Pemerintah pasang kuda-kuda untuk menghadapi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, khususnya di sektor baja. Pengenaan tarif bea masuk 25 persen oleh AS untuk baja akan membuat Negeri Tirai Bambu mengalihkan pasarnya ke Asia, salah satunya Indonesia. Pemerintah perketat impor.
Menteri Perekonomian Darmin Nasution mengataÂkan, pemerintah saat ini masih menunggu keputusan resmi dari pemerintah AS soal kenaikan tarif impor tersebut. Kebijakan tarif tersebut akan berpengaruh bagi Indonesia.
"Ya ini kan masih berjalan tarik-menariknya, jadi China kemudian Jerman sedang tarik-menarik dengan Amerika baÂgaimana hasil akhirnya kita belum tahu," kata Darmin saat ditemui di Gedung PerekonoÂmian, Jakarta, kemarin.
Jika kebijakan ini benar akan terjadi, maka pihaknya akan menggelar rapat koordinasi bersama Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dan MenÂteri Perdagangan EnggartiaÂsto Lukita untuk mengantisiÂpasi dampaknya bagi Indonesia. "Jika itu berjalan, mau tidak mau bahayanya (produk) China akan ke mana-mana termasuk Indonesia," tambahnya.
Menurut Darmin, saat ini beberapa baja impor dari China juga telah masuk ke IndoneÂsia. Hal ini dipengaruhi karena produksi baja di China cukup besar ke berbagai negara.
Menteri Keuangan Sri MulyÂani mengaku khawatir dengan kebijakan pemerintah AS mengeÂnaikan tarif bea masuk 25 persen untuk baja. Kebijakan dikhawatÂirkan akan diikuti oleh negara produsen baja untuk membalas kebijakan AS dan ujungnya bakal terjadi perang tarif.
"Sejarah dunia sudah menunÂjukkan kalau terjadi perang dagang maka dampaknya buruk terhadap ekonomi dunia, itu sudah beberapa kali terjadi," ujarnya.
Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan ElekÂtronika Kementerian PerindusÂtrian (Kemenperin) Harjanto memastikan, kebijakan AS akan membuat produsen baja China mengalihkan ekspornya ke negÂara lain, termasuk Indonesia. Karena itu, pihaknya mengkaji beberapa upaya untuk menekan impor baja dari China.
"Salah satunya mengenai PerÂmendag 22 Tahun 2018 tentang Ketentuan Impor Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk TuÂrunannya, kami akan mencoba membangun database sebagai panduan ke Kementerian PerÂdagangan apa saja produk baja yang sudah diproduksi dalam negeri, mana yang masih kurang dan mana yang boleh diimpor," katanya.
Kedua, kata dia, melakukan pencegahan pelarian tarif atau kode HS baja paduan. Selama ini produsen baja China banyak menggunakan celah bea masuk baja paduan sebesar nol persen untuk memasukkan produk baja karbon ke Indonesia yang diÂlapisi dengan boron. "Kita akan dibicarakan dengan kementeÂrian dan lembaga terkait karena impor baja paduan meningkat luar biasa. Baja paduan ini kan untuk otomotif dan alat berat, tetapi aplikasi dipakai untuk konstruksi dan sebagainya," jelas Harjanto.
Upaya terakhir adalah dengan mewajibkan sertifikat TingÂkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) untuk produk baja. Dengan demikian, produk baja yang tidak memiliki sertifikat TKDN tidak dapat ikut tenÂder. "Itu pemikiran yang ada sekarang ini, perlu dukungan kementerian dan lembaga lain serta industri untuk menekan impor baja," katanya.
Pada pekan lalu, Trump menÂgumumkan, AS akan memÂberlakukan tarif impor baja 25 persen dan aluminium 10 persen dari seluruh dunia pada pekan ini. Selain China, negara proÂdusen baja lainnya, seperti Eropa juga kena dampaknya. Mereka berjanji akan mengenakan tarif tinggi untuk produk AS.
Komisioner Perdagangan Uni Eropa Cecilia Malstrom mengatÂakan, Eropa mempertimbangkan untuk mengenakan tarif impor sebesar 25 persen untuk produk celana jins Levi's dan minuman keras dari AS. Kedua produk tersebut masuk dalam rancangan daftar produk dari AS yang akan dikenakan pajak. ***