Berita

Ilustrasi/Net

Hukum

Diingatkan, Polisi Pengayom Rakyat Bukan Pelaku Kekerasan

KAMIS, 20 SEPTEMBER 2018 | 21:50 WIB | LAPORAN:

Tindakan kekerasan yang dilakukan aparat di beberapa daerah dalam pengamanan mahasiswa saat melakukan unjuk rasa melanggar hak asasi manusia. Sebab hak menyampaikan aspirasi adalah hak yang dilindungi oleh undang-undang.

"Kami mengecam keras tindakan represif aparat yang mengakibatkan jatuh korban di pihak mahasiswa tersebut," kata  Koordinator Komunitas Relawan Sadar (Korsa) Amirullah Hidayat kepada redaksi, Kamis (20/9).

Amirullah meminta aparat kepolisian tidak melakukan kekerasan dalam menangani unjuk rasa mahasiswa. Apalagi sampai menggunakan pasukan Brimob untuk membubarkan mereka.


"Tindakan ini bisa membuat rakyat marah," ujar Amirullah.

Dia meminta Kapolri Jenderal Tito Karnavian menjadikan Korps Bhayangkara sebagai pengayom dan pelindung bagi rakyat, bukan malah menjadi pelaku kekerasan.

"Kalau memang Kapolri tidak mampu mengendalikan anggotanya lebih baik mengundurkan diri saja," katanya.

Sebab ditakutkan tindakan kekerasan yang dilakukan kepolisian terhadap mahasiswa membuat rakyat marah. Apalagi selama ini sudah banyak terjadi tindakan persekusi terhadap para aktivis.

"Kesabaran rakyat ada batasnya. Kalau sempat ini terjadi maka akan berbahaya bagi keamanan nasional," ungkap Aktivis Muhammadiyah ini.

Kepolisian diharapkan bekerja profesional dan menggunakan kebijakan mengayomi dalam menangani unjuk rasa mahasiswa. Bukan seolah-olah berhadapan dengan rakyat.

"Jangan sampai rakyat berpikir bahwa saat ini polisi telah bermain politik untuk mencari muka kepada penguasa. Ingat, polisi independen dan mandiri. Tidak boleh dikendalikan oleh kekuasaan manapun, termasuk Presiden sekalipun. Polisi harus menjalankan fungsinya saja, nggak usah ikut berpolitik," tegas Amirullah Hidayat.[dem]

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya