Berita

Foto/Net

Hukum

Orang Dalam KPK Bongkar Kejanggalan Penyidikan Korupsi KTP-El

JUMAT, 06 APRIL 2018 | 23:29 WIB | LAPORAN:

Direktur Penyidikan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Aris Budiman mengungkap kejanggalan dalam penanganan kasus pengadaan KTP Elektronik (KTP-el).

Menurut Aris ada tiga kejanggalan yang dilakukan sebelum dirinya masuk di KPK. Pertama penanganan kasus tersebut hanya terfokus di tahap pelaksanaan proyek. Untuk perencanaan proyek baru dibuka belakangan ini.

"Pak Dirtut (Derektur Penuntutan) ngomong ke saya dengan semua jaksa peneliti bahwa perkara itu berfokus kepada pelaksanaan proyek jarang masuk ke perencanaan," ujarnya di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (6/4)


Kejanggalan kedua penyidik KPK tidak pernah memeriksa pemilik PT Biomorf, Johannes Marliem sampai akhirnya Marliem meninggal dunia.

Aris menilai, penyidikan perencanan bisa dimulai dengan pemeriksaan Merliem.

Kejanggalan terakhir KPK tidak pernah menggeledah PT. Biomorf. Padahal surat penetapan penggeledahan sudah diminta dari jauh hari.

"Anda bisa cek, ucapan saya bisa beresiko hukum pada saya," jelas Aris.

Merliem merupakan pemasok alat pengenal sidik jari atau automated fingerprint identification system (AFIS) ke konsorsium penggarap proyek KTP-el.

Marliem sudah aktif sejak awal dalam pertemuan dan pembahasan proyek yang merugikan negara Rp2,3 triliun itu. Bahkan dari tangan Marliem KPK banyak mendapatkan bukti rekaman serta aliran uang KTP-el ke DPR dan pejabat Kemendagri.

Dalam surat dakwaan Setya Novanto disebutkan adanya persekongkolan antara Novanto dengan Marliem dan Andi Agustinus alias Andi Narogong.

Persekongkolan itu untuk mengatur ataupun menentukan tender proyek KTP-el. Pada akhir 2010 atau sebelum dilakukannya lelang proyek KTP-el, Novanto melakukan ‎pertemuan dengan Andi dan Marliem. Pertemuan itu untuk membahas harga AFIS beserta keuntungannya. Keuntungan dari harga itu akan diberikan kepada Novanto

Marliem yang disebut-sebut saksi kunci itu meninggal di kediamannya di Los Angeles, Amerika Serikat pada pertengahan Agustus 2017. [nes]


Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

UPDATE

KPK Siap Telusuri Dugaan Aliran Dana Rp400 Juta ke Kajari Kabupaten Bekasi

Rabu, 24 Desember 2025 | 00:10

150 Ojol dan Keluarga Bisa Kuliah Berkat Tambahan Beasiswa GoTo

Rabu, 24 Desember 2025 | 00:01

Tim Medis Unhas Tembus Daerah Terisolir Aceh Bantu Kesehatan Warga

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:51

Polri Tidak Beri Izin Pesta Kembang Api Malam Tahun Baru

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:40

Penyaluran BBM ke Aceh Tidak Boleh Terhenti

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:26

PAN Ajak Semua Pihak Bantu Pemulihan Pascabencana Sumatera

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:07

Refleksi Program MBG: UPF Makanan yang Telah Berizin BPOM

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:01

Lima Tuntutan Masyumi Luruskan Kiblat Ekonomi Bangsa

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:54

Bawaslu Diminta Awasi Pilkades

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:31

Ini yang Diamankan KPK saat Geledah Rumah Bupati Bekasi dan Perusahaan Haji Kunang

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:10

Selengkapnya