PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk (GMF) makin serius menggarap pasar internaÂsional. Usaha GMF meraih peÂlanggan asing penting dilakukan untuk meningkatkan pendapatan perusahaan.
Direktur Utama PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk, Iwan Joeniarto mengaÂtakan, sepanjang Tahun 2018 pihaknya menargetkan pendapaÂtan bisa bertumbuh double digit dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 439,28 juta dolar AS.
Perusahaan optimistis target pendapatan bisa tumbuh konÂservatif 15 persen menjadi Rp 7 triliun. Untuk merealisasikan itu, perseroan terus menggenjot potensi bisnis yang ada termasuk merangkul negara lain untuk menjadi pelanggannya.
Ia mengungkapkan hal tersebut merupakan tuntutan bisnis mainteÂnance,
repair and overhaul (MRO). Kedepan yang menjadi tren adalah pasar engine & component yang begitu tinggi peminatnya.
"Karena itu makanya, kami dari sekarang sudah mulai mengÂgarap pasar tersebut, tujuannya agar pendapatan bisa tumbuh signifikan," kata Iwan.
Salah satu usaha yang dilakuÂkan seperti mengikuti kegiatan promosi di berbagai ajang interÂnasional. Langkah itu merupakan bagian dari usaha perusahaan meraih pelanggan baru dari berÂbagai negara seperti mengikuti
Singapore Airshow 2018, MRO East Asia, serta
International Airlines Technical Pool (IATP) beberapa waktu lalu.
Iwan mengatakan, bahwa perseroan juga tengah melakuÂkan penetrasi pasar ke Asia Selatan dan Asia Timur yang peluang bisnisnya masih tinggi. "Pasarnya di sana masih sangat terbuka luas untuk kami bisa pasarkan produk," katanya.
Fokus kerja perusahan muÂlai membuahkan hasil. Pada kuartal-I perusahaan berkode saham GMFI di Bursa Efek Indonesia ini telah mendapatkan dua pelanggan baru yakni dari Thailand dan Bangladesh.
Dua negara itu akan melakukan perawatan beratnya di Hangar GMFI yang berada di Cengkareng.
"Kami sudah berhasil mendaÂpatkan dua costumer (pelanggan) baru, yaitu Novoair dari BanglaÂdesh dan Bangkok Airways dari Thailand," terangnya.
Iwan menjelaskan bahwa dua pelanggan tambahan itu merupaÂkan langkah konkret dari upaya peningkatan porsi pendapatan non-afiliasi dengan menambahÂkan portofolio pelanggan.
Selain pelanggan baru, GMF Aero Asia juga menambahkan sertifikasi baru dari Otoritas Penerbangan Sipil Bahrain, Vietnam, Malaysia, Filipina, dan Nigeria.
Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU) juga memberikan serÂtifikasi untuk perawatan pesawat Boeing 737 Max.
"Penambahan rating ini sertiÂfikasi ini diharapkan dapat meraih pelanggan lain," tutup Iwan.
Tidak hanya fokus pasar asing, GMF juga menggarap pasar dalam negeri. GMF dan PT Citilink Indonesia (Citilink) baru saja menyepakati kontrak kerja sama
Component Pooling untuk pesawat jenis Airbus A320 milik Citilink. Kerja sama ini meliputi penyediaan komponen, perawatan komponen sehingga dapat memberikan efisiensi bagi maskapai penerbangan.
"Kami bersyukur bahwa GMF telah berhasil mengambil bisnis perawatan komponen milik Citilink. Sebelumnya pekerjaan untuk Citilink ini dikerjakan peÂnyedia jasa perawatan pesawat lain," ungkap Iwan.
Anak usaha Maskapai Garuda Indonesia ini juga suÂdah menyiapkan strategi untuk menyeimbangkan peningkatan beban usaha dan peningkatan keÂuntungan melalui program-proÂgram baik peningkatan capability, program-program efisiensi, termasuk berusaha mendapatkan
tax allowance dan
tax holiday dari pemerintah untuk penanaÂman modal baru.
"Program efisiensi yang diÂmaksud seperti peningkatan
consignment dan
renegosiasi dengan vendor," jelasnya.
Walaupun begitu optimistis, menilik laporan keuangan peÂrusahaan kuartal I-2018 beban usaha yang dicatatkan meningÂkat 23,81 persen menjadi 373,05 juta dolar AS dibandingkan periode yang sama tahun sebeÂlumnya 301,29 juta dolar AS. Iwan menjelaskan, peningkatan beban tersebut terjadi karena pergeseran tipe bisnis ke arah engine dan component.
Ia menegaskan walaupun pendapatan di tiap bulan tidak merata karena mengikuti musim, GMFI tetap yakin dapat mencaÂpai target yang sudah ditetapkan karena sampai Mei 2018 sudah mencapai 90 persen dari target. "Kami tetap optimistis untuk bisa mencapai target yang sudah ditentukan hingga akhir tahun karena peak season lebaran di Juni juga belum kami bukukan pendapatannya," ujarnya. ***