Berita

Ilustrasi/Net

Politik

Rupiah Dan IHSG Anjlok Gara-gara Pengelolaan Internal Keliru

RABU, 15 AGUSTUS 2018 | 07:43 WIB | LAPORAN:

Nilai tukar rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan dua hal yang saling berpengaruh. IHSG hanya bisa stabil jika nilai tukar rupiah berhasil dijaga. Ada faktor pengelolaan keuangan  internal yang keliru.

Keduanya kini tengah dalam kondisi mengkhawatirkan. Rupiah merosot hingga mencapai Rp 15 ribu per dolar AS, sementara IHSG turun 3,55 persen dari 6 ribuan menjadi 5.861,246

Anggota Komisi XI DPR RI, Heri Gunawan menilai semua itu terjadi karena pengelolaan internal yang keliru. Baginya, pelemahan rupiah dan IHSG bukan melulu karena faktor eksternal sebagaimana diungkap pemerintah.


Sebab pada kenyataannya, lanjut politisi Partai Gerindra ini, current account deficit (CAD) Indonesia di kuartal II 2018 melebar menjadi 3 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Belum lagi cadangan devisa turun ke angka 118,3 miliar dolar AS pada akhir Juli 2018.

"Ini jelas mempengaruhi respon global terhadap pasar dan nilai tukar kita. Menyusul kemudian IHSG," imbuhnya kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (15/8).

Lebih lanjut Heri mengakui, krisis mata uang Lira di Turki, turut berpengaruh terhadap penurunan IHSG.

"Ada semacam kekuatiran bahwa krisis Turki itu akan merambat ke Eropa dan bahkan global, termasuk negara-negara emerging market seperti Indonesia. Pasalnya, depresiasi mata uang Turki menembus angka 40 persen," tandasnya.

Meskipun sifatnya hanya sementara, imbuh Heri, masyarakat sebenarnya tak tak perlu kuatir jika fundamental ekonomi bangsa ini memang bagus.

"Masalanya adalah fundamental kita juga tidak bagus-bagus amat, sehingga muncul sentimen negatif pasar terhadap kemungkinan munculnya efek domino di negara-negara emerging market, termasuk Indonesia," sesalnya.

Kondisi tersebut ditegaskannya karena pengelolaan internal yang keliru. Pengelolaan itu dikenal dengan istilah account defisit (APBN), defisit keseimbangan primer (primary balance defisit), dan defisit pembayaran (service payment defisit).

"Kalau ketiga hal tersebut bisa dikelola dengan baik, maka kita tak perlu kuatir berlebihan terhadap gejolak global. Terbukti, dengan dirilisnya defisit transaksi berjalan pada triwulan II 2018 yang melebar hingga 3 persen dari PDB serta Neraca Pembayaran Indonesia yang defisit 43 miliar dolar AS memicu sentimen negatif di pasar," pungkasnya. [ian]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

UPDATE

Program Belanja Dikebut, Pemerintah Kejar Transaksi Rp110 Triliun

Sabtu, 27 Desember 2025 | 08:07

OJK Ingatkan Risiko Tinggi di Asuransi Kredit

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:48

Australia Dukung Serangan Udara AS terhadap ISIS di Nigeria

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:32

Libur Natal Pangkas Hari Perdagangan, Nilai Transaksi BEI Turun Tajam

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:17

Israel Pecat Tentara Cadangan yang Tabrak Warga Palestina saat Shalat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:03

Barzakh itu Indah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:38

Wagub Babel Hellyana seperti Sendirian

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:21

Banjir Cirebon Cermin Politik Infrastruktur Nasional Rapuh

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:13

Jokowi sedang Balas Dendam terhadap Roy Suryo Cs

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:06

Komdigi Ajak Warga Perkuat Literasi Data Pribadi

Sabtu, 27 Desember 2025 | 05:47

Selengkapnya