Sumirnya data pangan yang bertebaran saat ini membuat keÂbingungan banyak pihak. Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian (Kementan) Kuntoro Boga Andri menyayangkan masih adanya perdebatan mengenai data pangan saat ini.
Ditegaskan dia, lonjakan luas lahan dan panen saat ini meruÂpakan data real time di lapangan yang sudah terverifikasi secara akurat menggunakan teknologi citra landsat dan pemantauan langsung oleh para mantri (petugas pencatat di lapangan) sebelum dikeluarkan secara resmi melalui Badan Pusat Statistik (BPS).
"Kalau bukan BPS, Kementan, siapa lagi yang bisa dipercaya (data pangan)? Maaf ya kalau orang luar ini kan tidak punya data, tidak punya perangkat, cuma mengawang-ngawang saja. Kita ini yang justru punya alat dan teknologi itu bersama perangkat dan aparatnya. Dan kami tidak ada tendensi besar-besarkan data luas lahan dan panen itu," tegas Kuntoro, kemarin. Berikut pernyataan peraih gelar PhD dalam bidang ekonomi dan kebiÂjakan pertanian dari Kagoshima University-Jepang ini:
Masih ada kalangan yang sangsi dengan data pangan yang ada saat ini. Bagaimana itu?Kadang memang ada pihak yang mempertanyakan. Tapi itu tidak salah. Makanya kami memberi jawaban. Pertama validasi data. Kementan ini memiliki struktur sampai level desa, mantri tani dan sebagainya baik mengeÂnai luas panen, luas tanam, dan seterusnya.
Kemudian kami juga punya citra satelit landsat untuk itu sehingga bisa deteksi luas panen dan tanam. Jadi itu sudah akurat, jangan diperdebatkan lagi luas panen, jumlah produksi karena Insya Allah itu mendekati kebeÂnaran. Kalaupun ada error tidak sampai 5 persen.
Jadi akurasi data yang diterbitkan Kementan bisa diperÂtanggungjawabkan ya?Akurasinya bisa dipertanggujawabkan. Memang citra landsat itu masih data mentah, tapi kami memiliki Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian untuk olah itu. Di pusdatin (pusat data dan informasi) juga ada. Itu bahÂkan bisa dilihat melalui website dan di-publish ke masyarakat luas. Tapi tetap yang berhak keluarkan secara resmi data pertanian itu BPS. Tetapi supporting datanya Kementan karena BPS ini kan tidak punya kaki tangan sampai di lapangan. Kami punya.
Jadi untuk data resmi itu tetap diterbitkan oleh BPS yang bersumber dari Kementan begitu?Iya. Kalau BPS dan Kementan tidak dipercaya, sekarang siapa lagi yang bisa dipercaya. Maaf ya kalau orang luar ini kan tidak punya perangkat, data mereka darimana? Cuma mengawang-ngawang. Sementara kita yang justru punya alat, teknologi dan perangkat untuk itu. Dan kami tidak ada tendensi besar-besarkan data luas lahan, luas panen dan data produksi pangan itu. Jadi jangan ada polemik lagi mengeÂnai data pangan. Data yang akurat itu ada di BPS dan Kementan.
Bagaimana Anda menangÂgapi sikap pihak-pihak yang masih skeptis melihat data pangan yang disajikan?Skeptisime adalah sifat tidak mau menerima dengan muÂdah dan selalu meragukan sesÂuatu jika belum ada bukti yang benar-benar jelas. Karena itulah untuk para skeptikus ini perlu diberi penjelasan dan informasi yang akurat untuk mengklarifikaÂsi cara pandangnya. Pemerintah tentu memiliki keinginan memÂbenahi sektor hulu maupun hilir (distribusi dan pasar). Cuma pernyataan beberapa pakar di media nasional dalam minggu-minggu terakhir terkait subsidi benih, impor, inflasi dan yang meragukan program-program dan data-data resmi Kementan dan BPS sangatlah disayangkan karena terkesan selalu menyÂalahkan pemerintah.
Apakah polemik ini berpenÂgaruh ke Kementan?Masalah pertanian dan pangan di negara manapun dilematis, antara membela petani yang lemah atau konsumen yang rentan. Pemerintah wajib mencukupi pangan nasional dengan alasan stabilitas dan keutuhan bangsa. Kebijakan yang diambil tidak boleh memiskinkan petani dan tidak boleh pula mensubsidi konsumen yang tidak miskin. Di Indonesia mekanisme ini diatur melalui Perpres Nomor 48 Tahun 2016, tentang penugasan kepada Perum BULOG dalam rangka ketahanan Pangan Nasional. Stabilisasi harga dilakukan melalui penyerapan gabah disaat panen raya dan harga jatuh. Operasi pasar dilakukan untuk menstabilkan harga beras, ketika harga melonjak naik. Hal ini tentunya harus diimbangi denÂgan manajemen yang baik dalam rangkaian penyerapan gabah, stok dan distribusi dari petani kepada konsumen.
Untuk tahun ini seperti apa sih gambaran dari produksi pangan kita?Secara Nasional Kementan memprediski luas panen Januari 2018 diperkirakan sekitar 900 riÂbu hektare, Februari 2018 seluas 1 juta hektare dan Maret 2018 seluas 1,3 juta hektare. Data ini bila dikonversi dalam produksi Gabah Kering Giling (GKG) akan menghasilkan produksi nasional bulan Januari sekitar 4 juta ton, Februari 5 juta ton dan Maret 6,5 juta ton. Di luar itu ada stok pemerintah (Bulog) sebesar 854.947 ton, ditambah stok beÂras masyarakat yang jumlahnya jauh lebih besar dari stok yang dikelola pemerintah. ***