Berita

Politik

Jangan Usik Tanah Yogyakarta

MINGGU, 04 MARET 2018 | 22:39 WIB | OLEH: ZENG WEI JIAN

JANGAN usik tanah Yogyakarta. Affirmative policy bukan 'rasisme tanah'. Gerakan segelintir non pribumi menggugat Ngarsa Dalem hanya menguntungkan taipan.

It has nothing to do with Chinese, Arab, and India. Cuma bisa-bisanya si Handoko dan aktifis pencari panggung.

Tanah Yogyakarta hanya seluas 3185,80 Km2. Di Amerika ada Indian Reservation. Luas totalnya 227.000 Km2 atau 2.3 persen luas Amerika. Itu area khusus. Indian reservation is an area of land reserved for Indian use.


Indian sebagai native punya wilayah khusus. No white men bilang itu 'rasisme tanah'. Segelintir kapitalis ingin mengambil batu bara, gas bumi dan mineral lain di bawah zona-zona khusus Indian itu. Mereka angkat isu ekonomi dan poverty. Bukan wacana 'rasisme tanah' macam Handoko cs.

Kolonialisasi Kulit Putih menggerus Native Indian. Orang-orang asli dibunuh, direlokasi dan digusur. Tanahnya diambil. Ada dengan cara dibeli dengan murah. Misalnya, Manhattan dibeli dengan harga US$24 dari suku Lenape Indian.

In 1764, proposal Plan for the Future Management of Indian Affairs dirilis Board of Trade. Proposal ini adalah cikal bakal Indian removal act (1830).

Perlawanan Indian tak pernah surut. Mereka berusaha merebut kembali tanah-tanah nenek moyang.

Sioux War (1876-1881), Nez Perce War sampai final resistance yang dipimpin Geronimo dari Suku Chiricahua Apaches di Arizona.

Akhirnya, Indian New Deal lahir tahun 1934. Treaty ini encourage tribal sovereignty dan land management by Indian. Dua puluh tahun kemudian, 8000 km tanah dikembalikan ke sejumlah suku. Sekarang, ada 310 reservasi bagi 567 suku Indian yang diakui.

Dan enggak ada seorang pun yang menyatakan itu sebagai 'rasisme tanah'. Mungkin hanya Handoko yang akan bilang begitu.

Anyway, saya bertanya, who the hell is Handoko? Yap Hong Gie bilang "Hanya Doyan Tongkol". I think, You know what it means. [***]

Penulis adalah aktivis Komunitas Tionghoa Anti Korupsi (KOMTAK)

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Komisi V DPR: Jika Pemerintah Kewalahan, Bencana Sumatera harus Dinaikkan jadi Bencana Nasional

Sabtu, 06 Desember 2025 | 12:14

Woman Empower Award 2025 Dorong Perempuan Mandiri dan UMKM Berkembang

Sabtu, 06 Desember 2025 | 12:07

Harga Minyak Sentuh Level Tertinggi di Akhir Pekan

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:58

BNI Dorong Literasi Keuangan dan UMKM Naik Kelas Lewat Partisipasi di NFHE 2025

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:44

DPR: Jika Terbukti Ada Penerbangan Gelap, Bandara IMIP Harus Ditutup!

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:24

Banjir Aceh, Untungnya Masih Ada Harapan

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:14

Dana Asing Masuk RI Rp14,08 Triliun di Awal Desember 2025

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:08

Mulai Turun, Intip Harga Emas Antam Hari Ini

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:03

Netflix Beli Studio dan Layanan Streaming Warner Bros 72 Miliar Dolar AS

Sabtu, 06 Desember 2025 | 10:43

Paramount Umumkan Tanggal Rilis Film Live-Action Kura-kura Ninja Terbaru

Sabtu, 06 Desember 2025 | 10:35

Selengkapnya