Sejak di awal pemerintahannya, Presiden Jokowi menetapkan Indonesia darurat narkoba. BNN menyebut jumlah narkoba yang masuk ke Indonesia sudah sangat memprihatinkan.
Hingga akhir tahun lalu, BNN telah mengungkap 46.537 kasus narkoba, serta mengamankan 58.365 tersangka kasus narkoba, dan 34 tersangka tindak pidana pencucian uang yang bersumber dari kasus narkoba. Total barang bukti yang berhasil dikumpulkan oleh BNN, Polri, dan Ditjen Bea Cukai terdapat 4,71 ton sabu-sabu, 151,22 ton ganja, dan 2.940.748 butir ekstasi.
Yang bikin miris lagi, saat ini yang jadi pecandu narkoba tak hanya orang dewasa dan remaja, tapi sudah merembes hingga ke kalangan anak-anak. Menurut BNN, saat ini banyak anak-anak yang sengaja dijadikan pecandu narkoba, sehingga bisa dipaksa untuk menjadi kurir. Berikut penjelasan Kepala BNN Irjen Heru Winarko terkait masalah ini.
Kenapa bisa sampai sebegitu banyak dan mudah narkoba masuk ke Indonesia?Itu karena harga narkoba di sini luar biasa. Harga narkoba di China itu 1 gram cuma Rp 20 ribu, di Iran Rp 50 ribu, tapi di Indonesia itu Rp 1,5 juta. Karena perbedaan harga yang luar biasa, makanya dengan cara apapun mereka berusaha memasukanÂnya ke sini.
Kenapa harganya bisa jauh lebih mahal?Itu karena tingginya tuntutan pasar. Semakin banyak market-nya, semakin tinggi juga harganÂya. Semakin banyak jejaringnya, semakin tinggi nilainya. Jadi langkahnya adalah bagaimana supaya suplai ini bisa dikurangi, dan juga bagaimana supaya perÂmintaannya bisa dipangkas.
Caranya?Caranya dengan melakukan pencegahan semaksimal mungÂkin. Kemarin saya kebetulan ikut konferensi nerkotika sedunia di Wina. Di sana kami ketemu negÂara-negara yang memproduksi barang-barang tersebut, dan juga negara yang kami anggap bisa diajak berkolaborasi, seperti Singapura dan Malaysia. Karena bagaimanapun warga negara kita di Singapura cukup banyak, lalu warga negara kita di Malaysia juga cukup banyak. Sehingga kalau narkoba tidak diberantas, yang jadi korban bukan hanya warga negara Indonesia, tapi juga warga negara mereka.
Untuk pencegahan dari daÂlam bagaimana?Di dalam pencegahan kami bukan hanya kasih ceramah, tapi juga bagaimana bisa membanÂgun sistem pencegahan narkoba. Misalnya sistem pencegahan narkoba untuk di lapas (lembaga pemasyarakatan).
Saya sudah bertemu dengan pihak lapas, dan kami sepakat bahwa lapas itu bukan hanya unÂtuk pembinaan narapidana, tapi juga tempat sosialisasi tentang narkoba. Jadi mereka ini selain dihukum juga direhabilitasi. Karena enggak semua pecandu itu mau direhabilitasi, mau disÂembuhkan. Itu tergantung dari kemauan mereka juga.
Selain itu apa lagi langkah yang Anda lakukan?Kemudian untuk mencegah narkoba masuk ke Indonesia, kami sudah berkomunikasi denÂgan Ditjen Bea Cukai. Kami dorÂong mereka supaya tidak hanya untuk mem-protect, tapi juga buat sistem untuk mencegah masuknya narkoba ke Indonesia. Lalu kami juga sudah berkoordiÂnasi dengan Kementerian Desa dan Daerah Tertinggal, karena narkoba ini sudah masuk ke desa-desa.
Jadi saya harapkan desa bisa punya sistem, punya daya tangÂgap untuk mencegah peredaran narkoba di wilayah masing-masing. Jadi pada intinya, BNN dan semua instansi bekerjasaÂma untuk memberantas dan mencegah peredaran narkoba. Ini sistem, dan supaya sistem optimal, maka tidak boleh ada yang tertinggal. Mulai dari pencegahan, pemberdayaan, dan pemberantasan berjalan bersama.
Apa target BNN dalam hal pencegahan?BNN ini kan tugasnya untuk menghadapi sindikat. Target kami tahun lalu 24 sindikat, sementara target tahun ini 26 sindikat.
Sepengetahuan BNN, beraÂpa banyak sindikat narkoba yang ada di Indonesia?Kalau untuk jumlahnya relatif. Setiap ada yang ketangkep, lainnya bisa pecah dan bikin baru. Sehingga kami hanya menargetnya berdasarkan informasi yang didapat. Jadi kalau kami tidak bisa pastikan. Karena sekali pecah itu dari satu jaringan bisa jadi empat-lima jaringan. Sehingga jumlahnya berubah-ubah. Makanya yang bisa saya sampaikan adalah, yang kami targetkan tahun ini ada 26 sindikat. ***