Berita

Foto: Net

Politik

Kaum Muda Gelorakan Antikampanye Negatif

RABU, 17 OKTOBER 2018 | 06:52 WIB | LAPORAN:

Demokrasi di Indonesia tidak selayaknya dipenuhi dengan isu-isu dan kampanye negatif berbau busuk.

Ketua Pengurus Kolektif Nasional Relawan Angkatan Pembaharuan Indonesia (PKN RAPI) Syah Abduh El’Wahid menuturkan, sekarang ini kian banyak partai politik maupun caleg-caleg melakukan kampanye dengan mempergunakan isu-isu negatif.

Kampanye seperti itu justru sangat merusak demokrasi dan membuat hubungan sosial retak.


"Kampanye hitam mulai merebak saat ini, khususnya ketika elit-elit politik negeri ini bicara tentang boleh atau tidaknya melakukan kampanye negatif bagi lawan politik. Kita menolak kampanye negatif," tutur Wahid dalam siaran persnya, Rabu (17/10).

Dia menegaskan, dalam Rapat Harian Pengurus Kolektif Nasional (PKN) RAPI bersama Dewan Pengarah RAPI tegas menolak berkembangnya wacana kampanye negatif.

Kampanye adalah alat atau cara mendapatkan dukungan dari masyarakat, yang bisa dilakukan dalam bentuk rapat-rapat umum, brosur, spanduk, fliyer dan lain sebagainya.

“Bagaimana jika hal itu dilihat atau didengar oleh anak-anak kecil? Tak terbayang rusaknya generasi-generasi muda penerus bangsa ke depan yang akan memimpin negara ini. Kampanye negatif walaupun isinya benar, bukanlah hal pokok dalam kampanye. Ini bukan persolan benar salah, tapi ini persoalan baik buruk. Kita berbangsa dan bernegara ini untuk membangun sebuah peradaban yang luhur untuk umat manusia," tuturnya.

Wahid menekankan, proses Pemilu dalam konteks berbangsa dan bernegara bukan sekedar meraih kekuasaan saja. "Kita mau dikenang sebagai bangsa yang memiliki kebudayaan yang adi luhung seperti yang ditinggalkan para leluhur kita,"ujar Wahid.

Sementara itu, Ketua Dewan Pengarah RAPI Benny Sijabat menambahkan, Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dengan banyak sekali ragam budaya dari Sabang sampai Merauke. Oleh karena itu, sebagai negara dan sebagai bangsa yang bermartabat, semua itu harus dijaga dan menjadi keluarga besar Indonesia yang beradab.

Ia pun mengajak semua pihak mencermati keagungan sebuah peradaban adalah bagaimana bentuk protes atau kritik dilakukan secara elegan dan berbudaya.

"Saling menghargai, saling membesarkan pihak lawan dalam budaya komunikasi nenek moyang kita dulu adalah hal lazim yang diungkapkan. Kalaupun mau melakukan kampanye negatif cukuplah dalam bahasa sindiran atau majas dalam rapat-rapat umum saja bukan di seluruh bentuk kampanye," terangnya.

Ia heran sekarang ini malah merebak bahasa-bahasa vulgar dalam bentuk meme di media siber, juga dalam bentuk-bentuk kampanye-kampanye negatif. Semua itu tegas dinilainya tidak memiliki nilai etika dan estetika.

"Contohnya presiden kerempeng, jomblohlah, anak ini, anak itulah dan lain sebagainya. Jika kampanye negatif  seperti itu yang mau kita tampilkan, mau jalan ke mana arah bangsa ini?" ujarnya.

Dia pun meminta penyelenggara Pemilu dan aparat hukum menindak tegas pola kampanye negatif yang terus menerus terjadi. Tidak perduli dari pihak mana pun itu.[wid]

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya