Berita

Prabowo Subianto/Net

Publika

Prabowo Pemimpin Sejati

KAMIS, 04 OKTOBER 2018 | 17:22 WIB

DRAMA pengeroyokan kepada Ratna Sarumpaet memasuki babak anti klimaks dengan adanya pengakuan dari yang bersangkutan bahwa sebenarnya tidak ada pengeroyokan dan selama ini dirinya berbohong, termasuk berbohong kepada Calon Presiden, Prabowo Subianto dan tokoh nasional Amien Rais.

Mendengar pengakuan Ratna Sarumpaet, Capres Prabowo yang sebelumnya mendesak kasus pengeroyokan segera diusut, langsung meminta maaf. Dirinya pun mengakui telah grusa-grusu. Terbawa arus sentimentil atas penganiyaan yang dilakukan terhadap nenek 70 tahun.

Kami sebagai kader Partai Gerindra sangat bangga dengan tindakan Capres Prabowo.


Pertama, ketika mendapat laporan tentang penganiayaan, Capres Prabowo langsung menggelar konferensi pers sebagai pembelaan nyata terhadap pendukung yang dianiaya. Inilah sosok pemimpin sejati yang siap sedia membela orang tertindas.

Apa dampaknya? Luar biasa! Polisi langsung bergerak mengumpulkan bukti-bukti. Menyisir setiap sudut Kota Bandung dan Jakarta. Membuka rekening dan telepon pribadi Ratna Sarumpaet. Suatu langkah polisi yang patut diapresiasi, meski sangat disayangkan dokumen lidik bisa tercecer ke ruang publik.

Intinya, konpres yang dilakukan oleh Capres Prabowo tidak sia-sia. Ada dampaknya. Yakni polisi cepat bergerak. Kebenaran cepat terungkap.

Sehingga apabila dipercaya menjadi Presiden 2019-2024, maka rakyat Indonesia di belahan bumi mana pun, dapat tersenyum bahagia karena memiliki presiden yang siap membela rakyatnya. Tidak hanya Ratna Sarumpaet saja yang dibela.

Sebelumnya, pada tahun 2013, Prabowo juga berusaha menyelamatkan TKI Wilfrida Soik dari ancaman hukuman gantung dalam kasus pembunuhan majikannya di Malaysia. Prabowo bolak-balik ke Malaysia dan menyewa pengacara kelas wahid Malaysia, Tan Sri Shafee, yang akhirnya berhasil membebaskan Wilfrida dari segala tuntutan pada 2015.

Kedua, setelah mencuat pengakuan Ratna Sarumpaet, Capres Prabowo juga sontak berbicara ke media, bahwa dirinya meminta maaf. Sikap pemimpin sejati. Mau mengakui kesalahan. Tak segan meminta maaf. Jarang ada pemimpin model Pak Prabowo.

Ketiga, Capres Prabowo juga mengambil sikap tegas dengan meminta Ratna Sarumpaet mundur dari Tim Kampanye Prabowo-Sandi. Sosok pemimpin yang tegas. Indonesia membutuhkan sosok pemimpin tegas yang berani memberikan hukuman kepada pendukung yang bersalah.

Kasus menyampaikan berita bohong sejatinya tidak hanya dialami Capres Prabowo saja. Selevel Presiden Joko Widodo juga pernah melakukannya, bahkan di berbagai forum baik dalam negeri maupun forum internasional.

Presiden Joko Widodo di berbagai forum dengan bangganya menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia menempati ranking tiga di dunia.

Klaim Presiden Jokowi disanggah oleh kolumnis ekonomi Jake Van Der Kamp dalam tulisan yang berjudul: "Sorry President Widodo, GDP rankings are economists' equivalent of fake news". Tulisan tersebut dimuat oleh media massa terbesar di Hongkong South China Morning Post pada 2 Mei 2017.

Jake Van Der Kamp menyampaikan Indonesia dengan angka pertumbuhan 5,02 persen berada pada ranking 13 di Asia, bukan tiga di dunia. Dengan nada meledek, Van Der Kamp mempertanyakan klaim Jokowi tersebut. "Ketiga di dunia, benarkah? Dunia yang mana?".

Menurut perhitungan Van Der Kamp, setidaknya di Asia sendiri ada 13 negara dengan pertumbuhan ekonomi yang melampaui 5,02 persen Indonesia.

Dalam kasus kebohongan tersebut, apakah Presiden Jokowi secara jantan meminta maaf? Tidak!!

Padahal Presiden Jokowi dikelilingi seperangkat "anak buah". Ada KSP, menteri-menteri Kabinet Kerja ditambah ada BIN, nyatanya bisa "dibohongi" juga.

Membandingkan kepribadian Capres Prabowo dan Capres sebelah, sungguh tidak sepadan. Ketika melakukan kesalahan, Capres Prabowo tidak malu untuk meminta maaf dan mengakui kesalahannya. Capres sebelah tidak sama sekali.

Capres Prabowo seketika meminta pemasok informasi bohong untuk mengundurkan diri. Capres sebelah membiarkan pemasok informasi palsu tetap menjadi pejabat padahal kesalahannya sangat fatal, sudah memalukan bangsa Indonesia di mata dunia. [***]

Moh. Nizar Zahro
Ketua Umum Satuan Relawan Indonesia Raya (Satria) Gerindra

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

Kreditur Tak Boleh Cuci Tangan: OJK Perketat Aturan Penagihan Utang Pasca Tragedi Kalibata

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:15

Dolar Melemah di Tengah Data Tenaga Kerja AS yang Variatif

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00

Penghormatan 75 Tahun Pengabdian: Memori Kolektif Haji dalam Buku Pamungkas Ditjen PHU

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:48

Emas Menguat Didorong Data Pengangguran AS dan Prospek Pemangkasan Suku Bunga Fed

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:23

Bursa Eropa Tumbang Dihantam Data Ketenagakerjaan AS dan Kecemasan Global

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:01

Pembatasan Truk saat Nataru Bisa Picu Kenaikan Biaya Logistik

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:46

Dokter Tifa Kecewa Penyidik Perlihatkan Ijazah Jokowi cuma 10 Menit

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:35

Lompatan Cara Belajar

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:22

Jakarta Hasilkan Bahan Bakar Alternatif dari RDF Plant Rorotan

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:11

Dedi Mulyadi Larang Angkot di Puncak Beroperasi selama Nataru

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:48

Selengkapnya