Berita

Nasaruddin Umar/Net

Mengenal Inklusi Visme Islam Indonesia (55)

Pengaruh Ajaran Sufisme

RABU, 28 MARET 2018 | 09:33 WIB | OLEH: NASARUDDIN UMAR

INKLUSIFISME Islam Indonesia dipengaruhi oleh ajaran agama yang sufistik, yaitu ajaran yang lebih mengedepankan aspek hakekat dan substansi ajaran daripada ajaran legal-for­mal. Sebelum Islam datang, negeri ini sudah dihuni oleh agama dan kepercayaan yang cenderung sufistik, seperti agama Hindu-Budha, animisme, inamisme, dan agama dan kepercayaan leluhur Jawa (kejawen). Dalam ajaran agama dan kepercayaan tersebut lebih menekankan aspek kemanusiaan (humanity) seseorang. Orang bisa saja memiliki agama dan kepercayaan yang berbeda-beda tetapi tetap sebagai manusia yang harus dihargai. Nilai ke­manusiaan lebih tinggi daripada nilai-nilai so­sial budaya, bahkan termasuk nilai agama dan kepercayaan. Perbedaan etnik, suku, agama, dan kepercayaan tidak boleh mengorbankan rasa kemanusiaan.

Dalam kondisi batin seperti ini Islam lebih mu­dah mengadaptasikan diri, karena esensi Islam sebagai agama sesungguhnya juga untuk leb­ih memanusiakan manusia. Dengan kata lain, Islam adalah agama kemanusiaan. Tidak bisa atas nama ajaran agama mengorbankan rasa kemanusiaan. Jika dalam perjalanan hidup ada pandangan kemanusiaan yang tidak sejalan dengan doktrin agama (Islam) maka diselesai­kan dengan dakwah, bukan langsung disele­saikan dengan peperangan atau kekerasan. Ini sejalan dengan ayat: Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, (Q.S. al-Qashash/28:56). Dalam mengajak orang menganut Islam yang benar tidak dibe­narkan menggunakan kekerasan, apapun ben­tuk kekerasan itu, sebagaimana ditegaskan da­lam ayat: Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam). (Q.S. al-Baqarah/2:256). Di dalam mengajak orang mengikuti agama Is­lam, dalam keadaan bagaimanapun tetap kita dianjurkan menempuh jalur-jalur bijaksana se­bagaimana dijelaskan dalam ayat: Ajaklah (ma­nusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mere­ka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tu­hanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Di­alah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapatkan petunjuk. (Q.S. al-Naml/16:125).

Dalam pandangan sufisme, perbedaan ada­lah sebuah keniscayaan. Semuanya tercipta dengan tujuan khusus yang sudah dirancang oleh Sang Pencipta. Allah Swt juga mengin­gatkan: Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya? (Q.S. Yunus/10:99). Islam sufisme lebih meneka­nkan titik temu nilai-nilai kemanusiaan. Sedikit agak berbeda dengan pandangan formal-log­ic (fikih) menilai seseorang berdasarkan nilai-nilai formal dalam ajaran agama. Tanpa hen­dak mempertentangkan antara Islam fikih dan Islam tasawuf, Islam fikih mengukur seseorang berdasarkan ukuran formal sebagaimana jiga ditetapkan dalam ajaran Al-Qur'an dan hadis. Sedangkan Islam sufisme lebih menekankan manusia sebagai makhluk Allah yang dicipta­kan dengan tujuan tertentu. Ketidakmampuan seseorang menunaikan ajaran agama yang di­anutnya itu wilayah keterbatasannya sebagai manusia. Allah-lah yang berhak menghitung dan mengukur penyimpangan perbuatan ham­ba-Nya. Tidak boleh menghakimi mereka tanpa melalui prosedur semestinya, Allah Swt Maha Pengasih dan Maha Pengampun. Tidak ada yang salah jika Dia akan mengampuni hamba- Nya. Mungkin pada saatnya juga akan memberi petunjuk pada hamba-Nya.


Pendekatan tasawuf yang banyak dilakukan oleh para penganjur Islam di masa awal sep­erti yang dilakukan para ulama yang tergabung dalam Wali Songo, ternyata lebih efektif meng­islamkan masyarakat Indonesia. Memang dis­adari kelemahan pendekatan tasawuf masih menyisahkan sejumlah persoalan dan disinilah tahap berikutnya pendekatan fikih tetap diper­lukan juga dalam upaya menciptakan konsoli­dasi umat.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

Kapolda Metro Buka UKW: Lawan Hoaks, Jaga Jakarta

Selasa, 16 Desember 2025 | 22:11

Aktivis 98 Gandeng PB IDI Salurkan Donasi untuk Korban Banjir Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:53

BPK Bongkar Pemborosan Rp12,59 Triliun di Pupuk Indonesia, Penegak Hukum Diminta Usut

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:51

Legislator PDIP: Cerita Revolusi Tidak Hanya Tentang Peluru dan Mesiu

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:40

Mobil Mitra SPPG Kini Hanya Boleh Sampai Luar Pagar Sekolah

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:22

Jangan Jadikan Bencana Alam Ajang Rivalitas dan Bullying Politik

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:19

Prabowo Janji Tuntaskan Trans Papua hingga Hadirkan 2.500 SPPG

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Trio RRT Harus Berani Masuk Penjara sebagai Risiko Perjuangan

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Yaqut Cholil Qoumas Bungkam Usai 8,5 Jam Dicecar KPK

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:47

Prabowo Prediksi Indonesia Duduki Ekonomi ke-4 Dunia dalam 15 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:45

Selengkapnya