Ada nuansa khidmad dari rangkaian kunjungan tokoh nasional Dr Rizal Ramli ke Blitar, Jawa Timur, Jumat (16/3). Saat nyekar ke makam Proklamator Bung Karno, Rizal Ramli mengungkapkan kesedihan karena ajaran Bung Karno selama ini hanya dijadikan sekedar kembang kata dan kosmetik pencitraan.
"Setiapkali ke makam Bung Karno saya selalu terbebani, saya trenyuh, kok cita-cita Bung Karno tentang kemakmuran, kedamaian, dan Marhaenisme masih belum tercapai," kata Rizal Ramli kepada wartawan seusai bertafakur dan melakukan tabur bunga di makam Bapak Bangsa itu.
Menurutnya, ajaran Sukarno bila diimplementasikan secara benar, maka dipastikan Indonesia akan menjadi bangsa yang besar dan disegani negara lain.
"Ajaran Bung Karno isinya jarang dilaksanakan," ujar mantan Menko Ekuin era Presiden KH Abdurrahman Wahid dan mantan Menko Maritim era Presiden Joko Widodo ini.
Rizal Ramli kemudian menyebut bahwa hingga kini masih ada sekitar 40 persen warga Indonesia yang belum menikmati arti kemerdekaan, yang salah satunya mencari makan masih susah.
"Walaupun Indonesia sudah merdeka 72 tahun, sedikit sekali cita-cita kemerdekaan yang dicapai, bahkan dilupakan," sesal Rizal Ramli.
Padahal, menurut Rizal, Indonesia seharusnya bisa menjadi negara maju, mengingat sumber daya alamnya melimpah.
"Negara kita kaya banget, negara paling kaya se-Asia Tenggara, tapi kok masih ada 40 persen yang di bawah, belum bisa menikmati arti kemerdekaan, makan susah. Kami ingin menjelang 73 tahun Republik merdeka, kemerdekaan harus dengan `all out` dengan segala itikad perjuangkan agar cita-cita terkabul," tukas Rizal.
Rizal juga merasa prihatin dengan beragam perbedaan yang ternyata sengaja dijadikan masalah bagi kelompok lain. Padahal, sambung Rizal, saat melawan penjajah, tidak ada perbedaan. Bahkan, perbedaan baik suku, agama, ras, budaya, menjadikan ikatan semakin kuat.
"Hari ini ada kegelisahan rasa tidak damai jika berbeda suku, etnis, agama menjadi masalah. Kami ingin agar kembali ke awal kemerdekaan, cita-cita Bung Karno bahwa bangsa yang loyal, perbedaan itu bukan masalah justru kekuatan," imbuh Rizal.
Ketika disinggung mengenai keseriusan dirinya maju di Pilpres 2019, ia mengungkapkan, keputusannya itu untuk mengimplementasikan ajaran Bung Karno yang menurutnya belum terealisasi.
Ia merasa terinspirasi dengan beragam pemikiran Bung Karno yang tetap dipegangnya hingga saat ini. Ia yakin rakyat Indonesia ingin perubahan, ingin tokoh yang mempunyai visi, misi, amanah, dan bukan hanya yang bisa mengeluarkan kembang kata.
"Kalau mau ubah Indonesia, tidak cukup menjadi Wapres (Wakil Presiden), harus memimpin bangsa ini ke arah lebih baik," ujarnya.
Seperti diketahui Rizal Ramli sendiri memiliki kemiripan jalan sejarah dengan Bung Karno. Rizal menempuh pendidikan yang sama dengan Sukarno yaitu berkuliah di ITB, pernah meringkuk di dalam penjara Sukamiskin, Bandung, karena melawan otoritarianisme, penjara yang sama dimana Sukarno pernah mendekam karena menentang kolonialisme. Sukarno dan Rizal Ramli tumbuh sebagai nasionalis dengan akar sebagai orang pergerakan.
[dem]