Berita

Hukum

KPK Dan Polri Diminta Selidiki Dugaan Dinasti Politik Di Bogor

SELASA, 26 JUNI 2018 | 03:54 WIB | LAPORAN:

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Mabes Polri harus mengusut adanya dugaan politik dinasti yang terjadi di Bogor, Jawa Barat.

Begitu dikatakan Koordinator Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Djuanda (Unida), Arifin dalam surat elektronik yang dikirimkan ke redaksi, Selasa (26/6).

Hal yang sama diutarakannya saat menggelar aksi damai di Gedung KPK Jakarta dan Mabes Polri, kemarin.

"Kami bersama masyarakat sekarang telah menyodorkan bukti-bukti bahwa di Kabupaten Bogor telah terjadi dinasti politik dan terbukti melakukan korupsi," kata Arifin.

Dia dan para mahasiswa juga menagih janji Wakil Ketua KPK Basaria Pandjaitan saat berpidato di Gedung Sate, Bandung, 17 April 2018 lalu.

Basaria menyatakan dinasti politik mendapat atensi khusus dari KPK, karena rawan perilaku koruptif.

"Kalau tidak Bogor akan dikuasai dinasti politik, yang terbukti terlibat korupsi dalam kasus Jonggol," ujarnya.

Arifin sempat ditemui perwakilan dari pinam KPK. Kepada Arifin, pihak KPK mengatakan bahwa kasus yang sempat dilaporkan oleh salah satu LSM itu tengah masuk dalam tahap telaah.

“Dalam waktu dekat akan memberikan surat keterangan hasil penelaahan atau tanggapan dari KPK, dalam waktu 30 hari jam kerja sejak berkas bukti masuk yaitu tanggal 31 Mei,” jelas dia.

Selain KPK, Arifin bersama anggota BEM lain bertandang ke Bareskrim Polri. Mereka akan melaporkan kasus penyerobotan tanah milik masyarakat Jonggol.

Bareskrim, lanjut dia, sudah menerima laporan dari masyarakat Jonggol tentang perempasan tanah masyarakat.

“Bareskrim siap melakukan penelaahan kasus ini, tetapi mereka meminta kepada masyarakat agar bukti pelaporan seperti sertifikat tanah dan girik harus dibawa yang asli. Sehingga disarankan untuk kembali membawa bukti yang asli,” demikian Arifin. [sam]

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

UPDATE

Samsung Solve for Tomorrow 2024, Momentum untuk Dorong Peningkatan Literasi Digital

Sabtu, 27 April 2024 | 11:48

Paguyuban Warung Madura: Harusnya Kami Dilindungi Bukan Diberangus!

Sabtu, 27 April 2024 | 11:36

PIS Sukses Tekan Emisi 25,4 Ribu Ton Setara CO2

Sabtu, 27 April 2024 | 11:18

Sam Altman hingga Sundar Pichai Gabung Dewan Keamanan AI Amerika Serikat

Sabtu, 27 April 2024 | 10:59

OASA Perkuat Modal di Anak Usaha Rp69 Miliar

Sabtu, 27 April 2024 | 10:41

Ilham Bintang: Prabowo Siap-Siap Beli Obat Anti Resah

Sabtu, 27 April 2024 | 10:37

Induk Perusahaan Google Bagi-bagi Dividen untuk Pertama Kali

Sabtu, 27 April 2024 | 10:29

KPU Sewa 8 Kantor Hukum Hadapi Perselisihan Pileg 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:20

Blinken: Amerika Tidak Bermaksud Menghambat Tiongkok Lewat Pembatasan Ekspor Chip

Sabtu, 27 April 2024 | 10:18

Realisasi Anggaran untuk IKN Capai Rp4,3 Triliun per April 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:02

Selengkapnya