara-negara yang terlalu latah mempersoalkannya.

Benarlah apa yang dikata Anis Matta, selain partai politik, kampus, dan LSM, media dengan segala perangkatnya merupakan kekuatan masyarakat sipil untuk menjaga tetap warasnya tata pemerintahan dan negara. Juga sebaliknya, peran media juga bisa membuat tipu daya mengelabui publik.

Di Indonesia, genitnya colekan media juga pernah membuat penguasa alergi. Buya Hamka dengan Panji Masyarakat nya dibredel Soekarno. Bahkan yang sampai meregang nyawa juga tidak sedikit. Sebut saja Syafruddin, wartawan Bernas, karena guratan penanya, seketika membuat jasadnya berkalang tanah. Rezim The Smiling General dituduh sebagai otak pembunuhan, walaupun sampai detik ini tak ada titik terang pengungkapan kasus.

Masa kekuasaan BJ Habibie yang seumur jagung, kuli tinta seperti lepas dari pasung yang membelenggu puluhan tahun. Namun di saat yang sama, hingga saat ini, media mainstream dirangkul ke dalam bilik-bilik perselingkuhan. Jurnalisnya pun mau tak mau terpaksa menurut irama dan lenggok si empunya.

Sehingga tidak heran kemudian, seorang walikota dipoles oleh media dengan tipu-tipu Esemka nya, bisa menjadi pemimpin ibukota. Tak lama, masuk keluar gorong-gorong lalu disulap menjadi kepala negara. Ajaib.

Memang afiliasi media massa dengan penguasa sebuah keniscayaan, tentu dengan kadar yang bertingkat. Tapi ketika media sudah berkolaborasi dengan politik, bahkan konglomerasinya dimiliki penguasa politik, jelas hak publik akan informasi menjadi sumir.

Pesta pora yang menghabiskan triliunan rupiah, penanganan korban bencana yang lamban, dan merosotnya mata uang, bisa ditutup sekaligus dengan satu drama kebohongan seorang masyarakat sipil. Digempur 24 jam, dari pakar ekspresi hingga politisi alay pun diminta pendapatnya. Remuk seketika reputasi aktivis gaek itu.

Akhir hidup Khashoggi mungkin tragis, suatu yang bisa saja terjadi dimana pun. Tetapi ada bencana yang lebih mengerikan dari itu, yakni, ketika media tidak lagi seperti anjing yang menggonggong disaat ada ketidakwajaran yang dilihatnya. Tapi hanya seperti kucing tetangga yang usai mendapatkan sepotong ikan asin, dengan manja mengelus-elus telapak kaki yang berkubang.[***]


 Alwira Fanzary Indragiri

Ketua OKP Lingkar Anak Negeri Riau/ Jurnalis

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

Kreditur Tak Boleh Cuci Tangan: OJK Perketat Aturan Penagihan Utang Pasca Tragedi Kalibata

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:15

Dolar Melemah di Tengah Data Tenaga Kerja AS yang Variatif

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00

Penghormatan 75 Tahun Pengabdian: Memori Kolektif Haji dalam Buku Pamungkas Ditjen PHU

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:48

Emas Menguat Didorong Data Pengangguran AS dan Prospek Pemangkasan Suku Bunga Fed

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:23

Bursa Eropa Tumbang Dihantam Data Ketenagakerjaan AS dan Kecemasan Global

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:01

Pembatasan Truk saat Nataru Bisa Picu Kenaikan Biaya Logistik

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:46

Dokter Tifa Kecewa Penyidik Perlihatkan Ijazah Jokowi cuma 10 Menit

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:35

Lompatan Cara Belajar

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:22

Jakarta Hasilkan Bahan Bakar Alternatif dari RDF Plant Rorotan

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:11

Dedi Mulyadi Larang Angkot di Puncak Beroperasi selama Nataru

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:48

Selengkapnya