Berita

Nasaruddin Umar/Net

Sosiologi Terorisme (13)

Melangitkan Agama Bumi

SELASA, 05 JUNI 2018 | 10:13 WIB | OLEH: NASARUDDIN UMAR

ISLAM membumi untuk melangitkan manusia. Is­lam bagian dari agama-agama anak cucu Ibrahim, yang biasa disebut al-din al-samawi. Agama yang kitab sucinya diturunkan dari langit kemudian ditu­runkan ke bumi dalam dua proses penurunan, yang dikenal dengan cara al-inzal dan al-tanzil (penjelasannya dapat dibaca dalam rangkaian kolom penulis di edi­si Dialog Jum'at, Harian Republika). Sebagai agama langit yang diturunan ke bumi untuk dijadikan petunjuk kepada manusia sebagai sasaran agama tersebut, sudah barangtentu melalui proses tawar menawar antara sang subyek (agama) dengan sang objek (manu­sia). Konsekuensi manusia diciptakan dengan seperangkat kecerdasannya, maka mereka dibekali dengan sikap kritis untuk mempertahankan eksistensi dirinya, termasuk bersikap kritis terhadap ajaran-ajaran agama langit itu. Istimewanya ialah Allah Swt memahami ke­nyataan ini. Buktinya, setiap kitab suci-Nya diturunkan dengan cara berangsur-angsur (tadrij), menyedikitkan beban (taqlil al-taklif), dan mengeliminir kesulitan ('adam al-haraj). Ini membuktikan bahwa agama langit turun ke bumi mengalami proses "pembumian". Al­lah Swt yang memiliki kekuatan "kun fa yakun" tidak serentak ajaran agama-Nya dipaksakan kepada hamba-Nya yang sangat dhaif. Pada­hal, tak satu pun hambanya yang bisa meno­lak seluruh ajaran agama-Nya jika ia mengh­endaki-Nya. Ini bukan berarti tuhan mengalah terhadap manusia, tetapi menjadi bukti beta­pa Tuhan memanusiakan manusia atau beta­pa Tuhan menekankan dirinya sebagai Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Membumikan ajaran agama Tuhan mengandung konsekuensi bahwa manusia pada satu sisi memiliki potensi, otoritas, dan kapasitas tertentu yang juga semuanya berasal dari-Nya, tetapi sisi lain manusia memiliki kekurangan yang prinsip sehingga mereka memerlukan bimbingan agar tidak jatuh terjerumus dengan kelemahan fundamental yang melekat pada dirinya. Manusia dalam pandangan Islam bu­kan antroposentris, yang serba manusia, bu­kan juga teosentris yang serba Tuhan, tetapi manusia menurut Prof. S.H. Nasr sebagai teo­morfis, yaitu makhluk yang memiliki berbagai kelebihan tetapi memiliki kelemahan melekat pada dirinya sehingga masih tetap membutuh­kan petunjuk Tuhan. Karena itu, diturunkan ke­padanya wahyu (Kitab) dan para Nabi untuk menjelaskan sekaligus mencontohkan penga­malan petunjuk itu.

Tidaklah sepantasnya kalangan manusia memaksakan kehendaknya agar manusia lain mengikuti petunjuk-Nya. Allah Swt tidak melakukannya dan para Nabi-Nya pun tidak melakukannya. Bahkan Allah Swt menegas­kan: Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepa­da orang yang dikehendaki-Nya, (Q.S. al- Qashash/28:56). Dalam ayat lain Allah Swt menyindir orang-orang yang melampaui ka­pasitasnya, mau memaksakan keinginannya untuk dan atas nama agama: Dan jikalau Tu­hanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia su­paya mereka menjadi orang-orang yang beri­man semuanya? (Q.S. Yunus/10:99).


Namun perlu diingat bahwa, siapapun tidak boleh berlindung dengan jargon "membumikan agama" untuk menghalalkan yang haram atau mengharamkan yang halal, atu melakukan penafsiran secara liberal kitab suci hingga kel­uar jauh meninggalkan inti ajaran agama. Har­us kita ingat bahwa pembumian agama untuk melangitkan kembali manusia setelah jatuh dalam drama kosmos, yang dilakukan oleh nenek moyang kita Adam dan Hawa. Seba­liknya juga tidak boleh atas nama agama kita melakukan kesewenang-wenangan terhadap orang lain, termasuk memaksakan kehendak pribadi atau golongan atas nama Allah. Agama harus dibumikan untuk melangitkan manusia. Bukan melangitkan agama lalu membiarkan manusia tersesat di bumi.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Kuasa Hukum: Nadiem Makarim Tidak Terima Sepeserpun

Minggu, 21 Desember 2025 | 22:09

China-AS Intervensi Konflik Kamboja-Thailand

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:51

Prabowo Setuju Terbitkan PP agar Perpol 10/2025 Tidak Melebar

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:35

Kejagung Tegaskan Tidak Ada Ruang bagi Pelanggar Hukum

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:12

Kapolri Komitmen Hadirkan Layanan Terbaik selama Nataru

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:54

Kasus WN China Vs TNI Ketapang Butuh Atensi Prabowo

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:25

Dino Patti Djalal Kritik Kinerja Menlu Sugiono Selama Setahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:45

Alarm-Alam dan Kekacauan Sistemik

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:39

Musyawarah Kubro Alim Ulama NU Sepakati MLB

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:09

Kepala BRIN Tinjau Korban Bencana di Aceh Tamiang

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:00

Selengkapnya