Nasaruddin Umar/Net
Nasaruddin Umar/Net
NAHDLATUL ULAMA (NU) adalah organisasi Islam terbesar di Indonesia. Semenjak kelahirannya tanggal 31 Januari 1926 bertepatan tanggal 16 Rajab 1344 H, NU menegaskan prinsip dasar organisasinya di dalam Kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan Kitab I'tiqad Ahlussunnah wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam khittah NU, yang dijadikan sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik. NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, merupakan sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara kelompok rasional (liberal) dan kelompok tekstualis (skripturalis). Sumber hukum Islam bagi NU tidak hanya Al-Qur'an, sunnah, tetapi juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas empiris (karifan lokal). Cara berpikir semacam itu dirujuk dari peÂmikir terdahulu seperti Abu al-Hasan al-Asy'ari dan Abu Mansur Al Maturidi dalam bidang TeÂologi/Kalam. Dalam bidang Fikih mengikuti emÂpat imam Mazhab yaitu Imam Abu Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi', dan Imam Hambali, khususÂnya lebih dekat Imam Syafi'.
Dari referensi dan rujukan intelektual di atas memungkinkan NU berpikir dan bertindak modÂerat. Kemoderatan NU dijustifikasi dalam benÂtuk simbol yang tergambar dalam lambang NU berbintang Sembilan dengan tali longgar melilit bola dunia. Bagi Warga Nahdliyin lambang NU memiliki arti yang penting, bahkan ada yang cenderung memitoskannya.
Konsep dan ekspresi NU, dan tentu saja beberapa ormas Islam lainnya, tentang toleransi patut untuk diapresiasi. Dalam lintasan seÂjarah keberadaan NU sebagai organisasi keaÂgamaan sekaligus organisasi kemasyarakat terbesar di Indonesia mempunyai peran pentÂing di dalam terwujudnya masyarakat Indonesia yang toleran. Tidak bisa disangkal bahwa NUikut menentukan perjalanan sejarah bangsa Indonesia. NU lahir dan berkembang dengan corak dan kulturnya sendiri. Sebagai organisasi berwatak keagamaan ahlussunnah wal jama'ah, maka NU menampilkan sikap akomodatif terhÂadap berbagai madzhab keagamaan yang ada di sekitarnya. NU tidak pernah berpikir untuk menyatukan apalagi menghilangkan madzhab-madzhab keagamaan yang ada. Dan sebagai organisasi kemasyarakatan, NU menampilkan sikap toleransi terhadap nilai-nilai lokal.
Populer
Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21
Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58
Senin, 08 Desember 2025 | 19:12
Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53
Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08
Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44
Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46
UPDATE
Selasa, 16 Desember 2025 | 22:11
Selasa, 16 Desember 2025 | 21:53
Selasa, 16 Desember 2025 | 21:51
Selasa, 16 Desember 2025 | 21:40
Selasa, 16 Desember 2025 | 21:22
Selasa, 16 Desember 2025 | 21:19
Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54
Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54
Selasa, 16 Desember 2025 | 20:47
Selasa, 16 Desember 2025 | 20:45