Berita

Publika

Kekalahan Jokowi Semakin Di Pelupuk Mata

JUMAT, 10 AGUSTUS 2018 | 14:19 WIB

EUFORIA Ustad Abdul Somad (UAS) yang didesak dan dipaksa maju mendampingi Prabowo, rupanya dibaca dan disikapi tim koalisi pemenangan jokowi secara salah. Blunder dengan Ikut-ikutan terpancing memasang KH. Ma'ruf Amin sebagai cawapresnya.

Fenomena UAS sangat berbeda dengan sikap politik Jokowi tersebut. UAS merupakan hasil dari ijtima ulama yang rindu dan ingin menegakkan kemuliaan agama. Para ulama yang direkomendasikan pra dan pasca ijtima menunjukkan sikap yang tawaduk, jauh dari hasrat dan cakar-cakaran untuk berkuasa. Saling mengelak dan dorong satu sama lainnya. Wajar saja publik bersimpati.

Saat UAS tetap menolak dicalonkan dan para ulama mendesak Prabowo untuk memilih ulama, apa yang dikatakan oleh Prabowo: "Bisa saja mengambil ulama.. tapi saya tau disana sudah ada ayahanda Ma'aruf Amin.. jadi lebih baik saya tidak maju jika ummat Islam harus terbelah.. bukan saya tidak menghormati Ijtima.. tapi saya ingin Indonesia satu.."


Sikap negarawan Prabowo melumerkan hati para ulama dan elit partai koalisi, yang pada akhirnya legowo menerima Sandi Sholahuddin Uno sebagai cawapres Prabowo.

Sebelum deklarasi pun Habib Rizieq Shihab telah menelepon Prabowo, karena mendengar nama Mahfud MD dibatalkan, diganti Ma'aruf Amin. Justru HRS minta agar cawapres PS jangan dari kalangan ulama. Dikuatirkan akan terjadi gesekan umat Islam. Dan minta Uno mendampingi Prabowo. Ia dianggap mampu menangani ekonomi negeri yg morat marit. Saran dan nasihat HRS ini juga yang makin memudahkan koalisi.

Dari gambaran di atas, jelas sangat bertolak belakang dengan sikap politik ditunjukan Jokowi dalam konstelasi pencapresannya. Publik membaca penuh hipokrisi. Mahfud ditendang, Maruf Amin disorong.

Semata demi meng-counter eskalasi opini positif publik atas ijtima ulama yang merekomendasikan Prabowo berpasangan dengan ulama. Kesannya mengejar kemenangan belaka. [***]


Martimus Amin

The Indonesian Reform





Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

Kreditur Tak Boleh Cuci Tangan: OJK Perketat Aturan Penagihan Utang Pasca Tragedi Kalibata

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:15

Dolar Melemah di Tengah Data Tenaga Kerja AS yang Variatif

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00

Penghormatan 75 Tahun Pengabdian: Memori Kolektif Haji dalam Buku Pamungkas Ditjen PHU

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:48

Emas Menguat Didorong Data Pengangguran AS dan Prospek Pemangkasan Suku Bunga Fed

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:23

Bursa Eropa Tumbang Dihantam Data Ketenagakerjaan AS dan Kecemasan Global

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:01

Pembatasan Truk saat Nataru Bisa Picu Kenaikan Biaya Logistik

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:46

Dokter Tifa Kecewa Penyidik Perlihatkan Ijazah Jokowi cuma 10 Menit

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:35

Lompatan Cara Belajar

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:22

Jakarta Hasilkan Bahan Bakar Alternatif dari RDF Plant Rorotan

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:11

Dedi Mulyadi Larang Angkot di Puncak Beroperasi selama Nataru

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:48

Selengkapnya