Berita

Setyo Wasisto/Net

Politik

Biar Kondusif, Alasan Polri Tunda Proses Hukum Cakada

SELASA, 13 MARET 2018 | 20:45 WIB | LAPORAN: IDHAM ANHARI

Polri lain dengan institusi penegak hukum seperti Komisi Pemberantasan Korupsi dan Kejaksaan Agung dalam memproses hukum calon yang telah ditetapkan oleh KPU sebagai peserta pilkada. Korps Bhayangkara lebih memilih menunda proses hukum bagi setiap paslon hingga berakhirnya Pilkada.

Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Setyo Wasisto menegaskan hal tersebut merupakan saran dari Kapolri guna menghindari gejolak di tengah berlangsungnya pesta demokrasi.

"Artinya kita berharap Pilkada bisa berlangsung dulu, kalau memang dia nanti ada kasus silakan diproses. Itu penekanan Kapolri," kata Setyo di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (12/3).


Dikatakan Setyo, meskipun berbeda pendapat dengan institusi lainnya, konsep ini dimaksudkan untuk membuat situasi berjalan kondusif.

"Kami kan menyarankan. Karena kita lebih memilih situasi yang lebih kondusif lah lebih tenang," pungkasnya.

Sebelumnya, Kapolri menjelaskan alasan Polri menunda proses hukum bagi Calon Kepala Daerah (Cakada) sampai pelaksanaan Pilkada selesai lantaran biaya mencalonkan diri mahal.

"Demokrasi yang dengan Pilkada langsung ini salah satu dampaknya itu adanya kebutuhan-kebutuhan biaya tinggi untuk berdemokrasi untuk dipilih," kata Tito usai membuka Rakernis Bareskrim Polri di Mercure, Ancol, Jakarta Utara, Selasa (6/3).

Oleh karenanya, sambung Tito untuk mengurangi dampak negatif tersebut Polri telah bersepakat untuk menunda proses hukum kepada mereka yang telah ditetapkan sebagai Calon Kepala Daerah. Selain biaya tinggi, Tito juga menghormati pasangan calon terutama bagi parpol pendukung dan simpatisannya.

"Karena kalau seandainya diproses hukum, nanti Polri dianggap bermain politik dan lain-lain, kecuali OTT" ujarnya.[dem]

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:12

UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,72 Juta, Begini Respon Pengusaha

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:05

Pemerintah Imbau Warga Pantau Peringatan BMKG Selama Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:56

PMI Jaksel Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:54

Trump Selipkan Sindiran untuk Oposisi dalam Pesan Natal

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:48

Pemerintah Kejar Pembangunan Huntara dan Huntap bagi Korban Bencana di Aceh

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:15

Akhir Pelarian Tigran Denre, Suami Selebgram Donna Fabiola yang Terjerat Kasus Narkoba

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:00

Puan Serukan Natal dan Tahun Baru Penuh Empati bagi Korban Bencana

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:49

Emas Antam Naik, Buyback Nyaris Tembus Rp2,5 Juta per Gram

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:35

Sekolah di Sumut dan Sumbar Pulih 90 Persen, Aceh Menyusul

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:30

Selengkapnya