Berita

Dahlan Iskan

Rendang Unta William Wongso

MINGGU, 07 OKTOBER 2018 | 05:14 WIB | OLEH: DAHLAN ISKAN

BARU sekali ini saya makan daging unta. Dimasak rendang.
 
Yang istimewa, yang masak  rendang ini William Wongso. Suhunya kuliner Indonesia. Yang lagi gila rendang. Dipasarkan di mana-mana. Dengan cara modern.

Saya tidak menyangka disuguhi rendang unta. Ketika berkunjung ke kantornya. Di bilangan Brawijaya VIII Jakarta. Jumat sore lalu.


Tentu tidak hanya daging unta. Saya diminta juga merasakan rendang daging sapi. Dan rendang daging bebek. Tiga-tiganya cocok di lidah saya.

Namanya saja William Wongso. Mejanya penuh masakan. Saya diminta juga mencicipi soto betawi. Yang tanpa santan. Pak William sendiri yang meracik soto itu. ''Saya kasih ini,'' katanya, ''sebagai pengganti santan.''

Sambil berkata begitu pak William meraih satu botol putih. Itulah botol fibermilk. Susu khusus untuk pengganti santan. Saya simak botolnya. Sudah bisa dibeli di Indonesia.

Saya pun ngobrol panjang soal masakan Indonesia. Dan masakan seluruh dunia. Pak William ingin rendanglah yang bisa dijagokan. Untuk duta bangsa. Ke jagat raya.

Sambil makan, mata saya terpana pada satu foto. Hitam-putih. Yang dipajang di dinding. Seorang lelaki bercelana sedengkul. Mengoperasikan kamera. Seperti sedang shooting film. ''Itu bapak saya,'' katanya.

Saya berdiri. Mendekat ke dinding. Tertulis tahunnya: 1946. Baru setahun umur Indonesia.

Sang ayah ternyata juru kamera istana. Zaman itu. Zaman Presiden Bung Karno. ''Waktu Bung Karno ke India ayah saya diajak. Naik pesawat Dakota,'' kata William.

Setidaknya, kata William, ada tiga kenangan dari Bung Karno. Pada ayahnya itu.

Ayahnya diberi mobil. Pada tahun 1950. Yakni Ford tahun 1949. Masih baru. Gress. Bukan main bergengsinya.

Lalu urusan rumah yang sudah lama ditempatinya di Jalan Ondomohen Surabaya. Yang statusnya VB. Berkat Bung Karno rumah itu bisa dibeli. Dengan harga murah.

Dan yang istimewa: kewarganegaraan Indonesia. Yang didapatnya dengan sangat mudah. Atas permintaan Bung Karno. Sampai Pengadilan Negeri Surabaya kebingungan. Menyiapkan syarat-syaratnya.

Wong See Hwa, ayah William Wongso itu, baru tiba di Indonesia tahun 1943. Dari Shanghai. Di zaman Jepang. Dua tahun sebelum proklamasi. Masih bujangan. Belum bisa berbahasa Indonesia.

Kelak namanya menjadi Suwadi Wongso. Kawin dengan gadis Malang. Melahirkan anak: William Wongso ini.

Wong sendiri ke Indonesia atas ajakan Chok, pengusaha bioskop. Yang adalah ayahanda tokoh perfilman nasional: Yong Indrajaya. Pemilik Panamas Film.

Wong diincar karena prestasinya di Shanghai. Sebagai seorang juru kamera yang handal. Untuk perusahaan film Shanghai.

Kemampuan masak William datang dari ayahnya itu. Yang sangat menyukai masakan Indonesia.

Sejak remaja pun William sudah suka masak di rumah. Menirukan bapaknya.

Rumah di Jalan Ondomohen itu kemudian diwariskan ke William. Di situ ia mendirikan radio: Merdeka FM. Sambil mengurusi biro iklan. Kelak, ketika William harus pindah ke Jakarta radio itu dibeli grup Suzanna. Konglomerat radio di Surabaya.

Kini William sudah berumur 71 tahun. Idenya tentang kuliner tidak habis-habisnya. Acara keliling dunianya tidak henti-hentinya: mempromosikan masakan Indonesia.

Pergi ke mana pun William membawa bumbu. Untuk demonstrasi masakan.

Belum lama ini ia diundang ke Los Angeles. William memperkenalkan menu barunya: Rawon Expresso.

Ditaruh di cangkir kopi. Warnanya hitam. Banyak yang kaget: acara makan baru akan mulai kok sudah disuguhi kopi. Yang biasanya untuk minuman penutup.

Barulah ia menjelaskan: itu bukan kopi. Itu sop pembuka. Warnanya memang hitam. Itu  karena bumbunya: ‘kluwek’.
William tidak menaruh daging di sopnya itu, eh, ekspresso-nya itu. ''Rasa kluwek itu kalau penanganannya baik sudah seperti rasa daging,'' katanya.
 
William tidak sepakat dengan saya: warna rendang tidak menarik bagi orang bule. Warnanya kehitaman.

William justru sebaliknya. ''Saya selalu mempromosikan istilah white to black,'' katanya. Santan yang putih diolah sedemikian rupa hingga jadi hitam.

Ia juga baru pulang dari Paris. Menghadiri festival kuliner 60 negara. Di bawah menara Eiffel. ''Jepang menyajikan masakan berwarna hitam,'' kata William.

Black Ramen. Mie ramen warna hitam. Paling ramai penggemarnya. ''Warna hitamnya datang dari wijen hitam,'' katanya.

William tidak mau dipuji. Justru ia selalu memuji pejuang kuliner Indonesia lainnya. Seperti Rustono. Yang begitu gigihnya mempromosikan tempe di Jepang. Berhasil. Kini punya pabrik tempe di Jepang. Dan Korea. Dan Meksiko. Sebentar lagi di Rusia.

William akan terus berjuang dengan rendangnya. Ia sudah mencoba daging apa saja. Sapi, kambing, kelinci, bebek, dan berbagai daging binatang liar di Afrika. ''Yang saya gagal adalah bikin rendang daging gajah,'' katanya. ''Saya telat datang. Gajahnya sudah dua hari ditembak. Saya baru tiba di Afrika,'' tambahnya.

Kalau daging unta, katanya, pasti enaknya. Apalagi kalau di bumbunya disertakan lemak dari punuk unta. Rasanya khas sekali.

Apalagi kalau dapat daging unta asli Saudi. Yang digembala secara liar di gurun. Yang makanannya tumbuhan pendek berduri. Yang tumbuh di sela-sela batu. Yang entah bagaimana duri itu tidak bisa bikin luka mulut unta.

Itulah, kata William, daging unta terbaik.

Anda, pembaca, harus percaya. Lihatlah foto rendangnya. Nikmati khayalannya.[***]

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

Pidato Prabowo buat Roy Suryo: Jangan Lihat ke Belakang

Senin, 08 Desember 2025 | 12:15

UPDATE

Dituding Biang Kerok Banjir Sumatera, Saham Toba Pulp Digembok BEI

Kamis, 18 Desember 2025 | 14:13

Kapolda Metro Jaya Kukuhkan 1.000 Nelayan Jadi Mitra Keamanan Laut Kepulauan Seribu

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:56

OTT Jaksa di Banten: KPK Pastikan Sudah Berkoordinasi dengan Kejaksaan Agung

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:49

Momen Ibu-Ibu Pengungsi Agam Nyanyikan Indonesia Raya Saat Ditengok Prabowo

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:41

Pasar Kripto Bergolak: Investor Mulai Selektif dan Waspada

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:31

Pimpinan KPK Benarkan Tangkap Oknum Jaksa dalam OTT di Banten

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:21

Waspada Angin Kencang Berpotensi Terjang Perairan Jakarta

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:02

DPR: Pembelian Kampung Haji harus Akuntabel

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:01

Target Ekonomi 8 Persen Membutuhkan Kolaborasi

Kamis, 18 Desember 2025 | 12:58

Film TIMUR Sajikan Ketegangan Operasi Militer Prabowo Subianto di Papua

Kamis, 18 Desember 2025 | 12:48

Selengkapnya