Berita

Marsekal Madya M Syaugi/Net

Wawancara

WAWANCARA

Marsekal Madya M Syaugi: Kami Sedih Gagal Mengangkat 165 Jenazah Yang Tenggelam Bersama KM Sinar Bangun

RABU, 19 SEPTEMBER 2018 | 08:42 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Polemik terkait penonjoban puluhan pejabat Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP) atau Badan SAR Nasional (Basarnas) direspons dingin. Kabasarnas Marsekal Madya M Syaugi mengaku, siap berkoor­dinasi dengan Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN). Berikut penuturannya;

Bagaimana menanggapi pemanggilan KASN, kenapa pula tidak kunjung memenuhi panggilan komisi tersebut?
Personel Basarnas adalah Aparatur Sipil Negara atau ASN. Otomatis kita menghorma­ti kinerja serta ketentuan KASN. Kalaupun belum mendatangi KASN, itu semata lantaran kita tidak ingin berpolemik sehingga menimbulkan kontraproduktif. Kami sedang menyelesaikan administrasi atas mutasi atau rotasi yang dilakukan internal. Saya harapkan, mutasi atau rotasi jabatan dipandang secara positif. Tujuannya untuk penyegaran organisasi atau lembaga. Saat ini kita memilih fokus menyelesai­kan tugas pokok.

Sebenarnya, berapa jumlah riil SDM di Basarnas?

Sebenarnya, berapa jumlah riil SDM di Basarnas?
Total SDM di Basarnas (se­luruh Indonesia) saat ini 3.331 orang, di mana jumlah res­cuer (penolong) sebanyak 1.573 orang. Untuk mengcover NKRI, jelas jumlah tersebut masih kurang. Idealnya, rescuer kami sebanyak 7.000-an. Namun, kami tidak pernah mengeluh. Kami tetap bekerja maksimal dengan dukungan dari Potensi SAR, khususnya unsur TNI-Polri.

Apa motivasi Kabasarnas untuk personel, khususnya para rescuer?
Bekerja dengan cepat dan benar. Cepat artinya tanggap ter­hadap penanganan kedaruratan, dan benar artinya harus sesuai prosedur. Untuk itu, saya se­lalu menekankan yang pertama pentingnya profesionalisme.

Seluruh personel harus menguasai tugas masing-masing, mulai dari rescuer, anak buah kapal, staf operasi, humas, administrasi, dan sebagainya dalam mendukung tugas pokok Basarnas. Yang kedua, aspek peralatan. Semua peralatan SAR yang dimiliki harus dira­wat, dimanfaatkan semaksi­mal mungkin. Yang ketiga, mekanisme.

Mekanisme ini harus jelas, harus ada Standar Operating Prosedure (SOP) dalam setiap tugasnya, tetap pada rel atau koridor, sehingga tidak terjadi kesalahan. Dan yang terakhir, kekompakan.

Kekompakan, baik internal maupun esternal dengan potensi SAR adalah pilar penting suk­sesnya pelaksanaan operasi SAR sesuai misi dan visi Basarnas. Kami juga memiliki rescuer khusus, yaitu Basarnas Special Group (BSG). Mereka memiliki kemampuan lebih di atas rata-rata rescuer biasa.

Mereka telah mendapatkan berbagai diklat teknis SAR dan menguasai tiga media yakni udara, air, dan darat. Mereka standby di Kantor Pusat. Setiap saat dapat kita kerahkan untuk membantu operasi SAR dengan skala high quality yang dihadapi Kantor SAR.

Apa ekspektasi Basarnas ke depannya?
Basarnas adalah kepanjan­gan tangan dari pemerintah. Karena itu Basarnas selalu dan harus hadir saat terjadi musibah. Basarnas juga all out dalam melaksanakan tugas. All out di sini adalah mengerahkan semua kemampuan sampai limit mak­simal atau batas akhir, baik itu skill indivindu maupun sarana prasarana. Selanjutnya, Basarnas bekerja dengan hati. Ini poinnya. Ini adalah misi kemanusiaan, misi yang sulit dan menghadapi hal-hal yang menguras energi maupun psikologi. Karena itu, seorang penolong harus bekerja dengan hati tulus dan ikhlas. Ini tidak mudah, ini panggilan hati, dan tidak semua orang bisa melakukannya. Waktu saya masuk Basarnas pertama kali saya melihat Basarnas sudah bagus. Namun, saya ingin lebih bagus lagi.

Terkait pengalaman, adakah operasi SAR yang dirasa pal­ing sulit?
Danau Toba. Kami sedih kar­ena gagal mengangkat 165 jenazah tenggelam bersama KM Sinar Bangun. Kami sudah mendeteksi dan menemukan lokasinya, namun kedalaman danau yang mencapai 450 meter itu menyulitkan tim SAR untuk mengevakuasinya. Peralatan modern dan konvensional su­dah kita kerahkan, termasuk meminta bantuan Singapura dan Jepang. Namun, hasilnya tetap nihil hingga akhirnya pihak keluarga mengikhlaskan dan membangun monumen untuk mengenang kecelakaan memilukan itu. Saat itu, saya hadir di lokasi. Setiap hari, saya menghadapi tiga elemen krusial. Pertama, keluarga korban yang marah, emosi, sedih, dan segala macamnya. Kedua, wartawan, yang setiap hari menghadang sa­ya untuk mendapatkan informasi up date. Ketiga, anggota saya sendiri dengan segala latar be­lakang dan dinamikanya. Setiap hari saya meng-hadle mereka hingga operasi SAR kami tutup. Itu operasi SAR paling sulit dan paling berat yang pernah saya rasakan. ***

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Puan Harap Korban Banjir Sumatera Peroleh Penanganan Baik

Sabtu, 06 Desember 2025 | 02:10

Bantuan Kemensos Telah Terdistribusikan ke Wilayah Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 02:00

Prabowo Bantah Rambo Podium

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:59

Pansus Illegal Logging Dibahas Usai Penanganan Bencana Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:39

BNN Kirim 2.000 Paket Sembako ke Korban Banjir Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:18

Bahlil Sebut Golkar Bakal Dukung Prabowo di 2029

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:03

Banjir Sumatera jadi Alarm Keras Rawannya Kondisi Ekologis

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:56

UEA Berpeluang Ikuti Langkah Indonesia Kirim Pasukan ke Gaza

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:47

Media Diajak Kawal Transformasi DPR Lewat Berita Berimbang

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:18

AMAN Raih Dua Penghargaan di Ajang FIABCI Award 2025

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:15

Selengkapnya