Berita

Foto/Net

On The Spot

Bau Menyengat Kali Item Sudah Jauh Berkurang...

Meskipun Warnanya Tetap Hitam
SELASA, 31 JULI 2018 | 10:39 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus berupaya menghilangkan bau busuk Kali Sentiong atau Kali Item di samping Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat. Mulai dari pemasangan jaring hitam, penaburan serbuk deogone, hingga penyemprotan cairan mikroba.

Hasilnya, sehari setelah penyemprotan cairan mikroba, bau busuk Kali Item mulai berkurang. Sudah tidak ada bau menyengat yang sehari-hari terhirup warga di sekitar Kali selebar 20 meter itu.

Beberapa pengguna kend­araan menghentikan laju ken­daraannya tepat di pinggir kali sembari mengambil gambar. Mereka terlihat nyaman karena sudah tidak ada bau busuk lagi. "Alhamdulilah, mulai pagi ini bau busuk kali sudah hilang," puji Ali, salah seorang pengguna kendaraan di Kali Sentiong, Sunter, Jakarta Utara, kemarin.

Minggu (29/7), sejumlah kelompok masyarakat turut mem­bantu Pemprov DKI yang beru­saha menghilangkan bau busuk Kali Item. Mulai dari Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) yang menyem­protkan cairan mikroba sebanyak 2500 liter, Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) yang me­nebar bubuk deogone sebanyak 500 kilogram, hingga Pemprov DKI yang menyemprot cairan penghilang bau.

Sebelumnya, Pemprov DKI juga telah memasang jaring hi­tam di atas Kali Item mulai dari Jembatan Mato hingga Jembatan Jubilee School, Kamis (19/7). Jaring selebar 20 meter dan panjang 700 meter itu, dipasang persis di atas Kali yang telah dilengkapi tanaman hias serta lampu-lampu di pinggirnya ini.

Sayangnya, warna air kali ini masih terlihat hitam. Belum ada tanda-tanda akan jernih dalam waktu dekat. Namun, sampah yang sebelumnya menumpuk, terus dibersihkan dua petugas yang menyisir kali. Menggunakan perahu kecil leng­kap dengan tongkat penangkap sampah, petugas mengambil satu persatu sampah yang mengam­bang di kali. "Setiap hari ada lima petugas yang diminta mem­bersihkan sampah di kali yang tertutup jaring dari pagi sampai sore," ujar salah seorang petugas Pemelihara Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) Kelurahan Sunter Jaya, Jakarta Utara, Rasdim, kemarin.

Salah seorang warga yang ting­gal di Kali Item, Nuril mengata­kan, cairan mikroba yang ditebar di Kali, cukup efektif menghil­angkan bau busuk. "Sudah tidak ada baunya. Biasanya pagi hari baunya paling menyengat," ucapnya.

Nuril menambahkan, bau busuk sudah tidak muncul lagi sejak Minggu pagi hingga Senin siang. "Sebaiknya penyempro­tan mikroba terus dilakukan agar bau kali hilang selamanya," harap dia.

Untuk jaring hitam, Nuril menilai kurang efektif dalam upaya mengurangi bau busuk Kali. Sebab, kata pemuda 35 tahun ini, bau busuk tetap menyengat khususnya pada pagi hari. "Jadi, yang efektif itu semprotan mikro­ba dan bukan jaring,"  kata dia.

Senada, warga lainnya, Rustam juga mengaku senang dengan langkah Pemrov DKI yang terus berupaya membersihkan Kali Item dengan berbagai cara, termasuk dengan cairan mik­roba dan juga serbuk deogone. "Sekarang kali sudah bersih dan tidak bau. Yang penting setiap malam sudah tidak ada nyamuk lagi," pujinya.

Padahal sebelum disemprot, kata pria 40 tahun ini, warga pinggiran Kali Sentiong selalu diganggu nyamuk yang datang dari arah kali. "Semoga pemer­intah terus membersihkan Kali Sentiong setelah momen Asian Games tuntas," tutupnya.

Ketua Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) DKI Jakarta Peduli Sampah, Shodig Sihardianto mengaku telah menyemprotkan seban­yak 2.500 liter cairan mikroba ke Kali Item, Minggu (29/7). Penyemprotan cairan bakteri, kata dia, efektif menghilangkan bau. "Satu-satunya solusi hanya injeksi dengan mikroba," ujar Shodig.

Menurut Shodig, pihaknya telah melakukan uji laborato­rium, Sabtu (28/7). Hasilnya, pencemaran limbah di Kali Sentiong sudah terjadi selama bertahun-tahun.

Terkait warna air di kali tesebut, Shodiq menjelaskan, zat-zat organik yang terkontami­nasi dengan bakteri patogen akan menghasilkan asam lemak. Asam lemak ini dapat menghasilkan warna air hitam dan timbulnya bau menyengat. Bau menyengat juga bisa disebabkan sulfur yang bereaksi dengan bakteri patogen dan berubah menjadi gas sulfida. "Apabila kadar zat besi tinggi, ma­ka sulfur akan bereaksi sehingga air menjadi hitam," ucapnya.

Shodiq menambahkan, zat-zat organik tersebut berasal dari limbah di sekitar Kali Sentiong. Seperti, dari limbah rumah tangga, hotel, pasar, rumah sakit, gedung perkantoran serta apartement.

Selain itu, Shodig berencana membina industri di sekitar Kali Item untuk mengolah limbah. "Hulu Kali Sentiong kan pabrik-pabrik, salah satunya pabrik tempe. Kita akan membina su­paya industri tersebut tetap bisa produksi," ujarnya.

Menurut Shodig, mereka akan membina pengusaha di sekitar Kali Item untuk mengelola limbah menjadi ramah lingkungan. "Limbahnya akan kita treatment pakai mikroba juga," tandasnya.

Disemprot Cairan Mikroba Atas Dan Bawah

Menurut Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Teguh Hendarwan, efek cairan mikroba yang ditebar mulai bekerja dan bau Kali Item bisa diminimalisir. "Kita uji coba, nilainya cukup ba­gus,"  ujar Teguh.

Menurut Teguh, penyem­protan akan diuji coba se­lama lima hari. Bila hasilnya memuaskan, lanjut dia, akan ditebar ke beberapa titik lainnya. "Nanti perubah­annya kita lihat, apa bisa dilanjutkan atau ada yang perlu ditambahkan untuk mengatasi masalah bau kali ini," ucapnya.

Teguh menuturkan, pe­nyemprotan cairan mikroba dilakukan menggunakan sistem injeksi. "Dari atas disemprotkan dan di bawah juga, sehingga nanti semacam penggelembungan yang akan mengurai bakteri bau di da­lamnya," urainya.

Penyemprotan mikroba, lanjut dia, ditebar di lima titik, yang masing-masing berjarak 100 meter dengan kapasitas semprot sebesar 1.000 liter per 100 meter. "Nanti akan diuji coba lima hari ke depan dan dilihat hasilnya, kalau pe­rubahannya sangat signifikan, mungkin akan kita lanjutkan," tandasnya.

Selain penyemprotan, kata Teguh, pihaknya juga melakukan penambahan jar­ing hitam di beberapa titik sepanjang 200 meter. "Jaring itu ditambah, sebelumnya 700 meter," ucapnya.

Menurutnya, penambahan pemasangan waring sepan­jang 200 meter itu merupa­kan instruksi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Pemasangan waring diang­gap efektif menghalau sinar matahari. "Waring dianggap dapat mengurangi bau air Kali Item," ucapnya.

Tambahan waring, lanjut­nya, dipasang meneruskan sambungan yang sudah ada ke arah selatan. "Jika tidak ada waring, maka sedimen­tasi lumpur mudah naik karena terpaan sinar matahari," pungkasnya.

Latar Belakang
Enam Cara Untuk Hilangkan Aroma Tak Sedap Menyeruak ke Wisma Atlet


 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta cukup dipusingkan bau busuk Kali Sentiong atau Kali Item. Pasalnya, kali tersebut berdekatan dengan Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, tem­pat kontingen Asian Games menginap.

Untuk menghilangkan bau kali tersebut, Pemprov DKI Jakarta bersama perkumpulan masyarakat melakukan berbagai cara untuk menghilangkan bau busuk. Seperti, aerator, nano nubble, blower, suface aerator. Empat alat tersebut dipasang Pemprov DKI.

Seperti diketahui, nano bubble menghasilkan gelembung udara dengan ukuran nano. Sedangkan aerator dan surface aerator menghasilkan gelembung udara dengan ukuran mikro.

Gelembung-gelembung udara itu diharapkan dapat memper­baiki kualitas air Kali Item se­hingga tidak lagi menimbulkan bau tak sedap.

Cara kedua, kain waring atau jaring hitam selebar 20 meter di aliran Kain Item yang memiliki panjang 689 meter. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, pemasangan kain waring bertujuan mengurangi penguapan di Kali Item yang diharapkan dapat mengurangi bau tidak sedap.

"Dengan penguapan dikuran­gi, maka harapannya nanti dari hilir sudah dikurangi potensi po­lutannya, dicegah di lokasi yang ada, dikurangi pencahayaan panas matahari sehingga men­gurangi evaporasi. Harapannya tidak tercium," ujar dia.

Cara ketiga, rekayasa aliran Kali Item. Ini merupakan upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI bersama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR). Ada 27 pompa mobile milik pemerintah pusat dan Pemprov DKI sudah bekerja memompa air dari hulu Kali Sentiong, lewat Kali Item, ke hilir di Kali Sunter.

Staf Khusus Kementerian PUPR Firdaus Ali mengatakan, pihaknya berupaya "mengganti" air di Kali Item dengan aliran kali lain. "Yang penting itu penggelontoran, flushing dengan dredging. Juga mengendalikan pencemaran ke dalamnya," ucapnya.

Cara keempat, penyemprotan penghilang bau yang dilakukan Pemprov DKI. Gubernur DKI Anies Baswedan mengatakan, penyemprotan tersebut dilaku­kan untuk menetralisir agar Kali Item tidak menimbulkan bau busuk.

Cara kelima dengan menu­angkan cairan mikroba seban­yak 2.500 liter. Upaya itu di­lakukan oleh Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama), Minggu (29/8).

Ketua Kagama DKI Jakarta Peduli Sampah Shodiq Sihardianto mengatakan, penyem­protan dilakukan di lima titik sepanjang aliran Kali Sentiong.

Cara keenam dengan menebar bubuk penghilang bau yang di­namakan bubuk deogone, yang dilakukan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) sebanyak 500 kilogram.

Peneliti di Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia, Tri Panji mengatakan, bubuk deogone bekerja dengan cara mendegradasi material yang berwarna dan berbau se­cara oksidatif. Setelah bubuk ini dituangkan, maka senyawa penyebab bau akan dioksidasi. "Bubuk ini terbuat dari jamur pelapuk putih yang mengoksida­si senyawa yang membuat bau," ujar Tri di Kali Sentiong.

Tri menjelaskan, jamur pe­lapuk putih bekerja melapukkan sisa material. Kerja jamur jenis ini adalah memakan sesuatu yang warnanya bukan putih. "Jika ada tanaman yang war­nanya coklat bakal dimakan oleh jamur ini. Apalagi warna lain, sehingga seperti warna tekstil juga bisa hilang," jelasnya.

Selain itu, kata Tri, karena ja­mur ini bersifat oksidatif, maka tumbuhan tersebut bisa men­goksidasi senyawa yang tadinya dalam kondisi anaerob menjadi aerob. Anaerob adalah kondisi yang tidak membutuhkan ok­sigen untuk hidup, sedangkan aerob sebaliknya. "Proses itu yang membuat baunya hilang," ucapnya.

Formula tersebut, kata Tri, bisa digunakan untuk meng­hilangkan bau dan warna lim­bah yang ada di kali. Bubuk deogone juga pernah digunakan di Kali Grogol dan limbah di perkebunan karet yang baunya jauh lebih menyengat dibanding Kali Item. ***

Populer

Jaksa Agung Tidak Jujur, Jam Tangan Breitling Limited Edition Tidak Masuk LHKPN

Kamis, 21 November 2024 | 08:14

MUI Imbau Umat Islam Tak Pilih Pemimpin Pendukung Dinasti Politik

Jumat, 22 November 2024 | 09:27

Kejagung Periksa OC Kaligis serta Anak-Istri Zarof Ricar

Selasa, 26 November 2024 | 00:21

Rusia Siap Bombardir Ukraina dengan Rudal Hipersonik Oreshnik, Harga Minyak Langsung Naik

Sabtu, 23 November 2024 | 07:41

Ini Identitas 8 Orang yang Terjaring OTT KPK di Bengkulu

Minggu, 24 November 2024 | 16:14

Sikap Jokowi Munculkan Potensi konflik di Pilkada Jateng dan Jakarta

Senin, 25 November 2024 | 18:57

Waspadai Partai Cokelat, PDIP: Biarkan Rakyat Bebas Memilih!

Rabu, 27 November 2024 | 11:18

UPDATE

Disdik DKI Segera Cairkan KJP Plus dan KJMU Tahap II

Sabtu, 30 November 2024 | 04:05

Israel dan AS Jauhkan Umat Islam dari Yerusalem

Sabtu, 30 November 2024 | 03:38

Isu Kelompok Rentan Harus Jadi Fokus Legislator Perempuan

Sabtu, 30 November 2024 | 03:18

Dorong Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, Kadin Luncurkan White Paper

Sabtu, 30 November 2024 | 03:04

Pasukan Jangkrik Gerindra Sukses Kuasai Pilkada di Jateng

Sabtu, 30 November 2024 | 02:36

Fraksi PKS Usulkan RUU Boikot Produk Israel

Sabtu, 30 November 2024 | 02:34

Sertijab dan Kenaikan Pangkat

Sabtu, 30 November 2024 | 02:01

Bawaslu Pastikan Tak Ada Kecurangan Perhitungan Suara

Sabtu, 30 November 2024 | 01:48

Anggaran Sekolah Gratis DKI Disiapkan Rp2,3 Triliun

Sabtu, 30 November 2024 | 01:17

Mulyono Bidik 2029 dengan Syarat Jakarta Dikuasai

Sabtu, 30 November 2024 | 01:01

Selengkapnya