Berita

DPD Dorong Terwujudnya Program Elektrifikasi, Jangan Hanya Slogan

RABU, 19 SEPTEMBER 2018 | 18:42 WIB | LAPORAN:

. Komite II DPD RI berharap agar program pemerintah melalui Perusahaan Listrik Negara (PLN) dalam mewujudkan rasio elektrifikasi di daerah sebesar 99 persen di tahun 2019 dapat terwujud.

Apalagi saat ini masih terdapat daerah yang belum memperoleh pasokan listrik. Padahal listrik dianggap sebagai salah satu kebutuhan sehari-hari masyarakat.

"Kita berharap program elektrifikasi pemerintah ini bisa berjalan dengan baik, bisa terwujud dengan baik, bukan hanya slogan. Program ini masih berjalan dan kita siap mengawal, agar masyarakat pedesaan bisa menikmati listrik, terutama daerah 3T," kata Ketua Komite II DPD RI, Aji Muhammad Mirza Wardhana saat melakukan rapat dengan Direksi PLN di kantor PLN Pusat, Jakarta, Rabu (19/9).


Menurut dia, di daerah sering terjadi permasalahan terkait listrik. Mulai dari belum teralirinya listrik, gangguan, ataupun seringnya pemadaman.

Terkadang penyelesaian masalah-masalah tersebut memakan waktu yang cukup lama sehingga mengganggu aktivitas masyarakat yang membutuhkan listrik.

Makanya Aji berharap agar masalah-masalah tersebut segera ditangani oleh PLN dan kedepannya dapat diminimalisir.

"Di daerah itu biasanya ada tiga yang dikeluhkan orang. Pertama listrik, kedua air, dan ketiga adalah jalan. Air dan jalan ada perusahaan di daerah. Kalau PLN diomeli, mereka mesti lempar ke pusat," imbuh Senator asal Kalimantan Timur ini.

Wakil Ketua Komite II, Charles Simaremare, menjelaskan bahwa di Papua masih terdapat ribuan desa yang belum mendapatkan listrik. Namun dia memberikan apresiasi atas program dari PLN yang bernama Papua Terang yang bertujuan untuk pemerataan listrik di Papua.

Charles juga berharap agar kedepannya masyarakat seluruh desa di Papua dapat menikmati listrik.

"Papua mendapatkan program Papua Terang. Ini bagian dari kerinduan masyarakat Papua supaya dari sekian ratus kecamatan yang belum menikmati listrik, dengan program ini akan terjawab. Kita harapkan 2019 semua terjangkau oleh listrik," kata Charles yang juga Senator asal Papua ini.

Sementara itu, Senator asal Papua Barat, Mamberop Y. Rumakiek mengeluhkan soal seringnya pemadaman listrik di daerahnya. Padahal listrik menjadi modal dalam aktivitas sehari-hari. Akibatnya perkonomian menjadi terganggu. Dirinya berharap agar pemadaman seperti itu tidak terulang lagi.

"Hampir tiap hari di RRI Sorong selalu ada pengumuman pemadaman listrik di Sorong. Karena Sorong akan masuk dalam kawasan ekonomi khusus, kedepannya pasti akan membutuhkan energi yang sangat besar," tukasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Senator asal Kalimantan Selatan, Habib Hamid Abdullah, mengatakan bahwa PLN harus mengkaji penggunaan nuklir sebagai pembangkit listrik. Menurutnya nuklir menjadi pilihan yang potensial dalam mewujudkan listrik yang murah.

"Saya pikir PLTN itu harus diprioritaskan. Kedepan bisa kita gunakan sebagai leading sektor PLN dan pemerintah, karena akan murah listrik. Soal pro kontra, mungkin kalau ditempatkan ke Jawa, yang rawan gempa, maka akan takut kejadian di Jepang terulang. Mungkin bisa ditempatkan di Kalimantan yang masih sepi," ucapnya.

Dalam rapat tersebut, Direktur Bisnis Regional Sulawesi, Syamsul Huda, menjelaskan bahwa tingkat rasio elektrifkasi saat ini sudah mencapai 97,13 persen dan rasio desa berlistrik sebesar 97,99 persen. Menurutnya, PLN akan terus berupaya mewujudkan target rasio elektrifikasi dari pemerintah sebesar 99 persen di tahun 2019.

"Karena rumah tangga atau desa yang belum berlistrik ini medannya sangat sulit sekali, biaya yang diperlukan akan jauh lebih mahal dibandingkan desa yang dekat dengan perkotaan. Tapi kami juga tidak mengesampingkan desa tersebut, sehingga pemerataan pembangunan dapat dirasakan di seluruh desa di Indonesia," ucapnya.

Lanjut Syamsul, pemerintah melalui Kementerian ESDM memiliki program pra elektrifikasi melalui Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) ke desa yang belum teraliri listrik. Program tersebut akan dijalankan di sebuah desa dengan jangka waktu maksimal tiga tahun, lalu PLN wajib untuk mengaliri listrik ke desa tersebut. [rus]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Investigasi Kecelakaan Jeju Air Mandek, Keluarga Korban Geram ? ?

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:52

Legislator Nasdem Dukung Pengembalian Dana Korupsi untuk Kesejahteraan Rakyat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:43

Ledakan Masjid di Suriah Tuai Kecaman PBB

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:32

Presiden Partai Buruh: Tidak Mungkin Biaya Hidup Jakarta Lebih Rendah dari Karawang

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:13

Dunia Usaha Diharapkan Terapkan Upah Sesuai Produktivitas

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:26

Rehabilitasi Hutan: Strategi Mitigasi Bencana di Sumatera dan Wilayah Lain

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:07

Pergub dan Perda APBD DKI 2026 Disahkan, Ini Alokasinya

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:52

Gebrakan Sony-Honda: Ciptakan Mobil untuk Main PlayStation

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:24

Kebijakan Purbaya Tak Jauh Beda dengan Sri Mulyani, Reshuffle Menkeu Hanya Ganti Figur

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:07

PAN Dorong Perlindungan dan Kesejahteraan Tenaga Administratif Sekolah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 13:41

Selengkapnya