Berita

Radar Sulteng

Dahlan Iskan

Palu Ketika Tanpa Koran

KAMIS, 04 OKTOBER 2018 | 05:27 WIB | OLEH: DAHLAN ISKAN

SAYA kepikiran teman-teman saya di Radar Sulteng. Harian yang saya dirikan di Palu.
Meski saya tidak lagi di Jawa Pos mereka adalah abadi. Di hati.

Saya mencari mereka sampai hari ketiga gempa. Nomor tilpon Bung Kamil tidak bisa dihubungi. Dialah Dirutnya. Saya akhirnya dapat nama Jemy. Wartawannya. Yang lagi di pengungsian.

Dari Jemy saya tahu: gedung Graha Pena Palu baik-baik saja. Hanya berantakan interiornya. Fondasi mesin cetaknya juga istimewa.

Dari Jemy saya tahu: gedung Graha Pena Palu baik-baik saja. Hanya berantakan interiornya. Fondasi mesin cetaknya juga istimewa.

Tapi koran tidak bisa terbit. Tidak ada listrik. Komputernya juga berserakan di lantai. Plafonnya ada yang runtuh.

Saya bangga dengan gedung ini. Sempat menjadi gedung terbaik di Palu. Sebelum bermunculan gedung-gedung baru.

Akhirnya saya menemukan Kamil. Kemarin. Via HP-nya. Kamil lagi dalam perjalanan mengungsi. Ke Luwuk. Pantai timur Sulawesi. Mengungsikan istri dan anaknya. Yang trauma oleh gempa dan tsunami. Oleh gempa-gempa susulan. Oleh kelangkaan pangan. Oleh berita-berita yang serba mengerikan.
 
Kemarin Kamil tiba di Poso. Palu-Poso harus ia tempuh 18 jam. Padahal, normalnya, 4 jam. Dari Poso Kamil akan terus ke timur. Ke Luwuk. Daerah baru yang masa depannya lebih maju. Sejak ada proyek LNG di sana.

Kamil menyaksikan jalan menuju Poso padat. Kendaraan berurut di jalan raya. Banyak orang berpikiran sama: meninggalkan Palu.

Begitu juga yang jurusan ke utara: menuju Gorontalo dan Manado. Idem dito jurusan ke selatan: Mamuju – Pare Pare – Makassar.

Palu ditinggalkan penduduknya. Yang kelas menengah. Yang punya mobil. Yang umumnya pendatang.

Kamil pilih ke Luwuk karena ada adiknya di sana. Rumahnya di Palu ditinggalkan begitu saja. Demikian juga para tetangganya.

Tidak aman di Palu. Tidak tenang di Palu. Begitu perasaan mereka.

Gempa Jumat senja itu memang luar biasa. Gempalah penyebab utama. Tsunami menambahinya.

Kampung Jono Oge yang amblas itu misalnya. Letaknya jauh dari pantai. Lebih dari 25 km di selatan teluk Palu.

Radar Sulteng adalah karya teman-teman Palu. Awalnya saya diminta mengambil alih kredit macet di Bank BNI. Dengan personal garansi saya. Tidak punya aset apa-apa yang bisa disita. Sebagai gantinya kami mendapat saham mayoritas di koran di sana.

Di bawah manajemen kami koran maju. Bisa bayar cicilan bank. Lunas.

Lalu kami berbeda pendapat dengan partner lokal itu. Kami tidak mau bertengkar. Juga tidak mau rebutan aset baru.

Kami pamit baik-baik. Tidak minta apa pun.
Teman-teman wartawan di koran itu terbelah. Ada yang tetap kerja di koran itu. Ada yang mendirikan koran baru: Radar Sulteng. Dengan modal semangat.

Berhasil. Kokoh. Bisa bangun gedung itu. Bisa beli percetakan itu.

Letak gedung itu di ketinggian. Kami sering melihat pantai dari lantai atas gedung kami. Indah sekali.

Kemarin teman-teman cari solar. Untuk menghidupkan genset. Mencoba mesin cetak. Terganggu atau tidak. Saya doakan dengan sepenuh hati saya.

Saya juga terus memonitor keberadaan Mohammad Rizal. Wartawan baru Radar. Masih bujangan. Yang sore itu bertugas meliput Festival Nomoni. HUT kota Palu. Di pantai. Yang terkena tsunami.

''Sore itu ia pamit mau liputan di Nomoni. Sampai sekarang belum ada kabarnya,'' ujar Etha, pimpinan percetakan Radar Sulteng.
Tanpa koran gempa Palu tidak kekurangan berita. Tapi tetap saja saya terus berdoa. Untuk teman-teman di sana. Sepenuh hati. Sebagai mantan. [***]

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

UPDATE

Pesan Ketum Muhammadiyah: Fokus Tangani Bencana, Jangan Politis!

Jumat, 19 Desember 2025 | 10:13

Amanat Presiden Prabowo di Upacara Hari Bela Negara

Jumat, 19 Desember 2025 | 10:12

Waspada Banjir Susulan, Pemerintah Lakukan Modifikasi Cuaca di Sumatera

Jumat, 19 Desember 2025 | 10:05

Audit Lingkungan Mendesak Usai Bencana di Tiga Provinsi

Jumat, 19 Desember 2025 | 10:04

IHSG Menguat, Rupiah Dibuka ke Rp16.714 Pagi Ini

Jumat, 19 Desember 2025 | 09:59

TikTok Akhirnya Menyerah Jual Aset ke Amerika Serikat

Jumat, 19 Desember 2025 | 09:48

KPK Sita Ratusan Juta Rupiah dalam OTT Kepala Kejari HSU

Jumat, 19 Desember 2025 | 09:28

Bursa Asia Menguat saat Perhatian Investor Tertuju pada BOJ

Jumat, 19 Desember 2025 | 09:19

OTT Kalsel: Kajari HSU dan Kasi Intel Digiring ke Gedung KPK

Jumat, 19 Desember 2025 | 09:05

Mentan Amran: Stok Pangan Melimpah, Tak Ada Alasan Harga Melangit!

Jumat, 19 Desember 2025 | 08:54

Selengkapnya