MENS SANA in Corpore Sano adalah ungkapan dalam bahasa Yunani yang sangat terkenal dalam masyarakat olahraga. Artinya: Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.
Dalam lagu kebangsaan kita Indonesia Raya juga terselip sebuah bait berbunyi: Bangunlah Jiwanya; Bangunlah Badannya.
Jika Bangsa Yunani kuno mengingatkan pentingnya berolahraga agar badan kita sehat, karena dengan badan yang sehat akan tumbuh jiwa yang kuat.
Sementara WR. Supratman melalui salah satu bait lagu yang digubahnya justru mengingatkan pentingnya membangun jiwa yang kuat terlebih dahulu diikuti dengan pentingnya menjaga kesehatan.
Jika Bangsa Yunani Kuno hanya melihat hubungan badan yang sehat dengan jiwa yang kuat, sedangkan Bangsa Indonesia lahir dari perjuangan panjang membebaskan diri dari rangkaian penjajahan bangsa-bangsa asing justru melihat pentingnya jiwa yang kuat dalam menjaga martabat bangsa tanpa mengabaikan pembangunan raga sebagai sarana yang menopangnya.
Walaupun kedua pandangan ini serupa dalam melihat hubungan jiwa dan raga, akan tetapi memberikan penekanan yang berbeda. Perbedaan ini tentu tidak bisa dilepaskan dengan rentang waktu pandangan itu lahir, disamping perjalanan sejarah bangsa itu sendiri yang menginspirasinya.
Dalam dunia modern olahraga juga menjadi ajang unjuk kekuatan dan menggambarkan kemajuan sebuah bangsa. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari tuntutan sejumlah faktor agar prestasi bisa diraih.
Pertama, faktor kualitas sumber daya manusia (SDM). Hanya masyarakat yang sejahtera yang dapat memenuhi tuntutan gizi yang diperlukan agar tumbuh sehat dan kuat. Selain itu, fasilitas kesehatan seperti klinik dan rumah sakit juga ikut menentukan kesehatan masyarakat.
Kedua, fasilitas olahraga yang dilengkapi dengan peralatan memadai, pelatih berkualitas, dan organisasi serta manajemen modern. Semua ini hanya mungkin dipenuhi jika pemerintah memiliki anggaran memadai. Dan anggaran memadai baru bisa dialokasikan jika sebuah negara ekonominya maju.
Ketiga, faktor pendidikan. Olahraga di era modern juga menyangkut teori. Mulai teori dalam rekrutmen calon-calon atlet, teori dalam pelatihan, dan teori serta strategi dalam menghadapi kompetisi. Jika pada bagian pertama lebih menekankan aspek fisik, maka pada bagian ini lebih menekankan bagian non fisik. Karena kemajuan dan penguasaan sain dan teknologi suatu bangsa akan ikut menentukannya.
Karena itu, prestasi olahraga sebuah bangsa sejatinya merupakan akumulasi dari capaian dan prestasi bangsa tersebut dalam berbagai bidang. Dengan kata lain perolehan medali sebuah negara menggambarkan kemajuan bangsa tersebut. Karena itu, secara sederhana kemajuan sebuah bangsa dapat diukur dari bagaimana prestasinya dalam olahraga.
Bagaimana jika paradigma ini kita gunakan untuk memotret Indonesia?
Tentu kita perlu memberikan dukungan kepada para atlet kita yang kini membawa panji-panji merah-putih bertanding di berbagai cabang olahraga dan berhadapan dengan para atlet dari negara lain. Semoga mereka berhasil meraih medali sebagaimana ditargetkan.
[***]
Penulis adalah Direktur Eksekutif Center for Dialogue and Cooperation among Civilization