Berita

Politik

Jokowi, Ancaman PBNU Hanya Gertak Sambal!

KAMIS, 09 AGUSTUS 2018 | 00:12 WIB | LAPORAN: ADE MULYANA

Presiden Joko Widodo tidak perlu gentar menghadapi pernyataan para petinggi PBNU. Ancaman bahwa warga Nahdliyin tak memiliki tanggung jawab moral untuk memenangkan Jokowi pada Pilpres 2019 bila calon wakil presiden yang dipilih bukan berasal dari kalangan NU hanya gertak sambal.

Demikian dikatakan Ketua Presidium Perhimpunan Masyarakat Madani (Prima) Sya'roni kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (8/8) malam.

"PBNU tidak bisa menyetir suara seluruh jamaah NU. Terbukti ketika Pilpres 2004, Megawati gagal mengalahkan SBY-JK meski menggandeng Hasyim Muzadi yang ketika itu menjabat ketua umum PBNU sebagai cawapres," katanya.


Nahdliyin, menurut Sya'roni, mengambil sikap politik sendiri. Suara NU terbesar ada di kalangan NU kultural, jumlahnya jauh lebih besar dari NU struktural.

"Dan terbukti selama ini kalangan NU kultural mampu berpikir rasional dan dinamis. Tidak serta merta mengikuti arahan NU struktural," tukas Sya'roni.

Ancaman sebelumnya disampaikan Ketua PBNU Robikin Emhas. Ia menyatakan warga nahdliyin tak memiliki tanggung jawab moral untuk memenangkan Jokowi bila capres yang dipilih Jokowi bukan berasal dari kalangan NU.

Hal itu dia sampaikan usai pertemuan sejumlah kiai NU di kantor PBNU. Dalam pertemuan tersebut hadir Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, Rais Aam PBNU Ma'ruf Amin, Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj, Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini.

Robikin menegaskan Jokowi harus mengambil kader dari NU sebagai cawapresnya jika ingin mendapatkan dukungan dari PBNU. Sebab, para kiai-kiai sepuh NU telah berpesan bahwa cawapres Jokowi haruslah berasal dari kader NU meski PBNU secara institusi tak berwenang untuk menyodorkan nama cawapres.

"Pada pokoknya pesan para masayih, para kiai, ulama, akan kita sampaikan kepada pihak lain, bahwa kalau tidak kader NU, khawatir warga Nahdiyin tidak merasa memiliki tanggung jawab moral," demikian kata Robikin.[dem]

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Pakar Tawarkan Framework Komunikasi Pemerintah soal Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 05:32

Gotong Royong Perbaiki Jembatan

Kamis, 25 Desember 2025 | 05:12

UU Perampasan Aset jadi Formula Penghitungan Kerugian Ekologis

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:58

Peresmian KRI Prabu Siliwangi-321 Wujudkan Modernisasi Alutsista

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:39

IPB University Gandeng Musim Mas Lakukan Perbaikan Infrastruktur

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:14

Merger Energi Fusi Perusahaan Donald Trump Libatkan Investor NIHI Rote

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:52

Sidang Parlemen Turki Ricuh saat Bahas Anggaran Negara

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:30

Tunjuk Uang Sitaan

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:14

Ini Pesan SBY Buat Pemerintah soal Rehabilitasi Daerah Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 02:55

Meneguhkan Kembali Jati Diri Prajurit Penjaga Ibukota

Kamis, 25 Desember 2025 | 02:30

Selengkapnya