Berita

Beras Bulog/Net

Nusantara

Cadangan Beras Bulog Efektif Jika Didukung Data Akurat

KAMIS, 27 SEPTEMBER 2018 | 21:37 WIB | LAPORAN:

Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang dikelola Badan Urusan Logistik akan berfungsi efektif jika didukung dengan data akurat.

Pengamat pangan Hizkia Respatiadi menjelaskan, idealnya CBP bisa membantu menstabilkan harga beras yang fluktuatif di pasar. Tanpa ada data akurat, kebijakan beras yang diambil pemerintah juga tidak akan efektif untuk menstabilkan harga.

Idealnya CBP juga harus didukung sistem pencatatan data yang akurat, yang mana sejauh ini selalu menjadi persoalan. CBP seharusnya terintegrasi dengan komitmen Indonesia pada ASEAN Plus Three Emergency Rice Reserves (APTERR), di mana cadangan beras jangan hanya difokuskan pada masing-masing negara melainkan difokuskan pada sistem kawasan Asia Tenggara.


"Permasalahan beras di Indonesia seharusnya bisa dilihat sangat jelas dari harganya. Harga beras adalah cerminan supply dan demand di pasar. Dengan melihat pergerakan harga seharusnya keputusan untuk mendistribusikan beras CBP dan mengimpor bisa dilakukan tanpa menunggu harga tinggi," jelas Hizkia kepada wartawan, Kamis (27/9).

Menurutnya, untuk menjaga jumlah persediaan dan kontrol harga, pemerintah dapat memenuhi kebutuhan melalui mekanisme impor tanpa harus mengendapkan dalam bentuk cadangan dengan jumlah besar.

"Berbicara mengenai stok beras, kita harus melihat harga di pasar karena harga mencerminkan supply dan demand di masyarakat. Kalaupun Bulog mau melakukan pencadangan beras, hal itu tidak bijaksana kalau dilakukan per negara. Indonesia harus mulai melihat pencadangan beras berdasarkan kawasan menggunakan skem perjanjian APTERR yang sudah disepakati oleh negara-negara ASEAN dan Jepang, China dan Korea Selatan," papar Hizkia.

Dia menambahkan, cadangan beras sejatinya digunakan dalam rangka mengantisipasi masalah kekurangan pangan, gejolak harga, keadaan darurat akibat bencana dan kerawanan pangan serta memenuhi kesepakatan APTERR.

"Tapi pada kenyataannya Bulog tidak cukup mampu menentukan waktu yang tepat dilakukan penyaluran beras di pasar sampai akhirnya harga beras benar-benar tinggi," imbuh Hizkia yang juga kepala penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS). [wah]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Investigasi Kecelakaan Jeju Air Mandek, Keluarga Korban Geram ? ?

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:52

Legislator Nasdem Dukung Pengembalian Dana Korupsi untuk Kesejahteraan Rakyat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:43

Ledakan Masjid di Suriah Tuai Kecaman PBB

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:32

Presiden Partai Buruh: Tidak Mungkin Biaya Hidup Jakarta Lebih Rendah dari Karawang

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:13

Dunia Usaha Diharapkan Terapkan Upah Sesuai Produktivitas

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:26

Rehabilitasi Hutan: Strategi Mitigasi Bencana di Sumatera dan Wilayah Lain

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:07

Pergub dan Perda APBD DKI 2026 Disahkan, Ini Alokasinya

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:52

Gebrakan Sony-Honda: Ciptakan Mobil untuk Main PlayStation

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:24

Kebijakan Purbaya Tak Jauh Beda dengan Sri Mulyani, Reshuffle Menkeu Hanya Ganti Figur

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:07

PAN Dorong Perlindungan dan Kesejahteraan Tenaga Administratif Sekolah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 13:41

Selengkapnya