Perjuangan Patmi alias Yu Patmi menentang pembangunan pabrik semen di wilayah pegunungan kendeng terus dikenang. Ia meninggal dunia sesudah aksi pasung semen di depan Istana Negara.
Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JM-PPK) mengadakan pengajian umum dalam rangka peresmian Langgar Yu Patmi, Sabtu, 8 September 2018.
Gun Retno, aktivis JM-PPK, mengatakan lokasi berdirinya langgar itu tepat di atas rencana tapak pabrik semen.
"Juga berdiri tepat bersebelahan dengan Monumen Yu Patmi yang berada di desa Larangan, Kecamatan Tambakromo, Pati, di atas tanah milik pribadi almarhum Yu Patmi yang telah diwaqafkan oleh keluarganya kepada JM-PPK," ujar dia dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Senin (10/9).
Gun Retno melanjutkan, langgar Yu Patmi terdiri dari dua lantai. Lantai bawah akan digunakan untuk berbagai kegiatan konsolidasi dan budaya
sedulur tani Kendeng dalam perjuangan penolakan tambang batu kapur dan pabrik semen yang mengancam kelestarian Pegunungan Kendeng.
"Sedangkan lantai di atasnya digunakan sebagai tempat suci di mana kita sebagai manusia wajib mengucap syukur dan memohon ampunan serta berkah kepada Sang Khalik pencipta kehidupan ini," tambahnya.
Acara tersebut dihadiri KH Yahya Cholil Staquf (Katib Aam NU), KH Imam Azis (Ketua NU), Alissa Wahid (Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian) dan Soesilo Toer (Penulis Puisi Yu Patmi).
"Perjuangan Yu Patmi menjaga bumi agar tetap lestari tidak untuk memikirkan dirinya sendiri, tapi untuk kepentingan orang banyak.Yu Patmi walau pun sebagai rakyat kecil berani mengingatkan banyak orang yang lupa dan abai dalam menjaga Bumi. Menjaga bumi adalah tanggung jawab kita bersama. Karena bumi sudah memberikan nikmatnya untuk kehidupan kita," ujar Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Yahya Cholil Staquf.
Sementara itu, Ketua NU, KH Imam Azis mengatakan, Kendeng tak perlu pendirian pabrik semen, karena masyarakatnya sudah sejahtera.
"Masyarakat Kendeng sudah sejahtera tanpa adanya kegiatan penambangan. Seharusnya pemerintah daerah maupun pusat harus menghentikan izin-izin pertambangan dan membuat kebijakan yang pro lingkungan supaya Kendeng tetap lestari ," tambah Azis.
Kemudian, putri mendiang Gus Dur, Alissa Wahid menegaskan perjuangan Yu Patmi mengingatkan apa yang dilakukan almarhum ayahnya tersebut.
"Perjuangan Yu Patmi mengingatkan saya dengan almarhum Gus Dur. Dalam hidup dan dalam perjuangan semuanya tidak mudah. Karena kita bukan tokoh dalam dongeng, kita bukan tokoh mitos yang tidak takut. Kita tahu mengenal takut dan kita tahu rasanya takut. Walaupun ketakutan kita berusaha melompati pagar batas ketakutan, itu lah martabat kita, harga diri kita ditetapkan," ucap Alissa.
[jto]