Penduduk sipil tidak bisa lagi melarikan diri dari pertempuran dan pemboman serangan di Suriah karena perbatasan begitu ketat dikontrol dan negara-negara tetangga diliputi oleh pengungsi. Hal itu menciptakan penderitaan terburuk di zaman modern.
Begitu kata Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi Filippo Grandi pekan ini. Dia memperingatkan sebuah bencana baru akan terjadi jika kota Idlib yang dikuasai pemberontak Suriah adalah target berikutnya dari militer Suriah.
"Negara ini menjadi jebakan, di beberapa tempat jebakan maut bagi warga sipil," kata Grandi kepada Reuters selama konferensi donor untuk Suriah.
"Ada seluruh penduduk di luar sana yang tidak bisa lagi menampung pengungsinya, yang menderita salah satu cobaan terburuk dalam sejarah modern," sambungnya.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, sebuah monitor perang yang berbasis di Inggris, mengatakan bulan lalu sekitar 511.000 orang tewas dalam perang sejak dimulai Maret 2011.
Sementara itu, sekitar 5,5 juta warga Suriah hidup sebagai pengungsi di Irak, Yordania, Libanon, dan Turki, dan kini mencapai seperempat populasi Lebanon. 6,1 juta orang lainnya masih di Suriah tetapi terpaksa meninggalkan rumah mereka.
Grandi berharap untuk mengumpulkan USD 5,6 miliar dari donor internasional untuk bantuan kemanusiaan darurat bagi pengungsi Suriah tahun ini, tetapi uang itu bukan untuk Suriah itu sendiri, melainkan akan membantu negara-negara tuan rumah seperti Yordania, Irak, Mesir dan Libanon.
Sementara itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan bahwa lebih dari 400.000 warga sipil terperangkap di wilayah-wilayah yang terkepung di seluruh Suriah.
Jumlah itu bisa meningkat secara dramatis karena 2 juta orang tinggal di wilayah barat laut Idlib, wilayah terbesar penduduk Suriah di tangan gerilyawan yang memerangi pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad di Damaskus.
Beberapa lembaga bantuan memprediksi penderitaan pada skala yang lebih besar daripada selama pengepungan Aleppo tahun lalu dan di Ghouta dan Raqqa timur tahun ini jika tentara Suriah dan pendukung Rusia dan Iran menyalakan api penuh mereka di Idlib.
Puluhan ribu pejuang dan warga sipil telah melarikan diri ke daerah itu dari bagian-bagian negara yang telah direbut kembali oleh tentara Rusia dan Iran.
"Idlib adalah tempat di mana banyak pejuang telah dipindahkan," kata Grandi.
"Jika pertempuran bergerak lebih tegas ke daerah itu, itu bisa sangat berbahaya bagi warga sipil," tambahnya.
[mel]