Berita

TGB Muhammad Zainul Madji/Net

Wawancara

WAWANCARA

TGB Muhammad Zainul Madji: Saya Tetap Mendukung Pak Jokowi Kalaupun Ada Risiko Atas Pilihan Itu

KAMIS, 12 JULI 2018 | 10:33 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Manuver politik yang dilaku­kan Tuan Guru Bajang, mendu­kung Jokowi untuk melanjutkan kepemimpinannya di periode kedua membuat elite Partai Demokrat gerah. Pasalnya Majdi sampai saat ini masih tercatat sebagai anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat. Langkah Majdi ini dianggap melampui kebijakan partai, mengingat Partai Demokrat hingga kini belum memutuskan apakah akan mendukung Jokowi atau tidak. Ancaman sanksi mengincar Majdi.

Lantas bagaimana Majdi menanganggapi kemungkinan adanya sanksi partai? Berikut penjelasan TGB Muhammad Zainul Madji:

Langkah Anda mendukungJokowi dianggap offside oleh elite Partai Demokrat. Sebelum memutuskan mendu­kung Jokowi apakah Anda menyadari akan ada sank­sinya?
Setahu saya, sepahaman sa­ya tidak pernah ada larangan untuk menyuarakan aspirasi apalagi aspirasi tersebut saya awali dengan ‘ini aspirasi saya pribadi’ dan sebenarnya saya juga meminta waktu bertemu kepada Bapak Ketua Umum (Susilo Bambang Yudhoyono, SBY) tetapi mungkin karena beliau banyak sekali kesibukan sehingga sampai sekarang belum ada kesempatan.

Berarti sejauh ini Anda be­lum pernah bertemu dengan SBY?

Secara resmi belum. Tetapi kan semua bisa melihat sikap saya itu dalam pernyataan terbuka.

Sebelum memutuskan men­dukung Jokowi, apakah Anda tidak ingin berkonsultasi ter­lebih dulu dengan SBY?
Saya sudah minta waktu untuk bertemu dengan SBY sejak akhir bulan Mei, tetapi belum ada.

Lalu dengan kondisi saat ini apakah Anda siap jika nanti diganjar sanksi oleh Dewan Kehormatan Partai Demokrat?
Mengenai sanksi saya eng­gak tahu, karena pada malam hari setelah pertemuan majelis tinggi yang saya tidak diundang itu, disampaikan oleh Pak Amir Syamsuddin bahwa saya tetap (kader) dan tidak ada sanksi apapun. Jadi itu yang disam­paikan kepada saya. Kalau ada pernyataan dari pimpinan partai yang lain dan itu bertentangan dengan apa yang disampaikan oleh Pak Amir kepada saya, ya jangan tanyakan kepada sa­ya, tanyakanlah kepada yang mengeluarkan statement.

Menurut Anda siapa yang pantas mendampingi Jokowi?

Menurut saya sih banyak analisa, banyak pandangan bagaimana agar komplementatif satu dengan yang lain bisa meleng­kapi, terus ada pertimbangan kewilayahan, latar belakang dan banyak sekali. Tetapi tetap kepemimpinan nasional itu kan satu, presiden dan wakil presiden itu adalah dwitunggal, jadi harus ada kecocokan, ada keterimaan satu sama lain dan adanya kenyamanan.

Menurut Anda lebih baik diu­mumkan secepatnya atau nanti di akhir waktu pendaftaran?
Ya itu terserah dari pandangan bapak presiden dan kita serahkan sepenuhnya.

Beberapa survei memasuk­kan nama Anda dalam bursa cawapres Jokowi, tanggapan Anda?
Kan sudah beberapa kali saya tegaskan, bahwa statement saya itu pribadi. Kedua berdasarkan kecermatan terhadap pelaksanaan beliau selama empat tahun, itu ba­sisnya. Jadi tidak pernah bicara ja­batan apapun sekarang. Saya pikir suatu kehormatan ya bagi siapa pun dari kesadaran, keterbatasan, kemampuan secara individu tetapi siapapun anak bangsa, jangankan posisi itu, dalam posisi apapun untuk negara yang kita cintai ini. Seperti saya masih sebagai gubernur, ya tentu ini sebagai kehormatan. Saya juga membaca dari berita teman-teman, terus di dalamnya masuk nama kita, ya itu syukuri saja, Alhamdulillah.

Banyak kalangan menilai manuver politik Anda sebagai upaya mencari kursi jabatan. Di medsos langkah Anda ban­yak dicemooh?
Itu risiko. Jangankan statemen seperti ini ya, di dalam konteks saya sebagai gubernur di dalam menyusun suatu kebijakan pasti ada pro kontranya. Selama kita memutuskan sesuatu berdasarkan keyakinan kita, kan ada sistem nilai saya, ada sistem obyek­tivitas saya, manfaat dan mud­horatnya lebih besar seperti apa. Kalau kita sudah putuskan segala sesuatu berdasarkan itu siap saja, apapun itu risikonya.

Kabarnya Anda sudah bertemu Menteri Koordinator bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan. Apa saja yang dibicarakan?
Ada satu acara yang memper­temukan saya dengan beliau, sa­ya kemudian menyampaikan ke­pada beliau tentang perkemban­gan pembangunan. Kebetulan kan beliau juga incase dalam menyelesaikan permasalahan Mandalika, khususnya 100 hek­tare lebih lahan yang terhambat clear and cleannya selama 30 tahun. Saya menyampaikan ke­pada beliau tentang Mandalika mengenai perkembangan-perkembangannya.

Bener nih tak ada pembicar­aan cawapres Jokowi. Lantas mengapa setelah bertemu Luhut, Anda mengeluarkan imbauan agar tidak menggu­nakan ayat-ayat perang dalam pilpres nanti?
Nah jadi dari situ lalu beliau menanyakan tentang berita-berita yang ada. Ini bukan curhat lho, saya hanya menyampaikan. Yang saya sampaikan itu ras­anya normatif, ajakan untuk menghadirkan wacana pilpres yang lebih sehatlah, tidak perlu didominasi sentimental pri­mordial, lebih kepada tarung gagasan. Jangan menggunakan ayat perang, karena kita tidak lagi berperang, kita ini kan anak-anak bangsa satu sama lain.

Kedua, dukungan saya kepada Pak Jokowi untuk melanjut­kan kepemimpinan di periode kedua.

Dari pertemuan itu apakah ada sinyal kemungkinan Anda menjadi cawapres, untuk nan­ti dibawa dan disampaikan kepada Jokowi?
Enggak ada itu bawa-bawaan. Pak Luhut itu kan menteri se­nior. Kemudian beliau Menko Maritim, salah satunya pariwisa­ta. Beliau juga mendapat tugas untuk menyelesaikan kawasan wisata, salah satunya kawasan Mandalika. Inti yang kami bi­carakan, ya beliau mendukung untuk peningkatan kawasan Mandalika.

Belakangan ini Anda sering melakukan safari politik ke beberapa tokoh, sebenarnya apa tujuannya?
Sebenarnya kalau dicermati setiap pertemuan saya itu se­lalu bersama Gubernur NTB terpilih, pertemuan dengan Pak Surya Paloh, Pak Airlangga, Pak Said Aqil Siradj. Kenapa saya bersama gubernur terpilih? Sebenarnya pesannya adalah terima kasih kepada beliau-be­liau, dengan kepemimpinan be­liau dengan organisasi masing-masing, baik politik, organisasi membantu pembangunan NTB selama ini. Sekaligus seiring dengan akan bergantinya gu­bernur NTB, ‘ini loh gubernur terpilih’. Lalu kemudian yang lain-lain, agar kita bisa terus berkontribusi untuk bangsa.

Terakhir, jika Anda diminta jadi cawapres Jokowi dan mun­dur dari Partai Demokrat?
Saya tetap pada posisi atau putusan saya untuk mendukung Pak Jokowi. Kalau ada risiko atas pilihan itu, ya saya akan hadapi. ***

Populer

Fenomena Seragam Militer di Ormas

Minggu, 16 Februari 2025 | 04:50

Asian Paints Hengkang dari Indonesia dengan Kerugian Rp158 Miliar

Sabtu, 15 Februari 2025 | 09:54

Bos Sinarmas Indra Widjaja Mangkir

Kamis, 13 Februari 2025 | 07:44

PT Lumbung Kencana Sakti Diduga Tunggangi Demo Warga Kapuk Muara

Selasa, 18 Februari 2025 | 03:39

Temuan Gemah: Pengembang PIK 2 Beli Tanah Warga Jauh di Atas NJOP

Jumat, 14 Februari 2025 | 21:40

Pengiriman 13 Tabung Raksasa dari Semarang ke Banjarnegara Bikin Heboh Pengendara

Senin, 17 Februari 2025 | 06:32

Dugaan Tunggangi Aksi Warga Kapuk Muara, Mabes Polri Diminta Periksa PT Lumbung Kencana Sakti

Selasa, 18 Februari 2025 | 17:59

UPDATE

Kejanggalan LHKPN Wakil DPRD Langkat Dilapor ke KPK

Minggu, 23 Februari 2025 | 21:23

Jumhur Hidayat Apresiasi Prabowo Subianto Naikkan Upah di 2025

Minggu, 23 Februari 2025 | 20:56

Indeks Korupsi Pakistan Merosot Kelemahan Hampir di Semua Sektor

Minggu, 23 Februari 2025 | 20:44

Beban Kerja Picu Aksi Anggota KPU Medan Umbar Kalimat Pembunuhan

Minggu, 23 Februari 2025 | 20:10

Wamenag Minta PUI Inisiasi Silaturahmi Akbar Ormas Islam

Minggu, 23 Februari 2025 | 20:08

Bawaslu Sumut Dorong Transparansi Layanan Informasi Publik

Minggu, 23 Februari 2025 | 19:52

Empat Negara Utama Alami Krisis Demografi, Pergeseran ke Belahan Selatan Dunia, India Paling Siap

Minggu, 23 Februari 2025 | 19:46

Galon Polikarbonat Bisa Sebabkan Kanker? Simak Faktanya

Minggu, 23 Februari 2025 | 19:34

Indra Gunawan Purba: RUU KUHAP Perlu Dievaluasi

Minggu, 23 Februari 2025 | 19:31

Kolaborasi Kunci Keberhasilan Genjot Perekonomian Koperasi

Minggu, 23 Februari 2025 | 19:13

Selengkapnya