Berita

Ilustrasi/Net

Politik

Klaim Jokowi Soal Infrastruktur Berbanding Terbalik Dengan Kondisi Rakyat

KAMIS, 16 AGUSTUS 2018 | 19:02 WIB | LAPORAN:

Salah satu poin yang menjadi perhatian dalam pidato kenegaraan Presiden Joko Widodo adalah membangun mental dan karakter bangsa.

Di mana, Jokowi menganalogikan pengertian bahwa pembangunan infrastruktur jangan dilihat dari sisi fisik saja, namun lebih penekanan pada manfaat seperti konektivitas antar daerah serta menumbuhkan sentra-sentra ekonomi.   

Menurut pengamat politik Jajat Nurjaman, secara garis besar maksud dan tujuan percepatan pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah tidak ada yang salah, namun juga tidak dapat mengabaikan penilaian dari sisi lain. Seperti anggaran yang digunakan yang berdampak melonjaknya utang negara, pencabutan sudsidi, serta kondisi lain yang terkaitan langsung dengan masyarakat.


"Langkah pemerintah yang memaksakan mempercepat infrastruktur dengan tidak mempertimbangkan kondisi ekonomi rakyat adalah keliru. Meskipun pemerintah kerap menyatakan situasi utang negara masih stabil namun kekhawatiran juga bukan tidak berdasar, salah satunya kegagalan pemerintah dalam menahan laju nilai tukar rupiah terhadap dolar. Terbukti, efek domino yang ditimbulkan salah satunya kenaikan harga bahan pokok," tuturnya kepada wartawan, Kamis (16/8).

Jajat menjelaskan bahwa Jokosi pernah menyatakan akan menunda pembangunan sejumlah proyek infrastruktur besar guna menekan impor yang dinilai menjadi salah satu faktor terus melemahnya nilai tukar rupiah.

"Hal itu menjadi salah satu bukti jika pemerintah memang melakukan pembangunan infrastruktur secara berlebihan dan tidak sesuai dengan kemampuannya," bebernya.

Klaim kesuksesan pemerintah dalam bidang infrastruktur yang tidak sebanding dengan kondisi ekonomi rakyat akan terus memunculkan berbagai spekulasi. Namun, kebutuhan rakyat saat ini seharusnya menjadi prioritas utama pemerintah.

"Tanpa ditopang oleh itu semua, saya kira cita-cita presiden yang ingin mewujudkan peradaban yang lebih modern akan sia-sia. Karena yang dibutuhkan saat ini adalah solusi kondisi ekonomi yang dialami rakyat," tutup Jajat yang juga direktur eksekutif Nurjaman Center for Indonesian Democracy (NCID). [wah]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Investigasi Kecelakaan Jeju Air Mandek, Keluarga Korban Geram ? ?

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:52

Legislator Nasdem Dukung Pengembalian Dana Korupsi untuk Kesejahteraan Rakyat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:43

Ledakan Masjid di Suriah Tuai Kecaman PBB

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:32

Presiden Partai Buruh: Tidak Mungkin Biaya Hidup Jakarta Lebih Rendah dari Karawang

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:13

Dunia Usaha Diharapkan Terapkan Upah Sesuai Produktivitas

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:26

Rehabilitasi Hutan: Strategi Mitigasi Bencana di Sumatera dan Wilayah Lain

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:07

Pergub dan Perda APBD DKI 2026 Disahkan, Ini Alokasinya

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:52

Gebrakan Sony-Honda: Ciptakan Mobil untuk Main PlayStation

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:24

Kebijakan Purbaya Tak Jauh Beda dengan Sri Mulyani, Reshuffle Menkeu Hanya Ganti Figur

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:07

PAN Dorong Perlindungan dan Kesejahteraan Tenaga Administratif Sekolah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 13:41

Selengkapnya