Berita

Dede Rosada/Humas BNPT

Pertahanan

Puasa Tumbuhkan Empati Dan Solidaritas Untuk NKRI Damai

JUMAT, 25 MEI 2018 | 11:34 WIB | LAPORAN:

Puasa Ramadhan bukan sekadar menahan haus dan lapar.

Ibadah puasa sejatinya juga untuk melatih pengendalian diri dan merasakan penderitaan orang lain.

Oleh karena itu puasa Ramadhan ini harus dimaknai untuk menumbuhkan empati untuk membangun solidaritas sosial yang kuat demi membangun Indonesia damai dan berdaulat agar terhindar dari bahaya radikalisme dan terorisme.

"Puasa Ramadhan adalah ibadah yang khas. Di bulan ini Allah punya banyak misi. Mulai dari peningkatan internal diri setiap muslim, bagaimana berhubungan dengan Allah agar hubungan keatasnya terasa lebih baik dan bagaimana memupuk solidaritas sesama muslim. Puasa ini juga untuk memupuk kebersamaan terhadap orang-orang yang berbeda etnik, bahkan berbeda agama," ujar Rektor Universita Islam Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah Jakarta, Dede Rosyada di Jakarta.

Lebih lanjut Dede menjelaskan, di bulan Ramadhan ini Allah juga memerintahkan kepada umatnya untuk lebih banyak beribadah dengan sodaqah dengan memberikan sesuatu kepada orang lain.

Karena pada hakekatnya, Allah melalui Rasullulah, sedang melatih umatnya agar bisa membangun empati, kasih sayang dan membangun solidaritas kepada orang lain.

Yang mana kasih sayang tersebut dimensinya akan sangat luas, tidak sekadar dimensi konsumtif yakni dimensi kehidupan sosial, dimensi ekonomi, dimensi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Lalu  di akhir Ramadhan menurutnya, Allah telah memerintahkan kepada umatnya untuk membayarkan zakat fitrah untuk membersihkan diri juga untuk memberikan makan kepada orang orang miskin.

"Dengan demikian, sebenarnya bagian dari proses ibadah puasa ini salah satunya adalah bagaimana membangun solidaritas sesama muslim dan dengan orang-orang yang berbeda agama sekalipun," ujar praih gelar Doktoral dari McGill University, Kanada ini .

Menurutnya, puasa juga harus digunakan masyarakat untuk bersabar diri agar tidak mudah terpancing terhadap aksi-aksi negatif seperti ujaran kebencian (hate speech) dan berita bohong (hoax). Apalagi akhir-akhir ini bangsa Indonesia diguncang dengan beberapa aksi terorisme.

"Tidak hanya bersabar diri, tapi juga menolak terorisme. Walaupun seringkali aksi tersebut menggunakan simbol-simbol agama ketika melakukan aksi terornya, baik dari segi pakaian, ucapan, lafal dan sebagainya. Tapi aksi itu sendiri bukanlah agama  dan tidak menjadi bagian dari perintah agama," kata pria kelahiran Ciamis, 5 oktober 1957 ini.

Ia menilai, ujaran kebencian dan hoax berpotensi menimbulkan kegaduhan dan perpecahan. Ujaran kebencian dan hoax jelas perbuatan salah serta melanggar aturan agama.

"Kalau melanggar aturan agama bagaimana pun itu adalah perbuatan salah.  Ketika salah kita pasti akan terkena dampak-dampak di alkhirat nanti," ujar mantan Direktur Pendidikan Tinggi Islam, Ditjen Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI ini.

Untuk itu ibadah puasa ini harus bisa dijadikan sebagai refleksi untuk saling menyayangi. Dan kasih sayang itu tidak hanya terefleksi dengan hanya memberikan makanan atau pakaian saja.  

"Tapi juga bagaimana hati kita juga menjadi bagian dari hati mereka. Karena ibadah puasa itu melatih untuk memberikan kasih sayang kepada sesama," imbuhnya.

Ia juga menekankan bahwa kemajemukan yang dimiliki bangsa ini juga harus dijga dengan baik. Apalagi bangsa Indonesia punya instrumen untuk menjaga kerukunan, baik itu antar umat beragama, terhadap pemerintah dan sebagainya. Hal ini terlihat dari instrumen hukum atau instrumen politik di negara yang sudah cukup.

"Tinggal bagaimana implementasinya dan bagaimana orang-orang yang berpotensial kena penetrasi isme-isme yang kurang bagus bisa terhindar dan terjauhkan," pungkas Dede Rosyada. [wid]


Populer

Jokowi Kumpulkan Kapolda Hingga Kapolres Jelang Apel Akbar Pasukan Berani Mati, Ada Apa?

Kamis, 12 September 2024 | 11:08

Jagoan PDIP di Pilkada 2024 Berpeluang Batal, Jika….

Minggu, 08 September 2024 | 09:30

Slank sudah Kembali ke Jalan yang Benar

Sabtu, 07 September 2024 | 00:24

Petunjuk Fufufafa Mengarah ke Gibran Makin Bertebaran

Kamis, 12 September 2024 | 19:48

Soal Video Winson Reynaldi, Pemuda Katolik: Maafkan Saja, Dia Tidak Tahu Apa yang Dia Perbuat!

Senin, 09 September 2024 | 22:18

AHY Tuntaskan Ujian Doktoral dengan Nilai Hampir Sempurna

Kamis, 12 September 2024 | 17:12

Ini Kisah di Balik Fufufafa Dikaitkan dengan Gibran

Rabu, 11 September 2024 | 01:15

UPDATE

Tawarkan Kerja di KAI, Oknum Polisi Diduga Tipu Warga Hingga Puluhan Juta

Sabtu, 14 September 2024 | 01:30

Anak Usaha Telkom Luncurkan Programmatic Advertising Berbasis Data Telco

Sabtu, 14 September 2024 | 00:59

Aktivis Buruh Dorong Zaken Kabinet Pemerintahan Prabowo-Gibran

Sabtu, 14 September 2024 | 00:48

Politik Sabar Prabowo

Sabtu, 14 September 2024 | 00:20

Tantangan Bangsa Makin Berat, Lawan Politik Jangan Ganggu Prabowo

Jumat, 13 September 2024 | 23:56

Pengawasan Internal yang Lemah Membuka Celah Percaloan Casis Bintara

Jumat, 13 September 2024 | 23:26

Anak Abah Coblos 3 Paslon Bentuk Kemarahan Tak Beralasan

Jumat, 13 September 2024 | 23:19

Prabowo Kunker ke Vietnam

Jumat, 13 September 2024 | 22:50

Sempat Berbeda Pendapat, Ulama Sepakat Fadhil Rahmi jadi Pendamping Bustami

Jumat, 13 September 2024 | 22:14

Anugerah Kebudayaan 2024 Siap Digelar untuk Penggerak Kebudayaan

Jumat, 13 September 2024 | 22:12

Selengkapnya