Berita

Pipa cangklong/RMOLJateng

Nusantara

Cangklong Buatan Ambarawa Tembus Pasar Mancanegara

JUMAT, 07 SEPTEMBER 2018 | 17:53 WIB | LAPORAN: YELAS KAPARINO

.Pamor produk kerajinan pipa tembakau dari Ambarawa, Kabupaten Semarang semakin diakui. Tak hanya terkenal di dalam negeri, pipa cangklong asal Ambarawa kini punya banyak pelanggan tetap dari luar negeri.

Salah satu merek pipa tembakau dari kayu asli Indonesia yang cukup dikenal di mancanegara adalah PapapuQ Pipe. Merek itu berasal dari tiga nama penggrajin pipa cangklong, Patrik Budi (52), Parjan (55), Purwanto (62) dan Mohammad Baekuni (35).

Bisnis ketiganya berawal dari hobi yang sama, yakni penggemar pipa cangklong. Mereka merasa kesulitan untuk mendapatkan cangklong berkualitas baik. Selama ini untuk mendapat pipa cangklong, mereka harus beli dari luar negeri.


Itupun harganya terbilang mahal, dan tak sebanding dengan kualitas. Bayangkan,  pipa cangklong buatan luar negeri dengan kualitas rendah saja, harganya minimal Rp 1 juta. “Dari situlah awalnya kita coba untuk bikin sendiri,”  cerita Baekuni, seperti dilansir Kantor  Berita RMOLJateng, Jumat (7/9).

Baekuni mengatakan, sekitar tahun 2010, ia iseng membuat cangklong dengan kayu yang mudah didapat di sekitar tempat tinggalnya di Ambarawa. Kayu seperti sonokeling, jati dan kelengkeng dijadikan eksperimen. Dari uji coba itu, hanya cangklong dari kayu sonokeling yang mampu bertahan lama.

"Kayu jati membuat rasa dan aroma tembakau menjadi berubah karena kayunya mengeluarkan minyak, dan mudah pecah karena tidak kuat panas. Dan kayu kelengkeng hasilnya bagus, tapi lama kelamaan pecah karena tidak kuat menahan panas," terang Baekuni.

Tak puas dengan itu, pihaknya kemudian mencoba berbagai jenis kayu lainnya, seperti nangka, sawo, dewandaru, dan asem. "Kayu ini bagus untuk pipa, ada juga Amboyna Burl yang teksturnya dan kualitasnya bagus tapi sulit dicari bahannya," ungkap pria asal Ambarawa ini.

Selain itu. pihaknya juga kadang memanfaatkan bahan lokal lainnya seperti tanduk kerbau untuk dipasang di ujung pipa. "Tanduk kerbau ini memiliki kekuatan panas yang bagus. Warnanya pun dapat disesuaikan dengan bahan kayu lainnya," tambah Purwanto.

Purwanto yang saat ini bertugas mencari bahan, mengaku tidak semua bagian kayu dapat digunakan untuk cangklong, karena tak semua bagian kuat dengan panas pembakaran tembakau.
"Hanya bagian yang keras saja yang bisa digunakan. Saya mencari kayu-kayu ini di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Ada pula kayu yang susah dicari, harus pesan pada teman yang sudah terpercaya," katanya.

Ditambahkan Patrik, pipa cangklong bikinan mereka seratus persen kerajinan tangan. Masing -masing pipa berbeda bentuk dan punya karakter sendiri. "Bentuk dan karakter berbeda ini yang membuat setiap pipa berbeda dari pipa lainnya.  bukan pipa yang pasaran," ujar Patrik.

Patrik menambahkan, mereka mengawasi proses pembuatan pipa cangklong dari awal, mulai dari pengambilan bahan hingga jadi produk. Semua itu mempengaruhi hasil yang didapatkan.

"Dari ambil bahan kayu dari alam kami harus tahu, kalau bisa kami tangani sendiri. Seperti kami tidak akan pernah ambil kayu-kayu yang ditanam di kuburan. Karena kalau digunakan sifat kayunya akan panas, penggunanya pun akan tidak merasakan kenikmatan tembakau, sehingga kayu dari kuburan kami hindari," ujar Patrik.

Patrik berceritam hasil kerajinan tangan ini, awalnya dipasarkan terbatas melalui komunitas penggemar cangklong saja. Mendapat tanggapan positif, mereka kemudian mulai jualan  melalui media sosial Instagram.

Hasil ternyata sangat memuaskan. PapapuQ Pipe menjadi buah bibir di komunitas penggemar pipa canglong Indonesia. Bahkan, penggemar pipa cangklong asal luar negeri seperti Singapura, Eropa dan Amarika kini menjadi langganan tetapnya.

"Banyak penggemar cangklong Indonesia yang sudah tidak lagi membeli dari luar negeri. Justru produk kita kini yang banyak dicari penggemar cangklong luar negeri," ungkap Patrik. [yls]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Investigasi Kecelakaan Jeju Air Mandek, Keluarga Korban Geram ? ?

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:52

Legislator Nasdem Dukung Pengembalian Dana Korupsi untuk Kesejahteraan Rakyat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:43

Ledakan Masjid di Suriah Tuai Kecaman PBB

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:32

Presiden Partai Buruh: Tidak Mungkin Biaya Hidup Jakarta Lebih Rendah dari Karawang

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:13

Dunia Usaha Diharapkan Terapkan Upah Sesuai Produktivitas

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:26

Rehabilitasi Hutan: Strategi Mitigasi Bencana di Sumatera dan Wilayah Lain

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:07

Pergub dan Perda APBD DKI 2026 Disahkan, Ini Alokasinya

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:52

Gebrakan Sony-Honda: Ciptakan Mobil untuk Main PlayStation

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:24

Kebijakan Purbaya Tak Jauh Beda dengan Sri Mulyani, Reshuffle Menkeu Hanya Ganti Figur

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:07

PAN Dorong Perlindungan dan Kesejahteraan Tenaga Administratif Sekolah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 13:41

Selengkapnya