Berita

Gempa Lombok/Net

Publika

Indonesia, Turki Dan Lombok

SENIN, 27 AGUSTUS 2018 | 16:22 WIB

PENGGULINGAN kekuasaan bagi sebuah negara adalah sesuatu yang serius. Pihak yang terlibat, sudah pasti diusut. Sehebat apapun usaha pemerintah sebuah negara membebaskan seorang tertuduh kudeta, pemerintah yang mengalami kudeta tetap meneruskan proses peradilan yang diperlukan.

Dunia melihat betapa Presiden Turki Erdogan, kukuh menolak intervensi pihak manapun atas peradilan Turki. Tidak juga terhadap Amerika, sehingga Amerika berang dan adu kuat mata uang. Digempur sisi keuangannya, nasionalisme Turki alih-alih melemah, justru menyatukan faksi-faksi dalam masyarakat Turki. Nasionalisme Turki satu barisan membela bangsa. Rakyat Turki bersatu menghadapi musuh yang nyata: negara asing yang konsisten mendambakan subordinasi Turki.

Pemboikotan ekonomi Amerika dan sejumlah sekutunya, buyar, malah semangat solidaritas ditunjukkan oleh negeri-negeri yang bersimpati terhadap Turki. Ada yang berupa "Gerakan Beli Lira (mata uang Turki)" dan investasi segar ke Turki seperti yang ditunjukkan Qatar. Solidaritas ini didukung rakyat Turki dan berbalik menggigit ekonomi Amerika.


Nasionalisme rasional menjadikan Turki pada niat serius menghadapi kekuatan yang mengusiknya. Turki begitu cepat membalik krisis menjadi kebangkitan. Dunia paham langkah konkret Turki membuka diri menampung pengungsi dunia memberi naungan dan makan untuk pengungsi.

Fenomena Turki meski dalam kasus berbeda, dari sisi nasionalisme bisa diambil ibrohnya, untuk menghadapi krisis kemanusiaan di Lombok (dan Sumbawa). Tantangannya, nasionalisme Indonesia ditantang dua pilihan: habis-habisan di kontestasi politik ataukah habis-habisan menolong korban bencana Lombok.

Padahal, tidak harus jadi dua hal yang dilematis. Korban gempa Lombok diurus sama seriusnya dengan pemenangan politik. Sukses mengurus pemulihan Lombok, sukses memenangkan hati rakyat. Hati umat.

Mereka yang abai mengurus Lombok akan dirasakan abai mengurus umat. Indikator yang dipersepsi bukan hanya rakyat Lombok, tapi juga umumnya umat yang bersimpati terhadap Lombok, menahan status bencana Lombok (bahkan setelah Sumbawa diguncang gempa dan membekaskan kerusakan yang parah).

Berpolitik humanis, tidak abai menolong korban gempa Lombok. Jangan biarkan rakyat Lombok berjuang sendiri. Jangan biarkan pengungsian korban gempa terlalu lama di tenda-tenda darurat. Hari ini mulai berikhtiar mandiri, usaha masyarakat membuat shelter, rumah sementara.

Cobalah berjalan di jalanan antar kabupaten di Lombok saat malam hari sunyi. Rumah-rumah sedikit sekali yang tegak. Selama beberapa hari ini sudah mulai pembersihan puing. Terutama yang di tepi jalan.

Kapan pendirian shelter? Kami sudah menyapa beberapa pimpinan lembaga, fase penyediaan shelter perlu jadi gerakan sosial. Fokus semua elemen saat ini: selamatkan kehidupan; dan bangun kehidupan. Beradu banyak simbol organisasi, itu biasa saat semua ingin terlihat. Tapi saat yang diperlukan shelter, tak elok dan tak kunjung signifikan orang sebanyak ini, lembaga hebat-hebat tingkat pusat, nama-nama besar berkibar tapi tak juga memperlihatkan yang sangat diperlukan rakyat: shelter.

Hari ini, akhir Agustus 2018, setelah menyerap energi kepedulian, sejumlah Posko Kemanusiaan sudah tersebar di banyak tempat, juga dapur-dapur umum. Sebaran itu perlu disempurnakan dengan pendirian shelter yang lebih manusiawi ketimbang sekadar tenda terpal. Kian padu lembaga kemanusian, kian cepat menyiapkan lebih banyak shelter. Usai sudah era tebar identitas. Sambung bakti kemanusiaan ini dengan karya urgen bagi Lombok.

Belajar dari Turki, sama-sama krisis. Nasionalisme Turki menghalau krisis yang diciptakan asing. Indonesia harus bisa menjadikan krisis Lombok momentum mengekspresikan nasionalisme untuk menghalau duka korban gempa. Bersatu, bangkit unjuk amal untuk menyemai senyum di antara para pengungsi korban gempa.

Pemulihan Lombok jelas hanya bisa jalan dengan kesungguhan. Tak soal disebut apa status gempa Lombok, tapi percepat menanggulangi nestapa rakyat Lombok yang dipapar bencana. Jangan batasi hirau Anda sampai sukses memenangi Pemilu saja. Segerakan urus rakyat susah, menunggu 2019 keburu rakyat Lombok berikhtiar sendiri semampunya; rasa percaya mereka keburu menguap. [***]

Lukman Azis Kurniawan
GM Komunikasi Aksi Cepat Tanggap

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

Kreditur Tak Boleh Cuci Tangan: OJK Perketat Aturan Penagihan Utang Pasca Tragedi Kalibata

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:15

Dolar Melemah di Tengah Data Tenaga Kerja AS yang Variatif

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00

Penghormatan 75 Tahun Pengabdian: Memori Kolektif Haji dalam Buku Pamungkas Ditjen PHU

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:48

Emas Menguat Didorong Data Pengangguran AS dan Prospek Pemangkasan Suku Bunga Fed

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:23

Bursa Eropa Tumbang Dihantam Data Ketenagakerjaan AS dan Kecemasan Global

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:01

Pembatasan Truk saat Nataru Bisa Picu Kenaikan Biaya Logistik

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:46

Dokter Tifa Kecewa Penyidik Perlihatkan Ijazah Jokowi cuma 10 Menit

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:35

Lompatan Cara Belajar

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:22

Jakarta Hasilkan Bahan Bakar Alternatif dari RDF Plant Rorotan

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:11

Dedi Mulyadi Larang Angkot di Puncak Beroperasi selama Nataru

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:48

Selengkapnya