Berita

Foto/Net

Otomotif

Gaikindo Ngarep Keran Impor Truk Bekas Ditutup

Bisnis Otomotif Bakal Mati
JUMAT, 02 MARET 2018 | 08:51 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Gaikindo meminta pemerintah untuk menghentikan impor truk bekas. Pasalnya, kebijakan tersebut dinilai merugikan produsen truk dalam negeri. Apalagi, kapasitas produksi truk dalam negeri sangat tinggi.

Ketua Umum Gabungan In­dustri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi mengatakan, jika pe­rilaku impor truk bekas masih dibiarkan, bisnis industri otomo­tif bakal mati. Saat ini, kemam­puan produksi truk di Indonesia di atas 200 ribu per tahun.

"Sekarang penjualannya baru 80 ribu satu tahunnya,"  ujarnya usai membuka acara Gaikindo Indonesia International Com­mercial Vehicle Expo (GIICOM­VEC) di Jakarta, kemarin.

Dengan kapasitas produksi yang tinggi, dia mengaku, masih bingung kenapa pemerintah masih membuka keran impor truk bekas. Padahal truk bekas itu uji emisinya tidak jelas.

"Layak jalannya juga tidak jelas, sparepart-nya pun tidak tahu dari mana, dan segala macam. Ini kalau dibiarkan bisa mematikan industri otomotif," kata Nangoi.

Kebijakan impor truk bekas akan mengancam industri oto­motif nasional. Padahal, industri ini sudah sangat berkontribusi untuk perkembangan negara. Industri otomotif telah mem­pekerjakan 1,2 juta- 1,4 juta pekerja. Kemudian menyum­bang pemasukan ke pemerintah sampai Rp 120 triliun.

"Kalau ini kita di-bully den­gan truk bekas, bakal bahaya. Ini tidak ada untungnya juga beli truk bekas. Sekarang kita sedang minta bantuan ke pemerintah," katanya lagi.

Di tempat yang sama, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto berjanji mengevaluasi kebijakan impor truk bekas yang dilaku­kan sejak 2016 pada tahun ini. Penghentian impor truk bekas bisa segera dijalankan karena tidak memerlukan aturan ter­tentu, hanya membutuhkan penghentian rekomendasi impor truk bekas.

"Diharapkan tahun ini bisa terealisasi, sehingga tidak ada lagi impor truk bekas," tegasnya.

Dia menilai, kemampuan nasional di bidang kendaraan komersial ini sudah cukup kuat, sehingga pemerintah akan men­dukung dan juga akan melarang impor truk bekas. Saat ini, kata dia, sarana kebutuhan transpor­tasi semakin meningkat.

Tercatat selama 2017, pen­jualan kendaraan jenis truk dan bus mencapai 89 ribu unit dengan total produksi 93 ribu unit. Jumlah ini naik dibanding tahun sebelumnya yang hanya mencatat 70 ribu unit dan 27 ribu untuk pasar ekspor.

Pada tahun ini, dia optimistis penjualan truk dan mobil niaga akan tetap moncer. Bahkan, ek­spor truk tahun ini ditargetkan mencapai 35 ribu unit. "Industri kendaraan komersial memang banyak tantangan, termasuk ter­batasnya infrastruktur jalan raya dan pada saat ini dilakukan pele­baran jalan. Industri komersial ini sangat mendukung industri logistik," kata dia.

Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Tranpostasi, dan Elektronika Kementerian Perin­dustrian Harjanto mengatakan, impor truk bekas memerlukan rekomendasi dari Kemente­rian Perindustrian. Nah, untuk mengehentikannya tinggal tidak keluarkan rekomendasinya.

Menurut dia, impor truk be­kas memang seharusnya tidak dilakukan. Sebab, tidak ada yang bisa menjamin kondisi truk tersebut dari sisi emisi maupun keamanannya. "Truk lama itu akan emisinya tinggi. padahal kita mau menurunkan emisi," katanya.

Dongkrak Penjualan

Yohannes menargetkan, dengan digelarnya pameran GIICOMVEC, penjulan truk dan mobil niaga akan naik 20 persen dari target penjualan tahun ini. Apalagi, saat ini per­ekonomian nasional sudah mu­lai membaik terbukti dengan mulai membaiknya penjualan truk dan mobil niaga.

Ada empat belas Agen Peme­gang Merek (APM) kendaraan komersial yang ikut acara ini. Di antaranya Daihatsu, Hino, Isuzu, Iveco, MAB (Mobil Anak Bangsa), Mercedes-Benz, Mitsubishi Fuso, Mitsubishi Motors, Suzuki, Sokonindo, UD Truck, United Tractors, Toyota serta Volvo. Kemudian, ada lima industri karoseri juga ikut, seperti Adiputro, Laksana, Shin­mei, Sugity Creatives, Trubo Engineering.

Sebanyak kurang lebih 3 ribu pelaku industri ditar­getkan akan datang. Mereka berasal dari industri transpor­tasi, logistik, konstruksi dan infrastruktur, komoditas mi­gas dan non-migas, termasuk batu bara, minyak dan gas serta peternakan, kehutanan, retail, wholesaler dan lain­nya. ***

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

UPDATE

Hadiri Halal Bihalal Ansor, Kapolda Jateng Tegaskan Punya Darah NU

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:19

Bursa Bacalon Wali Kota Palembang Diramaikan Pengusaha Cantik

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:04

KPU Medan Tunda Penetapan Calon Terpilih Pileg 2024

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:50

Pensiunan PNS di Lubuklinggau Bingung Statusnya Berubah jadi Warga Negara Malaysia

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:35

Partai KIM di Kota Bogor Kembali Rapatkan Barisan Jelang Pilkada

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:17

PAN Jaring 17 Kandidat Bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bengkulu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:58

Benny Raharjo Tegaskan Golkar Utamakan Kader untuk Pilkada Lamsel

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:41

Pria di Aceh Nekat Langsir 300 Kg Ganja Demi Upah Rp50 Ribu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:21

Alasan Gerindra Pagar Alam Tak Buka Pendaftaran Bacawako

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:57

KPU Tubaba Tegaskan Caleg Terpilih Tidak Dilantik Tanpa Serahkan LHKPN

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:26

Selengkapnya