Berita

Produksi jagung/Net

Nusantara

Target Produksi Jagung 30 Juta Ton Tidak Realistis

SELASA, 25 SEPTEMBER 2018 | 12:20 WIB | LAPORAN:

Target produksi jagung nasional sebesar 30 juta ton dinilai tidak realistis.

Menurut pengamat pangan Imelda Freddy, tidak realistisnya target disebabkan beberapa hal, seperti cara pemerintah menghitung proyeksi hanya didasarkan pada potensi benih jagung yang dikalikan luas lahan. Sementara, variabel lainnya tidak diikutsertakan yaitu produksi panen yang tercecer saat proses distribusi atau pengangkutan dan produksi panen yang tidak memenuhi standar.

"Angka ini akan sulit dicapai karena mesin pengering masih jarang ditemui di desa-desa penghasil jagung. Dengan adanya mesin pengering, petani tidak perlu mengeringkan jagung di bawah terik matahari. Mesin pengering juga akan sangat membantu petani saat musim hujan," jelasnya kepada wartawan, Selasa (25/9).


Dia mengatakan, mesin pengering akan membantu mengurangi kadar air pada jagung karena kadar air mempengaruhi harga jagung itu sendiri. Semakin kecil kadar air maka akan semakin tinggi harga yang diberikan sekaligus memperpanjang daya tahan jagung saat disimpan.

Khusus untuk jagung yang akan dijadikan bahan baku pakan ternak, jagung yang dikeringkan dengan mesin pengering akan berkualitas lebih baik daripada yang tidak dikeringkan dengan mesin pengering. Tanpa mesin pengering kadar air nya bisa lebih dari 17 KA, dengan adanya mesin pengering bisa mecapai 14 KA.

"Untuk menghitung target produksi ada beberapa variabel yang harus diikutsertakan, seperti jagung yang busuk, jagung yang tercecer saat distribusi, variabel eksternal seperti cuaca, sistem irigasi dan juga serangan hama," ujar Imelda.

Dia juga menyoroti dampak dari kurangnya suplai jagung. Kekurangan suplai yang tercermin dari tingginya harga jagung akan membuat para pengusaha pakan ternak beralih dari jagung sebagai komponen utama pakan ternak. Mereka beralih menggunakan bahan baku lain seperti gandum. Hal itu berakibat buruk pada para petani jagung karena hasil produksi tidak diserap oleh pasar. Perubahan minat pasar seperti ini harus diantisipasi dengan suplai jagung yang memadai.

"Lebih dari 45 persen pakan ayam berasal dari jagung sehingga kelangkaan jagung pasti akan mempengaruhi produksi pakan nasional. Belum lagi jumlah produksi jagung harus berebut dengan permintaan konsumen yang ditujukan untuk non pakan ternak," papar Imelda.

Data Kementerian Pertanian, jumlah produksi jagung nasional mengalami peningkatan pada periode 2013-2017. Pada 2013, jumlah produksi jagung nasional sebesar 18,5 juta ton dan meningkat menjadi 19 juta ton dan 19,6 juta ton pada 2014 dan 2015. Pada 2016 dan 2017, jumlahnya menjadi 19,7 juta ton dan 20 juta ton.

Di saat bersamaan, jumlah konsumsi jagung nasional juga terus naik. Periode 2013-2015, jumlah konsumsi jagung nasional sebesar 21,6 juta ton, kemudian 22,5 juta ton dan 23,3 juta ton. Terjadi sedikit penurunan pada 2016 yaitu menjadi 22,1 juta ton. Jumlah itu kembali naik menjadi 23,3 juta ton pada 2017.

"Jumlah jagung yang diimpor Indonesia terus mengalami penurunan. Indonesia mengimpor 3,19 juta ton jagung pada 2013 dan 3,18 juta ton pada 2014. Sementara itu, pada 2015, 2016 dan 2017 jumlahnya impornya adalah 3,5 juta ton, 1,3 juta ton dan 500 ribu ton. Penurunan jumlah impor yang dimaksudkan untuk melindungi petani jagung nasional justru tidak efektif untuk menjaga kestabilan harga," jelas Imelda yang juga peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS). [wah]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Investigasi Kecelakaan Jeju Air Mandek, Keluarga Korban Geram ? ?

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:52

Legislator Nasdem Dukung Pengembalian Dana Korupsi untuk Kesejahteraan Rakyat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:43

Ledakan Masjid di Suriah Tuai Kecaman PBB

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:32

Presiden Partai Buruh: Tidak Mungkin Biaya Hidup Jakarta Lebih Rendah dari Karawang

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:13

Dunia Usaha Diharapkan Terapkan Upah Sesuai Produktivitas

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:26

Rehabilitasi Hutan: Strategi Mitigasi Bencana di Sumatera dan Wilayah Lain

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:07

Pergub dan Perda APBD DKI 2026 Disahkan, Ini Alokasinya

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:52

Gebrakan Sony-Honda: Ciptakan Mobil untuk Main PlayStation

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:24

Kebijakan Purbaya Tak Jauh Beda dengan Sri Mulyani, Reshuffle Menkeu Hanya Ganti Figur

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:07

PAN Dorong Perlindungan dan Kesejahteraan Tenaga Administratif Sekolah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 13:41

Selengkapnya